![]() |
dari kiri ke kanan, adalah: Arif Fadillah (baju putih), Natar Zainuddin, Ahmad Khatib Dt. Batuah (tanda x) dan A.Wahab (baju putih). (Foto: Suryadi) |
Abdullah Kamil, Komunis yang Disadarkan Menantu Haji Rasul
Red: Muhammad Subarkah | Oleh: Fikrul Hanif Sufyan (Periset, Pemerhati, & Pengajar Sejarah)
Nama Abdullah Kamil, memang tidak familiar dalam lembaran sejarah Minangkabau. Namun, ia dikenang menjadi bagian dari historiografi–terutama yang ditulis oleh sejarawan luar. Sebut saja Schrieke (1929), Harry J. Benda (1960), Akira Oki (1985), dan Joel S.Khan .
Nama lainnya yang kerap mengabadikan namanya adalah Haji Abdul Karim Amrullah (Hamka), dalam dua karyanya, Muhammadiyah di Minangkabau, Tafsir Al-Azhar, dan Kenang-kenangan Hidup. Kisah laki-laki kelahiran 1907 di Padang Panjang itu, memang menarik untuk disimak.
Padang Panjang dalam tulisan Audrey Kahin (1996), selalu ditulis sebagai pintu penghubung antara Pesisir Pantai Barat Sumatra, dan pedalaman Minangkabau. Sejak kalahnya Padri pada 1821, basis pertahanan mereka beralih tangan ke Kumpeni.
Sejarah G30S PKI Secara Singkat
Baca Juga Tarikh PKI atau klik DISINI
Liputan6.Com - G30S PKI[1] atau Gerakan 30 September merupakan suatu gerakan dimana sekelompok personel militer menangkap dan membunuh enam jenderal pada tahun 1965, yang mana hal ini dilakukan untuk menandai dimulainya kudeta yang bertujuan untuk menjatuhkan kekuasaan Soekarno yang merupakan presiden pertama Indonesia. Untungnya upaya menggulingkan pemerintahan ini berhasil digagalkan.
Mengutip dari Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 1975, G30S PKI adalah peristiwa pengkhianatan atau pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan atau pengikut-pengikutnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 30 September 1965, termasuk gerakan atau kegiatan persiapan serta gerakan kegiatan lanjutannya.
G30S ini dilancarkan oleh PKI yang saat itu dipimpin oleh Dipa Nusantara (DN) Aidit,[2] dan terjadi di dua kota yaitu Jakarta dan Yogyakarta, dengan melibatkan Pasukan Cakrabirawa yang saat itu berada di bawah kendali Letnan Kolonel Untung Syamsuri.
Awalnya gerakan ini hanya mengincar Perwira Tinggi dan Dewan Jenderal dengan menculik mereka untuk dibawa dan disekap di Lubang Buaya. Namun dalam pelaksanaanya, tiga orang langsung dibunuh di tempat. Mereka yang menjadi korban adalah Letjen Ahmad Yani, Mayjen R Soeprapto, Mayjen Mas Tirtodarmo Harjono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Panjaitan dan Brigjen Soetojo Siswomihardjo.
Pada peristiwa ini Jenderal AH Nasution berhasil lolos dari usaha penculikan. Namun putrinya yang bernama Ade Irma Suryani yang berusia 5 tahun serta ajudannya yang bernama Lettu Pierre Andreas Tendean meninggal dunia dalam peristiwa tersebut.
Ilustrasi Gambar: Ibnu Hasyim
Darah berkocak ditikam komunis
“Ketika itu, saya yang berusia 14 tahun terbaring hanya dua kaki dari ibu, Temun Manang dan adik sambil menunggu giliran ditikam lembing komunis,” kata Tik Sulong.
“Bayangkan ketakutan yang dirasai apabila melihat anak saudara yang masih kecil menjerit meminta tolong sambil isi perutnya terburai, tetapi apalah daya saya ketika itu,” katanya ketika ditemui media di rumahnya di Sungai Udang di sini, semalam.
