Tampilkan postingan dengan label raja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label raja. Tampilkan semua postingan

NAGARI DIBARI BARAJO

 

Pict: wikipedia

*Negeri diberi raja
Ciloteh Tanpa Suara #15 - Lama saya mencari pengertian dalam batang pasambahan (persembahan) yang ada di nagari saya Pandai Sikek tentang sebuah kalimat “Nagari Dibari Barajo”. Batang pasambahan tersebut adalah: “sambah ambo sambah baririk diparirikan di ateh rumah gadang nangko. Pulang pasambahan bakeh ipa bisan kami. Manyo ipa bisan kami. Aratinyo lah pituah di nan tuo, sajak samulo rantiang bapatah, sumua bakali, aia basauak, pangulu badiri dalam nagari. Jalan duo nan baturuik, kato duo nan bapakai. Kok dikaji jalan nan duo, partamu Jalan Adaik, kaduo Jalan Syarak. Mangaji kito sapanjang jalan adaik iyolah babarih babalabeh bacupak, bagantang, basuri batauladan, bajanjang naiak batango turun. Magaji kito sapanjang jalan syarak iyolah mangatahui Iman, Islam, Tauhid, Makrifah, sah jo bata, halal jo haram, sunaik jo paralu, haruih jo mukaruah. Manyo kato nan duo, partamu Kato Buek, kaduo Kato Pusako. Buek bana kadipakai, pusako bana ka dirunggusi. Lampisan kaji dalam nantun, nan lazim nyenyo adaik, nan bana nyenyo syarak, nan laku nyenyo Kitabullah. Balampisan pulo kaji dalam nantun, bak pituah adih Malayu; urang arih mangarek kuku, dikarek jo pisau sirauk, sirauik parauik batuang tuo, tuonyo elok kalantai. Adaik nagari babilang suku, suku babilang buah paruik, itulah barih nan bapahek ,iko nan bapakai. Mangko dinamokan urang nan tujuah suku salapan indu. Nagari dibari barajo, luhak di bari bapangulu. Guno nagari dibari barajo; sakik bakeh maimbaukan, mati bakeh marapuikan. Guno luhak dibari bapangulu pai bakeh mangadu, pulang tampek babarito………"
Tentang Nagari Dibari Barajo (negeri diberi beraja), kenapa ada pangkat “rajo” di dalam sebuah nagari. Biasa yang saya temukan dalam buku tambo Minangkabau “Luhak Bapanghulu, Rantau Barajo”.

Mengenal Raja Sulaeman Perantau Muslim asal Minang, Pendiri Kota Manila

 


Siapa sangka Islam pernah berjaya di Filipina selama beberap dekade, bahkan sempat menjadi agama mayoritas dinegara bekas koloni bangsa Spanyol itu.

indonesia.go | Namun berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 menyebutkan penduduk Filipina pemeluk agam Islam hanya tersisa sekitar 5,1 juta Muslim atau 11 persen dari total keseluruhan populasi negara tersebut. 

Ternyata tidak banyak yang tahu jika tersebarnya agama Islam di Filipina dibawa oleh putera Indonesia asal Minangkabau, Raja Sulaeman. Catatan sejarah menyebut sebelum kedatangan bangsa Spanyol, Filipina berada di bawah kekuasaan Raja Sulaeman dari Minangkabau yang merupakan pendiri Filipina.

Di sana, ia telah menyebarkan agama Islam hingga ke pelosok negeri. Seperti yang diungkapakan Mochtar Naim dalam disertasinya, 'Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau' tahun 1974, Mochtar Naim menemukan jejak rantau orang Minangkabau di Filipina.

Kenapa Raja Arab Bersama Zionis


Mari kita dengar perihal keadaan sebenar yang berlaku dalam keluarga istana raja-raja Arab. Sungguh menggenaskan mengetahuinya;

Yang menarik justeru di Kuwait kita saksikan Musair Rasyid sebagai imam ia mendo'akan rakyat Palestina dan Pemerintah Kuwait juga bersikap keras. Ini menunjukkan masih ada nurani di hati mereka. Tapi kalau namanya Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, seperti seorang pejabat Amerika mengatakan "Saya bertanya kepada Muhammad bin Salman, bagaimana sikap kamu pada Zionis?"

