Foto: https://kelasonlinepelajar.web.app/ |
π¦Oππππ₯π‘π’, π£ππ‘πππππ‘ππ§ππ‘, & π₯ππ‘ππ π ππ‘ππ‘π
ππͺπ―π¨π¨π’ ππ¦π³π΅πΆπ΅πΆπ±π―πΊπ’ ππ’π΅πͺ ππ’π΄πΊπ’π³π’π¬π’π΅ ππππππ πΊπ’π―π¨ ππ¦π¨π’ππ’ ππ’π ππ¦π³π£π’πΆ ππππππππ.
➖➖➖➖
Soekarno memang sempat populer dan memikat hati masyarakat Minang pada masa pergerakan kemerdekaan. Barangkali karena banyak sahabat seperjuangannya Bangsa yang berasal dari RANAH MINANG. Seperti: Buya Hamka, Tan Malaka, Muhammad Hatta, Sutan Sjahrir, Agus Salim, Muhammad Yamin, Muhammad Natsir dan masih banyak lagi. Ketika khabar Proklamasi Kemerdekaan sampai ke Ranah Minang rakyat dan pemuka masyarakat Minang lansung menyatakan diri bergabung dengan Republik Indonesia yang baru lahir ini, tanpa pikir panjang.
Seperti yang terjadi di Sumatera Timur, sempat terjadi pergolakan sosial akibat beberapa Kesultanan masih enggan bergabung dengan Republik yang baru berdiri. Hal ini karena akan menggangu kekuasaan para bangsawan sebagai penguasa Tanah Melayu selama ini, sedangkan rakyat gegap gempita ingin bergabung dengan Republik yang baru lahir. Penyair Amir Hamzah yang merupakan penerus Kesultanan Deli terbunuh pada konflik sosial ini.[1]
Jadi anak biologis dan ideologis Bung Karno tak perlulah meragukan kesetiaan Ranah Minang terhadap NKRI.[2]
Barangkali ada dua penyebab masyarakat Minang dengan senang hati bergabung dengan bayi Republik Indonesia. Pertama, banyaknya putera Minang yang berjuang mendirikan Republik Indonesia di Batavia bisa disebut Ranah Minang sebagai gudang pahlawan besar sewaktu kemerdekaan. Dan yang kedua tidak seperti Sumatera Timur masih ada Kesultanan Deli, Kesultanan Langkat, Kesultanan Asahan, Kesultanan Serdang yang mempunyai kekuasaan penuh sebelum Kemerdekaan Indonesia, sedangkan di Ranah Minang nyaris tidak tersisa lagi Kerajaan maupun Kesultanan, bahkan sudah sejak lama. Jadi tidak ada bangsawan yang merasa kehilangan kekuasaan karena bergabung dengan Republik Indonesia yang masih bayi yang Baru Lahir.[3]
Bung Karno juga diterima sebagai "Urang Sumando" ketika ia kepincut kepada Gadis Minang, puteri tokoh Muhammadiyah yang tinggal di Bengkulu.
Saat kedatangan Jepang, Bung Karno sedang di Bengkulu. Beliau diungsikan ke Ranah Minang, sempat singgah ke Kota Padang dan ke Payakumbuh. Sekitar 5 bulan ia tinggal dan keliling seluruh Ranah Minang. Saat berkunjung ke Perguruan Darul Funun El Abbasiyah, Padang Japang, Lima Puluh Koto. Syekh Abbas Ulama Minang Ini memberikan Saran Kepada Soekarno jika negera yang diperjuangkannya kelak tercapai jangan lupa Konsep Ketuhanan menjadi salah satu Dasar Negara. Sila Pertama.[4]
Pasca Proklamasi perang terus berkecamuk karena agresi militer yang dikerahkan Belanda untuk menguasai kembali Indonesia. Masyarakat Minang pun tak luput mempertahankan kemerdekaan. Bahkan ketika Soekarno dan Hatta ditawan dan Jogja sebagai pusat pemerintahan berhasil dikuasai Belanda.Tokoh Keturunan Minang Sjafruddin Prawiranegara mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi untuk mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih.[5]
Bung Besar yang jago berorator memang seorang flamboyan yang pandai memikat hati, tidak hanya memikat wanita tapi juga masyarakat luas. Ketika berkunjung ke Maninjau tahun 1948, beliau memuji-muji keindahan alam Maninjau di tengah masyarakat ramai yang tengah mendengar pidatonya. "Saya adalah anak emas orang Maninjau" ujarnya.
Tentu saja semua kaget. Keturunan Bali-Jawa mengaku sebagai anak emas Orang Maninjau. "Ketika almarhum Haji Rasul (Ayah Buya Hamka) masih hidup di Jakarta, di telah berkata kepadaku : Engkau adalah anakku, hai Karno!, Sebab itu pandanglah Bung Karno sebagai memandang orang Maninjau sendiri" lanjut Bung Karno...(Dikutip dari Kenang-kenangan Hidup, Buya Hamka).
