Tampilkan postingan dengan label borneo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label borneo. Tampilkan semua postingan

"KECIK" - ALGOJO MELAYU KALIMANTAN & PAHLAWAN BAGI REPUBLIK

Gambar: Republika

"KECIK" - ALGOJO MELAYU KALIMANTAN & PAHLAWAN BAGI REPUBLIK

_________________________
FB Avicenna Albiruni - Hampir 100 orang tewas dibunuh di dalam peristiwa 'Bultiken' - Bulungan, Tidung, Kenyah di Kalimantan ( 3 - 24 juli 1964 ). Sultan, bangsawan, perempuan & bahkan anak - anak dihabisi tanpa belas kasihan. Dan ini terjadi pada saat adzan subuh mengumandang yang jatuh pada Hari Jumat. Istana & rumah - rumah adat dibakar. Harta benda berharga istana dirampas.
Pada hari Jumat juga, pada tanggal 24 Juli 1964, Brigjen Soeharjo memerintahkan tentara menangkap seluruh bangsawan Bulungan. Mereka dibagi ke dalam beberapa grup. Seluruh bangsawan laki-laki disatukan dalam satu kelompok lalu dimasukkan ke dalam perahu, sedangkan anak-anak dan perempuan ditempatkan di perahu yang lain. Rencananya mereka akan dibawa ke Tarakan, dari sana berlanjut ke Balikpapan. Rencana itu tak dijalankan. Ada 30 orang yang akhirnya dieksekusi tim pengawal yang berasal dari Kodim Bulungan. Mayat mereka dilempar begitu saja ke lautan (Burhan Djabier Magenda, East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy, hal. 91).
Siapa Brigjen Suharyo / Soeharjo Padmodiwiryo alias Harjo Kecik ?

Tragedi Pembantaian Bulungan di Perbatasan Malaysia

Militer Indonesia menyerbu Kesultanan Bulungan pada 1964. Puluhan orang tewas, istana dibakar. Mereka dituduh berkhianat.
 tirto.id - ”Waktu itu saya masih kecil, baru berumur 10 tahun. Saya melihat dengan mata kepala sendiri pembakaran itu. Tentara menculik dan membunuh kerabat istana,” sebut Ibrahim mengenang peristiwa kelam yang pernah dialaminya semasa kanak-kanak dahulu (Lentera Timur, 26 Juni 2012). Ibrahim beruntung lolos dari maut. Pria bernama lengkap Ibrahim Bin Datu Bendahara ini menjadi salah satu saksi hidup ketika serombongan prajurit TNI membakar istana Kesultanan Bulungan di Kalimantan bagian utara, dekat perbatasan Malaysia, pada 24 Juli 1964 silam.

”Peristiwa itu tidak akan kami lupakan. Tuhan yang akan membalasnya,” ucap Ibrahim lirih.

Kejadian berdarah tersebut dikenal juga dengan nama Tragedi Bultiken yang merupakan singkatan dari Bulungan, Tidung, dan Kenyah, tiga suku utama yang sejak dahulu kala menghuni kawasan itu. 

Bertamu Sebelum Menyerbu Bulungan 

Gambaran Malaysia 1919



Pada tahun 1919, MALAYSIA adalah wilayah merangkumi Semenanjung Tanah Melayu iaitu dari :
- Segenting Kra sampai Singapura
- Sumatera
- Jawa
- Borneo
- Sulawesi Timur
- Maluku
- Papua
- Ribuan pulau pulau.

