Tampilkan postingan dengan label jenderal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jenderal. Tampilkan semua postingan

Rusjdi Hamka: Pesan Pak Nas kepada Buya

Gambar: okeZone

Panji Masyarakat -  Jenderal A.H. Nasution, yang baru saja pulih setelah dirawat di RSPAD, Jakarta, rupanya punya kaitan sejarah dengan majalah (Panji Masyarakat, red)  ini. Dalam bukunya Memenuhi Panggilan Tugas jilid 6, ia bercerita panjang sekitar pertarungan Angkatan Darat (baca ABRI) kontra PKI sekitar tahun 1960-an, yang berakhir dengan peristiwa G-30-S PKI. Di situ Pak Nas menguraikan usaha pihak Angkatan Darat mendekati ormas-ormas Islam, antara lain dengan menerbitkan koran dan majalah Islam. Tulisnya:

“Tim untuk ormas Islam berhasil. Muhammadiyah mendirikan surat-surat kabar Mercu Suar dan pemimpin-pemimpin Islam berkumpul di rumah menjadi tamu SAB, antara lain saudara Subchan (NU), Aruji Kartawinata (PSII) untuk mendirikan suatu surat kabar Suara Islam.

Posisi Ketujuh Jenderal di Lubang Buaya 1965

 


“Sumur itu dalamnya 12 meter, lebarnya 75 sentimeter. Setelah tubuh mereka masuk semua, untuk meyakinkan mayat meninggal, mereka langsung ditembak lagi. Lalu jasad ditutup dengan sampah pohon karet, dan ditutup tanah serta ditanah pohon pisang utuh di atasnya seakan-akan di bawah itu tak ada mayat.” Saat jasad para jenderal itu terkubur di sumur Lubang Buaya itu, hari telah berganti. Satu Oktober 1965.

Sepandai-pandainya sesuatu disembunyikan, kata Yutharyani, pasti ketahuan juga. Akhirnya, ujar dia, sumur dapat ditemukan pada sore, 3 Oktober. Sumur lalu digali pakai tangan. Keesokannya, 4 Oktober, mayat diangkat.

USTADZ JENDERAL BESAR SOEDIRMAN

Foto: 99.co
Ustadz Shaleh dari karang Nongko | Negara ini Merdeka karena Jihad Fi Sabilillah
Ada sebuah kenyataan dibalik seorang Panglima Besar Pertama, Jendral Soedirman yang selama ini seolah ditutup-tutupi, kalau tidak mau dibilang diusahakan untuk dihilangkan. Namun, sepandai pandainya tupai melompat, suatu waktu pasti terpeleset juga.
Selama ini yang kita kenal hanya JENDRAL SOEDIRMAN saja, sementara USTADZ SOEDIRMAN dilupakan, atau malah mungkin sengaja dihilangkan?
Kita diajarkan di sekolah bahwa Jendral Soedirman berperang dengan TAKTIK GERILYA, tapi mengapa seruan JIHAD FI SABILILLAH JENDRAL SOEDIRMAN dihilangkan dari pelajaran sekolah?
Panglima Besar Jendral Soedirman, Pejuang kemerdekaan yang mengobarkan semangat jihad, perlawanan terhadap kezaliman, membekali dirinya dengan pemahaman dan pengetahuan agama yang dalam, sebelum terjun dalam dunia militer untuk seterusnya aktif dalam aksi-aksi perlawanan dalam mempertahankan kemerdekaan negeri. Mengawali karir militernya sebagai seorang dai muda yang giat berdakwah di era 1936-1942 di daerah Cilacap dan Banyumas. Hingga pada masa itu Soedirman adalah dai masyhur yang dicintai masyarakat.

BERIKUT PENGAKUAN PARA PENCULIK JENDERAL KETIKA G30S PKI.

Foto: Nasional Tempo


BERIKUT PENGAKUAN PARA PENCULIK JENDERAL KETIKA G30S PKI.

PALING AKHIR
Prosesi culik2 para Jenderal TNI-AD telah berakhir oleh unit PASOPATI di bawah kontrol Lettu.Doel Arif. Kemudian menyerahkan tawanan2 itu kepada unit pasukan Pringgodani/Gatotkoco di bawah kontrol Mayor Soejono dan Mayor Gatot Sukrisno (2 Perwira dari oknum elang angkasa/TNI-AU).

Baron Markus Hendrik de Kock

[caption id="" align="aligncenter" width="300"] Baron Hendrik Markus de Kock [Picture: Wikipedia][/caption]Baron Markus Hendrik de Kock was Lieutenant Governor General in Nederland Indie (Indonesia) from 1826-1830. In his leadership the Dutch won the war against the Minangkabau People who know as Paderi War. For winning the war against Minangkabau People, the Dutch build a fortress in strategic location. One of their fortress has located in Bukit Tinggi, in place Bukik Jirek (Jirek Hills) who know as Fort de Kock.

This fortress build by Captain Bauer and he named it Fort de Kock, belong to his Great Commander on Batavia. The General has came to Minangkabau and visit Bukit Tinggi at once and he suggest to his officer to make an agreeman with the Minangkabau People who known as Plakat Panjang. They won this war with this agreeman.
________________________


Baron Markus Hendrik de Kock adalah seorang Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda dalam masa 1826-1830. Dimasa kepemimpinannyalah Perang Diponegoro dan Perang Paderi Pecah. Untuk memenangkan pertempuran dengan Rakyat Minangkabau, pihak Belanda memiliki strategi yakni membangun benteng di tempat yang strategis. Salah satu dari benteng mereka terletak di Bukit Tinggi di atas sebuah bukit yang bernama Bukit Jirek dan benteng tersebut dikenal dengan nama Benteng (Fort) de Kock.