Begitulah cara Bung Karno memikat hati rakyat. Bandingkan dengan pernyataan cucunya Puan Maharani yang bikin heboh tempo hari. Ternyata benar, genetika memang diwariskan namun intelektual tidak. Ia mesti diasah sendiri.
Hamka yang masih tinggal di Ranah Minang kala itu menghadiahkan Bung Karno sebuah puisi yang sangat indah pada pertemuan itu, dengan judul "Sansai Jua ku Sudahnya", sebelum Bung Karno bertolak ke Jakarta. Puisi yang menyatakan kebanggaan masyarakat Minang kepada Bung Karno.
Namun, lambat laun masyarakat Minang kecewa pada Insinyur ITB kolektor lukisan ini, Soekarno & Rezimnya. Satu persatu orang Minang yang menjadi sahabatnya, yang bahu membahu mendirikan Republik ini, yang menjadi pendukungnya dalam revolusi, Disingkirkan, tokoh Minang di dzalimi dengan berbagai cara. Beberapa tokoh besar pejuang bangsa dari minang didzolimi, dipenjara, dijatuhkan dengan berbagai cara.
Seperti:
Tan Malaka meregang nyawa oleh timah panas di Selopang, Kediri.
Syahrir meninggal dengan status tahanan politik.
Hanya sahabat dekatnya, karena penghianatan Soekarno. Muhammad Hatta mengundurkan diri dari Wakil Presiden.
Muhammad Natsir dan Buya Hamka dipenjara tanpa pengadilan diinterogasi secara tragis.
Dan terakhir Fatmawati yang telah bersusah payah mendampinginya memilih meninggalkan Istana ketika dikhianati oleh Bung Karno dengan menikah lagi dengan Hartini tahun 1954.
Puncak kekecewaan masyarakat Minang ketika PRRI Di Sumatera Tengah yang berpusat di Ranah Minang meletus. Sebuah pergolakan menuntut pemerataan pembangunan dijawab dengan pengerahan militer yang dipimpin Ahmad Yani di Ranah Minang. Puluhan Hingga Ratusan Masyarakat Minang Menjadi Korban Ke Kejaman oleh Rezim Soekarno, bahkan sampai terpaksa menghilangkan Identitas Minang-nya untuk selamat dari Kekejaman tersebut. Sejak saat itu nama Soekarno seperti " Kartu Mati " di Ranah Minang.[6]
Diperparah lagi desoekarnoisasi pada massa Orde Baru. Itulah sebabnya anak biologis dan ideologis Soekarno tidak akan pernah laku di Ranah Minang, dan tidak akan pernah ada di hati masyarakat Minang. Buktinya dua kali Pemilihan Presiden di belakangan. Bukan karena masyarakat Minang terpesona kepada mantan menantu penguasa Orde Baru ini, dan tidak pula karena ayahnya, Soemitro pernah bergabung dengan PRRI, sehingga Prabowo dianggap anak ideologis Minang, namun karena hati masyarakat Minang sudah tertutup untuk segala hal yang berbau Soekarno. Kecewa.
**
Jangan Lupakan Sejarah.
Disalin dari kiriman FB Aldansyah Chaniago
https://www.facebook.com/groups/168096826919034/permalink/1422936248101746/?sfnsn=wiwspwa
Catatan kaki oleh Admin:\
[1] Revolusi Sosial di Sumatera Timur bukan karena para Sulthan dan kaum bangsawan menolak bergabung dalam Republik melainkan karena agenda komunis yang ingin menghilangkan kesultanan di wilayah tersebut. para sultahan dan kaum bangsawan yang diwakili oleh Sulthan Langkat telah memaklumkan: “Kami sultan-sultan dan raja-raja telah mengambil keputusan bersama untuk melahirkan sekali lagi itikad kami bersama untuk berdiri teguh di belakang presiden dan pemerintah Republik Indonesia dan turut menegakkan dan memperkokoh Republik Indonesia”.
Selengkapnya silahkan baca a) Revolusi Sosial Di Sumatera Timur dan keterlibatan PKI 6 Maret 1946 b) Pembantaian Keluarga Raja Raja Melayu 1946
[2] Semenjak awal proklamasi kemerdekaan, Sumatera Barat dan sebagian besar pulau Sumatera telah menjadi bagian dari Republik Indonesia. Berlainan dengan beberapa wilayah, seperti di Pulau Jawa terdapat Negara Pasundan, Jawa Tengah, Negara Jawa Timur, dan Negara Madura
[3] Penyebab orang Minangkabau menjadi pendukung republik dapat dilihat dari later belakang sejarah semenjak Tanah Minangkabau dijajah oleh Belanda. Bukan karena banyaknya orang Minang yang muncul sebagai pemimpin pergerakan di tingkat pusat. Orang Minangkabau bukan orang yang fanatik ke tokoh atau ke suku, sikap dan jiwa fanatik sama sekali tidak ada dalam diri orang Minangkabau. Kecuali mungkin pada diri orang masa sekarang yang telah terserabut dari akar keminangkabauannya.
[4] Selengkapnya tentang Soekarno dan Syeckh Abas, klik DISINI
[5] Tentang PDRI, klik DISINI
[6] Tentang PRRI, klik DISINI