Kredit : Dwan Ibn Shariff 

==============================

KETURUNAN DAYAK BORNEO DAN BUGIS SOPPENG DITABAL JADI SULTAN SULU

Gambar: Berita Satu


Sultan nombor 11:
SULTAN SALAHUDDIN-KARAMAT @ PANGIRAN BAKHTIAR

Pada zaman beliaulah Kesultanan Brunei mengalami perang saudara yang berlarutan lebih 10 tahun lamanya. Sultan Brunei telah meminta bantuan darinya untuk menamatkan perang saudara tersebut. Sultan Salahuddin Karamat ini menghantar bala tenteranya ke Brunei dan berjaya menamatkan perang saudara yang hampir memusnahkan Kerajaan Brunei. Dengan bantuan tersebut Sultan Brunei menghadiahkan Borneo Utara (Sabah) kepadanya (Sultan Sulu)* Walaupun ini dinafikan oleh Sejarahwan Brunei kemudiannya. Permintaan bantuan dari Sultan Brunei tersebut bukanlah perkara pelik kerana mereka (kedua-dua kesultanan) saling tolong-menolong antara satu sama lain sememangnya mereka adalah bersaudara atau bersepupu (lihat percantuman keluarga antara cucu-cucu Syarif Ali Barakat dengan cucu-cucu Sayyid Abu Bakar @ Shariful Hashim di atas).
Sementara menunggu Datu Sahabuddin ibni Sultan Salahuddin-Karamat layak menjadi Sultan Sulu - mungkin masih kecil, (kerana perlu mengikut protokol Diraja Sulu) maka 3 orang sultan sementara telah dilantik secara bergilir-gilir bermula 1680 hingga 1685.

Tengku Embung Badariah

Foto: FB Riff ben Dahl


Beliau merupakan putri dari Tengku Alamuddin Shah bin Sultan Sultan Abdul Jalil Rahmad Shah, Yang Dipertuan Besar Negeri Siak, hasil perkawinan beliau dengan Daeng Tijah binti Daeng Pirani.
Tengku Embung Badariah diperkirakan lahir pada tahun 1751 di Siantan, Kesultanan Sambas. Beliau menikah dengan Syed Osman Syahabuddin' Ali Ba' Alawi, Mufti Kesultanan Sambas. Konon mas kawinnya berupa sekeranjang/seraga mata lanun yang sering mengganggu jalur perdagangan Kerajaan Siak.
Perkawinannya dengan Syed Osman diperkirakan terjadi pada tahun 1771. Dalam silsilah Raja-raja Siak Sri Indrapura, Pelalawan dan Tebing Tinggi mencatat bahwa turunan Tengku Embung Badariah dengan suaminya Syed Osman inilah yang menurunkan Raja-raja Siak dan Pelalawan serta menjadi penguasa Tebing Tinggi. Keturunan ini pula yang namanya hampir lengkap ditulis oleh para pencatat nasab keturunan Kerajaan Siak Sri Indrapura.

Tanjungpura : Dari Sriwijaya hingga Majapahit

 

gambar: equator

Bukti tertua keberadaan kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia ditemukan di Pualau Borneo. Dalam sejarah nasional Indonesia disebutkan Kutai adalah kerajaan bercorak Hindu yang memiliki bukti sejarah tertua berupa prasasti Yupa. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-4 dengan pusat pemerintahan terletak di Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Nama Kerajaan ini diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti.
Tercatat hanya ada tiga orang di Prasasti Yupa beraksara Pallawa dan dua orang dalam kitab Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara beraksara Arab Melayu. Kerajaan ini kemudian lenyap entah karena perang saudara, invasi dari kerajaan lain ataupun sebab lainnya. Adapun informasi lain yang menyebutkan daftar lebih dari 20 orang raja didapatkan dari ucapan meranyau seorang dukun dalam upacara adat belian.

Kerajaan Serawak (Santubong & Brunei) (~900-1409M)

Picture: melodylinhart

Kerajaan Serawak (Santubong & Brunei) (~900-1409M)