![]() |
Pict: wikipedia |
![]() |
Gambar: Republika |
"KECIK" - ALGOJO MELAYU KALIMANTAN & PAHLAWAN BAGI REPUBLIK
![]() |
Gambar: Wikipedia |
Disalin dari kiriman FB Dan Nano
Kolonel Dahlan Djambek adalah putra ulama besar Minangkabau, Syekh Muhammad Djamil Djambek yang berasal dari Bukittinggi, Sumatra Barat. Beliau merupakan kakek aktor sinetron/model Adrian Maulana Djambek yang aktif bermain sinetron di akhir 90an hingga awal 2000 an.
![]() |
Gambar Ilustrasi: mozaik minang |
Disalin dari kiriman FB Ibnu Kamal Alif
Beberapa kesaksian masa PRRI tatkala Soekarno menginvasi Sumbar
Keterangan foto: Operasi penumpasan PRRI di Sumatera Barat Thn. 1958. Dari kiri kekanan; Letkol Sabirin Mochtar, Komandan Resimen Team Pertempuran dua Brawijaya (RTP 2 Brawijaya), ditengah; Kolonel Achmad Yani (Komandan Operasi 17 Agustus, kemudian jd MenPangad) dan dibelakang yg memakai topi baret, Mayor Sarwo Edhie Wibowo (kemudian jd Dan RPKAD) - FB Buyuang Palala
Sebuah foto dapat bercerita banyak hal, demikianlah nan kami dapati tatkala foto seorang jenderal bersama anak buahnya dikirim pada sebuah grup fecebook yang berlatar penumpasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Foto tersebut akhirnya memancing beragam tanggapan, dan bagi orang tua-tua yang menjalani masa-masa pahit tersebut, kembali mengemuka kenangan lama mereka.
Seperti engku Man Muharisman "Sepertinya A. Yani tidak serius ikut operasi dan kemudian diganti. Yani tahu.." sebuah pendapat yang sengaja digantung dan kemudian ditanggapi oleh engku Man Muharisman "Mungkin sekali karena ia segera diganti dengan Kolnel Pranoto Reksosamudro yang ketahuan bermadalah dalam peristiwa Gerakan 30 September. Diangkat Bung Karno menjadi care taker Pangdad tetapi ditolak oleh Perwira Tinggi (Pati) Angkatan Darat"
Kemudian engku Muchsin ikut berpendapat "Entah mengapa disaat operasi badai, Siliwangi memandang rakyat Sumatera Barat itu saudara. Sehingga mendapat hati rakyat"[1] Yang mendapat tanggapan dari engku Zulhasril Nasril "Siliwangi masuk sebagai finishing touch, dianggap lebih friendly kepada rakyat Minang. Mereka datang pada akhir PRRI (1960)"
Kemudian engku Mohamad Sadikin ikut membalas tanggapan engku Muchsin "Seingat saya dia pernah menjadi Pangdam di Pontianak zaman awal Orde Baru (Orba)[2]. Dia tokoh senior [Kodam] Brawijaya, tetapi orang Sunda. Dia berperan penting dalam mengajak 2 (dua) Batalyon Brawijaya yang mulanya ikut Untung[3] dan berjaga di Lapangan Monas untuk bergabung ke Kostrad tanggal 1 September 1965. Dengan demikian kekuatan Untung susut dari 3 (tiga) bataliyon tempur menjadi 1 (satu) batalyon saja, yakni [batalyon] 454 dari [Kodam] Diponegoro yang terkenal sebagai Banteng Raider yang mengganas di Sumatera Barat [pada masa PRRI]"
![]() |
Gambar: Suryadi Sunuri |
Orang Minang merupakan yang paling benci dengan komunis dan menurut salah satu survey, orang Minang paling percaya dengan kabar kebangkitan Komunis di Indonesia. Kenapa demikian?
Salah satu pertanyaan mencemooh yang diberikan ialah "Bukankah beberapa orang pendiri bangsa penganut komunis berasal dari Minangkabau?"
Ya, sebut sahaja Ibrahim Dt. Tan Malaka atau dikenal dengan nama Tan Malaka. Beliau merupakan salah satu orang penting di Partai Komunis Indonesia pada masa kolonial, tepatnya sebelum Pemberontakan Komunis 1926. Kita tak dapat pungkiri itu memang benar, namun tahukah tuan kalau Tan Malaka pernah berujar:
Di hadapan Tuhan saya Islam se Islam Islamnya - Di hadapan Kapitalis saya Marxis Marxisnya.