Muhammad bin Salman mengatakan "Saya cinta pada mereka, ibu saya, merawat saya, membesarkan saya orang Yahudi..!"

Jadi memang Zionis ini jauh-jauh hari telah mempersiapkan mata-mata mereka untuk masuk ditubuh kerajaan. Yang menjadi pengasuh, penguasa di Maroko, anak-anak raja mereka yang mengasuh orang-orang Yahudi, termasuk Saudi Arabia, termasuk di Uni Emirat Arab. Orang-orang Yahudi betul-betul dari balik dinding melakukan berbagai macam aktivitas untuk membuat anak-anak yang tumbuh ini, tumbuh sudah tak punya kecintaan pada Islam bahkan bisa ragu terhadap Islam tapi punya kecintaan pada Zionis.

Kerajaan di Aceh

 

Gambar: Marjinal

Kerajaan Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh berdiri menjelang keruntuhan Samudera Pasai. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, pada tahun 1360 M, Samudera Pasai ditaklukkan oleh Majapahit,[1] dan sejak saat itu, kerajaan Pasai terus mengalami kemudunduran. Diperkirakan, menjelang berakhirnya abad ke-14 M, kerajaan Aceh Darussalam telah berdiri dengan penguasa pertama Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H (1511 M) . Pada tahun 1524 M, Mughayat Syah berhasil menaklukkan Pasai, dan sejak saat itu, menjadi satu-satunya kerajaan yang memiliki pengaruh besar di kawasan tersebut. Bisa dikatakan bahwa, sebenarnya kerajaan Aceh ini merupakan kelanjutan dari Samudera Pasai untuk membangkitkan dan meraih kembali kegemilangan kebudayaan Aceh yang pernah dicapai sebelumnya.

Pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh ini hanya mencakup Banda Aceh dan Aceh Besar yang dipimpin oleh ayah Ali Mughayat Syah. Ketika Mughayat Syah naih tahta menggantikan ayahnya, ia berhasil memperkuat kekuatan dan mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk menaklukkan kerajaan Pasai. Saat itu, sekitar tahun 1511 M, kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di Aceh dan pesisir timur Sumatera seperti Peurelak (di Aceh Timur), Pedir (di Pidie), Daya (Aceh Barat Daya) dan Aru (di Sumatera Utara) sudah berada di bawah pengaruh kolonial Portugis. Mughayat Syah dikenal sangat anti pada Portugis, karena itu, untuk menghambat pengaruh Portugis, kerajaan-kerajaan kecil tersebut kemudian ia taklukkan dan masukkan ke dalam wilayah kerajaannya. Sejak saat itu, kerajaan Aceh lebih dikenal dengan nama Aceh Darussalam dengan wilayah yang luas, hasil dari penaklukan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya.

NISAN ISTIMEWA DARI ALUE DEAH TENGOH

FB Jun Mastra - Mengapa kita sebut istimewa? Karena ini satu satunya nisan dengan ornamen dan bingkai kaligrafi seperti ini demikian pula pada bentuk puncak serta ornamen nisan pada bagian pinggangnya.

Bentuk arsitektural dan pola bingkai kaligrafinya tidak secara umum digunakan tapi istimewa, model ini juga tidak ditulis dan tidak digambarkan dalam sketsa sketsa tulisan para ahli nisan Aceh di masa lalu, tidak dimasukan dalam deretan sketsa metamorfosa nisan Aceh dari masa ke masa yang digambarkan oleh para pendahulu.
Pada frame lingkaran dibagi menjadi empat bagian yang masing masing bagiannya dipahatkan kalimah tauhid. Pada frame persegi pajang dibawah dan diatas lingkaran juga dipahatkan kalimah tauhid.
Hal menarik lainya adalah pada bagian bawah batang nisan ada frame unik yang menurut pandangan mata saya menyerupai abstraksi Kapal Jung atau juga abstraksi dari sebuah bahtera dimana dilengkapi dengan bagian bawah kapal, lobang-lobang pendayung, lobang-lobang meriam, lobang-lobang jendela, tiang-tiang layar dan bemdera diujung-ujung tiang layar.