Puteri Santubong, Puteri Sejinjang
Penjaga gunung Negeri Sarawak
Manis sik ada dapat lawan
Anak dak dewa turun kayangan
Legenda yang sering dikaitkan dengan gunung adalah tentang dua putri cantik surgawi, Santubong dan Sejinjang. Santubong adalah ahli penenun sedangkan Sejinjang adalah pengolah padi yang sangat baik. Saat pecah perang antara dua desa, Kampung Pasir Puteh dan Kampung Pasir Kuning, Raja Surga mengirim para putri untuk menjaga perdamaian di kedua desa. Penduduk desa melihat kedua putri cantik itu dan menghentikan perang. Setelah perang, kedua putri mengajari penduduk desa keahlian mereka dan kedua desa mulai berdagang dan menjadi makmur.
Migrasi masyarakat Melayu dari Sumatera ke kawasan Santubong. Seorang putera raja yang telah diusir oleh ayahandanya, Raden Merpati Dipati Jipang kemudian mengasaskan kerajaan kuno ini. Diriwayatkan bahawa Raden Merpati Dipati Jipang telah terdampar di sebuah tanjung di persisiran muara Sungai Sarawak kerana isterinya hendak bersalin. Dengan pertolongan daripada daripada Datuk Kuli atau Datuk Kuali, rombongan Raden Merpati Dipati Jipang telah mendapat perlindungan di kawasan yang dikenali sebagai Pasir Kuning. Kerana baiknya tingkah laku Raden Merpati Dipati Jipang maka kehadirannya amat disenangi oleh penduduk tempatan dan akhirnya beliau diangkat menjadi ketua di Pasir Kuning iaitu nama lama kepada Santubong suatu waktu dahulu. Dengan berkembangnya pengaruh Datu Merpati ini maka berkembanglah juga Kerajaan Santubong menjadi antara pelabuhan terpenting. Parq saudagar dari Negara Tiongkok juga singgah ke Santubong untuk berniaga.

AKHIRNYA MAKAM PANGERAN SYAHABUDIN DI TEMUKAN DI PADANG SUMATERA BARAT

 


AKHIRNYA MAKAM PANGERAN SYAHABUDIN DI TEMUKAN DI PADANG SUMATERA BARAT

DYMM Sultan Haji Khairul Saleh A-Mu'Tashim Billah Merajut Zuriat Di Nagari Padang, Sumatera Barat.
Gunung Pangilun yang terletak di Nagari Padang, Sumatera Barat ternyata juga menyimpan sejarah kesultanan Banjar karena di puncak gunung Pangilun tersebut Pangeran Syahabuddin di makamkan. Pangeran Syahabuddin anak dari Pangeran Hasir/Hashim (saudara kepada DYMM Sultan Adam Al-Watsiqu Billah) jadi beliau adalah keponakan DYMM Sultan Adam al-Watsiqu Billah, beliau seorang bangsawan Kesultanan Banjar dan juga seorang yang alim, serta pejuang anti penjajah dimasa penjajahan Belanda.

Sekilas Borneo


Sebelum kedatangan Inggros/Belanda, Borneo/Kalimantan secara umum dibagi 2 kutub: pantai utara/barat persinggungan dengan Melayu, dimulai semenjak keruntuhan Sriwijaya-Dharmasraya. Bangkitnya Brunei Lama, kemudan pecah menjadi negeri kecil-kecil, seperti Pontianak/Sambas/ Bulungan/ Sambaliung dengan sekutunya Dayak Iban/Punan

Hari Malaysia & Ingatan akan Soekarno


Hari Malaysia bukan sekadar hari cuti tambahan.

Ia hari untuk memperingati kelahiran sebuah negara-bangsa baharu (new nation) bernama Malaysia.
Dan kelahiran new nation ini sedikit pun tak mudah. Malah lebih mencabar berbanding merdeka dari British.
Kalau nak merdeka kita lawan British je. Malah tak perlu lawan sangat pun, boleh berunding. British selepas Perang Dunia Kedua (1939-1945) dah nyawa-nyawa ikan. Decolonization soal awal atau lambat saja.
Penubuhan Malaysia lain. Kita kena berdepan dengan banyak musuh sekali gus. Musuh yang tak mahu berunding. Musuh yang dimotivasi oleh "irredentism" yang tak rasional.
Irredentism merujuk kepada gerakan nasionalis untuk membina negara yang lebih besar dari wilayah yang sedia ada. Macam irredentis Greece nak bina "Greater Greece" (Megali Idea) yang berpusat di Constantinople. Tu yang asyik bergaduh dengan Turki.