Pada tahun 1924, Standard Oil of California (SoCal atau kini Chevron) mengirim tim geologi dari Amerika ke Hindia Belanda. Tim tersebut berusaha untuk mendapatkan hak eksplorasi minyak di Kalimantan.
Pemerintah Hindia Belanda menolak permintaan tersebut dengan tujuan melindungi daerah koloni mereka dari investor luar negeri. SoCal tidak menyerah begitu saja.
Sementara itu, seorang geolog Belanda yang bernama L.J.C. van Es, pada tahun 1930 melakukan di Sumatera Tengah. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa wilayah Sumatera Tengah merupakan 'kawasan granit lapuk dari zaman pre tersier' yang artinya tidak akan ada minyak di daerah tersebut. Dengan dasar penelitian van Es tersebut akhirnya pemerintah koloni pada tahun 1936 memberikan hak eksplorasi di Sumatera Tengah.
SoCal tidak bersemangat menerima hak tersebut, tapi pada akhirnya mereka menerima tawaran itu dengan tujuan sebagai dasar SoCal memasuki Hindia Belanda. Bermitra dengan Texaco, SoCal kemudian membentuk NPPM (Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschapij). NPPM pun mulai melakukan pekerjaan eksplorasi di Sumatera Tengah.
Di tahun 1939, SoCal mengirim Richard (Dick) Hutchinson Hopper, untuk melanjutkan eksplorasi melanjutkan pekerjaan yang pernah dikerjakan oleh ahli2 SoCal sebelumnya, yaitu Arthur (Art) Brown, Oscar van Beveren dan Walter Nygren. Kegiatan eksplorasi bertahun2 tersebut masih belum membuahkan hasil, sehingga NPPM pun dipelesetkan menjadi Non Producing Petroleum Maatschapij.
Setelah melakukan penelitian, Dick Hopper akhirnya menemukan bahwa daerah sekitar Pekanbaru tanahnya berupa tanah liat dari zaman pleistosen, bukan seperti laporan van Es sebelumnya. Dengan data baru ini, kemungkinan besar dapat ditemukan minyak bumi.
Pada akhir tahun 1941, Dick Hopper membangun anjungan minyak pertama di daerah Minas (30an KM dari Pekanbaru). Peralatan pengeboran minyak senilai 1 juta dollar Amerika sudah terpasang, tapi belum sempat digunakan ketika Jepang menginvasi Hindia Belanda.
Jepang mengambil alih pekerjaan tersebut. Seorang ahli geologi muda yang bernama Toru Oki dibantu dengan para romusha akhirnya melanjutkan pengeboran itu. Di penghujung 1944, pengeboran berhasil menyentuh lapisan minyak bumi. Sayangnya bagi Toru Oki, pada Agustus 1945 Jepang menyerah kalah dan beliaupun harus meninggalkan Minas.
Selama PDII, Dick Hopper menjadi tentara Amerika Serikat. Ia berhasil meninggalkan Hindia Belanda menuju Australia dan menemukan jodohnya di benua kangguru. Kemudian di tahun 1946, beliau berusaha memasuki kembali wilayah Pekanbaru. Dibekali dengan selembar surat jaminan khusus setara paspor dari Wakil Menlu Haji Agus Salim, Dick Hopper berhasil mencapai Padang. Langkahnya terhenti di kota itu karena dilarang masuk ke Pekanbaru oleh Markas Tentara Inggris yang berkedudukan di Padang.
Dick Hopper kemudian meminta bantuan Brigadier Hutchinson (Komandan Tentara Inggris Sumatera Tengah) dan Kolonel Tsushima (liaison officer Tentara Jepang untuk Inggris) untuk mengambil contoh sampel minyak mentah Minas dan laporan harian uji eksplorasinya. Barang2 tersebut akhirnya berhasil didapatkan Dick Hopper dan dibawa ke Jakarta dengan pesawat RAF (Royal Air Force/AU Inggris).
Sampel minyak bumi Minas tersebut akhirnya dikirim ke petinggi SoCal di San Francisco dengan menggunakan kapal S.S Cape Constance. Dikarenakan karakter dari minyak Minas yang sangat pekat, penerima kiriman tersebut mengira bahwa itu adalah lilin pelumas lantai dan meletakkan barang tersebut di gudang alat kebersihan. Menghabiskan waktu berminggu2 setelah dicari di semua cabang SoCal diseluruh dunia, pada akhirnya minyak tersebut ditemukan dan diteliti di laboratorium.
Hasil laboratorium menyatakan bahwa minyak Minas memiliki kadar belerang yang rendah dan bermutu tinggi. Minyak Minas tersebut pada saat itu merupakan cadangan minyak terbesar di Asia Tenggara.
Saat ini Minas telah menghasilkan hampir 12 milyar barel minyak bumi. NPPM pun berevolusi menjadi CPPM (Caltex Pacific Petroleum Maatschapij), Caltex Pacific Indonesia dan terakhir menjadi Chevron Pacific Indonesia.
Dick Hopper sang penemu minyak Minas itu meninggalkan Indonesia pada tahun 1954. Ia melanjutkan karirnya di dunia perminyakan Amerika dan meninggal pada usia 95 tahun di Cooperstown, New York, 22 Agustus 2009.
Sumber buku:
Horizon Beyond,Julius Tahija
Ribuan Tahun Sumatera Tengah, Richard Hutchinson Hopper
Keterangan foto :
Richard Hutchinson Hopper (sebelah kanan) sedang melakukan pengawasan aktifitas pengeboran di Sumatera Tengah.
Sumber Foto:
Ribuan Tahun Sumatera Tengah, Richard Hutchinson Hopper.
Disalin dari kiriman FB: Rino Surya Budi Saputra
Foto: sumatera.bisnis.com