![]() |
Foto: Soearamoe Aceh |
Foto: https://kelasonlinepelajar.web.app/ |
𝗦O𝗘𝗞𝗔𝗥𝗡𝗢, 𝗣𝗘𝗡𝗚𝗛𝗜𝗔𝗡𝗔𝗧𝗔𝗡, & 𝗥𝗔𝗡𝗔𝗛 𝗠𝗜𝗡𝗔𝗡𝗚
𝘏𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘛𝘦𝘳𝘵𝘶𝘵𝘶𝘱𝘯𝘺𝘢 𝘏𝘢𝘵𝘪 𝘔𝘢𝘴𝘺𝘢𝘳𝘢𝘬𝘢𝘵 𝘔𝘐𝘕𝘈𝘕𝘎 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘚𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘏𝘢𝘭 𝘉𝘦𝘳𝘣𝘢𝘶 𝘚𝘖𝘌𝘒𝘈𝘙𝘕𝘖.
➖➖➖➖
Soekarno memang sempat populer dan memikat hati masyarakat Minang pada masa pergerakan kemerdekaan. Barangkali karena banyak sahabat seperjuangannya Bangsa yang berasal dari RANAH MINANG. Seperti: Buya Hamka, Tan Malaka, Muhammad Hatta, Sutan Sjahrir, Agus Salim, Muhammad Yamin, Muhammad Natsir dan masih banyak lagi. Ketika khabar Proklamasi Kemerdekaan sampai ke Ranah Minang rakyat dan pemuka masyarakat Minang lansung menyatakan diri bergabung dengan Republik Indonesia yang baru lahir ini, tanpa pikir panjang.
Seperti yang terjadi di Sumatera Timur, sempat terjadi pergolakan sosial akibat beberapa Kesultanan masih enggan bergabung dengan Republik yang baru berdiri. Hal ini karena akan menggangu kekuasaan para bangsawan sebagai penguasa Tanah Melayu selama ini, sedangkan rakyat gegap gempita ingin bergabung dengan Republik yang baru lahir. Penyair Amir Hamzah yang merupakan penerus Kesultanan Deli terbunuh pada konflik sosial ini.[1]
Jadi anak biologis dan ideologis Bung Karno tak perlulah meragukan kesetiaan Ranah Minang terhadap NKRI.[2]

REVOLUSI SOSIAL DI SUMATERA TIMUR & KETERLIBATAN PKI 3 MARET 1946
“Kami sultan-sultan dan raja-raja telah mengambil keputusan bersama untuk melahirkan sekali lagi itikad kami bersama untuk berdiri teguh di belakang presiden dan pemerintah Republik Indonesia dan turut menegakkan dan memperkokoh Republik Indonesia”.
Dari zaman tritura 1966. siswa STM sudah berjuang untuk demokrasi dan menolak komunis di indonesia.

“Ahmad Karim saat itu merupakan salah seorang siswa kelas dua STM Negeri Bukittinggi, dinyatakan sebagai Pahlawan Ampera, setelah gugur di Kampung Cina, Bukittinggi, ditembak oleh tentara saat memperjuangkan hak rakyat pada pemerintah..
Awal masuk nya komunis di Aceh
Oleh: Asma Nadia
REPUBLIKA.CO.ID, Pertanyaan yang tampak sederhana, sesederhana cara berpikir orang yang mengungkapkannya.
SOEKARNO MURKA PADA BRIGJEN HASSAN BASRI...
Karena pada 22 Agustus 1960, Komandan Penguasa Perang Daerah (Peperda) Kalsel itu, membekukan seluruh aktivitas PKI dan ormas2 binaan PKI di seluruh wilayah Kalimantan Selatan. Langkah ini lalu diikuti Sulawesin Selatan dan Sumatera Selatan sehingga dikenal dengan "Tiga Selatan Pembangkang."
Di lain pihak, para Neo Komumis amatlah gigih hati mereka dalam merekam cerita-cerita selepas tahun 1965. Para Neo Komunis menjadikannya alat propaganda dalam kampanye mereka yang diberi judul "Genosida '65'.
Ini salah satu cerita ketika menjelang G30S PKI meletus :
Copas