Karena belum ada istilah baku dalam penyebutan pola bingkai ornamen (walaupun secara menyeluruh hal ini biasa dikenal sebagai Islamic pattern atau pola Islami), untuk memudahkan komunikasi dan diskusi tentang nisan Aceh saya menyebut pola ini sebagai pola "Jung" walau sebagian kawan-kawan juga ada yang menyebutnya sebagai pola "Cawan" [lihat gambar ke 7]

Tambo Sultan nan Salapan

Picture: blogs.bl.uk

FB Dhony HendrikoPada tahun 1050 H (1680 M) Kerajaan Pagaruyung telah mengeluarkan satu keputusan berupa Sunnah 1050 yang berisikan penempatan Raja-Raja di Rantau ( Darat dan Laut ) di mana ada terdapat masyarakat yang berasal dari ketiga Luhak di Minangkabau.

Naskah ini disebut juga Tambo Nan Salapan dengan isi sebagai berikut:
1) Adapun nan tingga di tanah Aceh ialah nan banamo Sultan Syariat berpangkat Rahim. Anak cucu Daulat yang dipertuan dalam Nagari Pagaruyung, asal mulonyo rajo-rajo di negeri Aceh, malimpah ka Patahan Batu, lalu ka tanah labuah kaliliang, lalu ke Deli. Adapun Deli taklukka Aceh. Itulah kebesaran Rajo Aceh nan turun tamurun, lalu sakarang kini, nan tiada marubah rubah, waris nan manjawek dek Rajo Aceh, nan di tarimo dari Niniak kito. Wallahualam.
2) Adapun nan tingga di dalam nagari Banten, malimpah lalu ka Batawi, Sultan Nan Banamo: Marhabat Maruhum Alam, anak cucu yang dipertuan di dalam nagari Pagaruyung, tatkala asa mulonyo Raja di tanah Jawa, lalu ke Johor ka Manggali, kaliliang Banten Batawi, semuanya tanah Banten ialah kebesaran Raja Banten, beroleh khalifah dari yang dipertuan nan sati, memberi ijin mutlak serato sumpah sati, kalalamullah di dalam Koto Pagaruyung, Darussalam.

SEJARAH SINGKAT RAJA MATANDA DARI ACEH , JADI PEMIMPIN KOTA MANILA ABAD 15

Ilustrasi gambar: wikipedia


Datu Ache @ Rajah Matanda
(Laksamana Melayu terbilang)
Al Fatihah buat Almarhum Datu Ache
FB Sejarah Sumatera Andalas - Tahun 1608 Sultan Sulu Sultan Batarah Shah Tengah syahid saat berperang dengan pihak sepanyol, tiada zuriat melainkan ada anak saudara melalui adindanya puteri sulu permaisuri kepada Sultan Muhammad Hasaan Brunei.
Sultan Muhammad Hassan ada 4 putera, putera sulung mewarisi takhta Sultan Brunei, putera yang ke-2 mangkat, putera yang ke-3 atau tengah dihantar ke Sambas dan menjadi Sultan Sambas, Putera Bongsu, Raja Bungsu @ Pengeran Shahbandar Maharajalela @ Sultan Mawalil Wasit I Ibni Almarhum Sultan Muhammad Hassan dihantar ke Sulu untuk mewarisi takhta Sultan Sulu.
Saat pemerintahan awal Raja Bungsu, keadaan di Sulu sangat kritikal, Datu-datu, para pembesar berpecah belah, tiada kesepakatan, tidak bersatu, walau saat itu musuh (sepanyol) sedang rancak menyerang jajahan Sulu.

Hikayat Aceh

 

Ilustrasi Gambar: Tengku Puteh

FB Babai Racdmal - Hikayat Aceh - Maha Bisnu (turunan syith dari Betara guru)
Ini hikayat raja Aceh daripada asal turun temurun daripada Dagang Perbarun jua maka raja Indera Syah pun di bawa oranglah kepada Raja Cina. Maka di permulia raja akan dia dan di berikannyalah yang ditinggalkan raja Iskandar itu. Maka di suruh raja Cina perbuat sebuah istana di halaman mahligai maka di berikan raja Pupal akan Indera Syah maka raja ..
----
Raja Mahamad & Dewi Indera

Maka hairan raja Syah Muhamad melihat dia maka di suruhnya kerat buluh itu dan di suruhnya belah. Maka takdir Allaha Sabahaanaha Wa Ta’alaya maka keluarlah dari dalam buluh itu seorang perempuan daripada anak baludari terlalu elok rupanya. Maka ada mukanya seperti bulan purnama dan lakunya tida sebagainya. Maka raja Syah Mahamad pun terlalu sukacita maka puteri itu pun tunduk dengan malunya kerana melihat raja itu.
Maka raja Syah Muhamad pun berkata kepada tuan puteri itu, “Hai tuan puteri, mengapa tuan malu melihat hamba. Telah di lahirkan Allaha Sabahanaaha Wa Ta’alaya hari ini pertemuan tuan puteri dengan hamba hendak menyatakan pertemuan kita yang batin itu.” Maka tuan puteri itu pun disuruh raja Syah Muhamad buatkan di atas gajah rangka kelemba serta di iringkan segala dayang2. Maka tatkala sampailah tuan puteri itu ke istana maka di sambut segala anakda kekandanya dengan di berinya hormat maka ayah bonda baginda pun terlalulah sukacita melihat puteri baludari itu.

NESTAPA PUTRA MAHKOTA ACEH

 

Gambar: Kompasiana

Oleh: M. Adli Abdullah
FB Melawan Lupa - SEJARAH Sultan terakhir Kerajaan Aceh Darussalam, sudah saya nukil minggu lalu. Kali ini, mengulas kegetiran Tuanku Raja Ibrahim putra Mahkota Kerajaan Aceh yang boleh dikatakan dia hidup luntang lantung bersama ayahnya Sultan Muhammad Daud Syah (1878-1939).
Riwayat getir kehidupan pejuang Aceh ini bermula ketika Kapten Van Der Maaten menyandera dan menangkap ibunya pada tanggal 26 November 1902, Teungku Putroe Gambo Gadeng bin Tuanku Abdul Majid. Saat itu, Ibrahim berusia enam tahun ketika disandera di Gampong Glumpang Payong Pidie.
Gubernur Sipil dan Militer van Heutsz mengultimatum; “Jika dalam sebulan Sultan menolak menyerah, maka anak dan istrinya dibuang dari Aceh.”

Surat Raja Pagaruyung ke Belanda



 

Siapa yang tidak mengenal suku Minangkabau? Suku Minangkabau merupakan salah satu suku yang terkenal dengan cerita rakyatnya yang begitu melegenda di seluruh tanah air. Suku Minangkabau berada di Provinsi Sumatera Barat. Sumatera Barat adalah salah satu Propinsi yang terletak di sepanjang pesisir pulau Sumatera.[1]

Nama Minangkabau sendiri berasal dari kata manang yang berarti menang dan kabau yang berarti kerbau. Kisahnya berawal pada saat kerajaan Pagaruyung yang dipimpin raja Adityawarman, akan ditaklukan oleh pasukan Majapahit.[2]

Cap Tuanku Raja Keumala

Foto: Marjinal

Tuanku Raja Keumala (Tuanku Raja Musa) adalah anak dari Tuanku Hasyim Bangta Muda dan Teungku Cut Nyak Puan. Ayahnya, Tuanku Hasyim Bangta Muda adalah panglima perang Kesultanan Aceh Darussalam. Tuanku Raja Keumala lahir di Kuta Keumala, Keumala Dalam, Pedir pada 01 Ramadhan 1297 H/ 1877 Masehi, beberapa tahun setelah meletusnya Perang Aceh-Belanda, Maret 1873. Karena ia lahir di Kuta Keumala, maka beliau dilakab dengan Tuanku Raja Keumala, juga saudari perempuannya, Teungku Ratna Keumala.

Beliau adalah keluarga (kerabat) Sultan, seorang yang ‘alim (Ulama), dan satrawan. Ia juga pernah menuntut ilmu agama di Makkah selama kurang lebih 4 tahun, dan pulang ke Aceh mendirikan Madrasah Al-Khairiyyah. Tuanku Raja Keumala juga melahirkan banyak karya dalam berbagai disiplin keilmuan, terutama dalam bentu nazam atau syair. Beberapa naskah asli tulisan tangan beliau saat ini dapat ditemukan dalam koleksi Museum Aceh, Pedir Museum dan koleksi al-marhum Teungku M. Yunus Jamil.
Dalam kesempatan ini, kami perkenalkan beberapa variasi dari cap (stempel) beliau sejak 1316 H-1323 H, sekurang-kurangnya kami telah menemukan 7 cap yang pernah beliau gunakan, baik yang dijumpai pada surat maupun naskah-naskah yang beliau tulis.
Keterangan Gambar:
1. Gambar Tuanku Raja Keumala (Tuanku Musa) ibn Tuanku Hasyim Bangta Muda bin Tuanku Abdul Qadir
Sumber: Media KITLV

Sultan Muhammad Syah Daulat Yang Dipertuan Inderapura (1867-1938)


Raja Terakhir Yang berdaulat di Ranah Minangkabau
Dari Sultan Khalifatul Alam Sulthan Muhyiddinsyah Daulat Jamalul Alam Sulthan Sri Maharajo Dirajo Muhammadsyah (1090) sampai ke Tuanku Rusli Sultan Muhammadsyah (1938), Lebih kurang 848 tahun dalam pasang surutnya Inderapura mempertahankan kedaulatan dan Wilayah yang berwatas: Sebelah Utara dengan Sikilang Air Bangis, sebelah Selatan dengan Teratak Air Hitam sampai ke Ketaun Urai, sebelah Timur dengan Durian Ditakuk Rajo Pangkalan Jambu Jambi, dan sebelah Barat dengan Lautan Samudera Pesisir Nan Panjang.
Tuanku Rusli Sultan Muhammad Syah Lahir Pada Tahun 1867 dengan nama Kecil Marah Rusli Ibunya Puti Nursabur Indrapura, Ayahnya Sutan Takdirullah anak dari Raja sekaligus Regent Muko-Muko; Sultan Takdir Khalifatullah Syah (1870). Marah Rusli bergelar Sutan Abdullah ketika menikah dengan Putri Jalaliah Anak Kandung Raja Inderapura Sultan Mohammad Bakhi Sri Sultan Firmansyah dengan permaisuri beliau Tuanku Putri Lela Rekna. Marah Rusli merupakan keponakan dunsanak nenek dari Sultan Mohammad Bakhi. Marah Rusli muda mengenyam pendidikan Kweekschool (Sekolah Raja) Fort de Kock di Bukit Tinggi dan pernah bekerja sebagai jaksa kepala dalam jajaran BinnenlandBestuur Hindia Belanda di Betawi. Pada tahun 1888 Marah Rusli disekolahkan oleh Sultan Mohammad Bakhi kenegeri Belanda dengan segala biaya ditanggung oleh Belanda itu semua adalah teknis awal Belanda mengambil hati Raja Inderapura dimana Belanda mengakui kedaulatan Sultan Mohammad Bakhi Sri Sultan Firmansyah.

SULTAN PERAK KE-2: MANGKAT GHAIB


SULTAN PERAK KE 2 TELAH "MANGKAT GHAIB" DAN TIDAK BERMAKAM.

Sultan Mansur Syah I adalah Sultan Perak ke 2, baginda memerintah dari tahun 1549 sehingga 1577.
Kisahnya berlaku di hari Jumaat ketika baginda sultan sedang beriktikaf menunggu khutbah Jumaat dan secara tiba-tiba baginda sultan telah ghaib di dalam masjid Kota Lama Kanan, kelibat tuanku sultan sudah tidak kelihatan.
Suasana dalam masjid menjadi gempar dan kelam kabut, puaslah rakyat berdoa meminta petunjuk kepada Allah dan mencari di sekeliling masjid dan sehingga ke setiap pelusuk negeri Perak, tetapi Tuanku Sultan tetap tidak ditemui.

SELAMATKAN SITUS MAKAM ULAMA DAN PARA RAJA KESULTANAN ACEH


SELAMATKAN SITUS MAKAM ULAMA DAN PARA RAJA KESULTANAN ACEH

Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman mengingatkan kembali agar seluruh masyarakat Aceh dan para pemimpinnya jangan sampai lalai dalam melindungi warisan sejarah dan peninggalan Aceh di masa lalu.
“Jangan terlalu mengejar duniawi namun melupakan negeri akhirat kelak" kata Ketua Peusaba.
Peusaba mengingatkan bahwa di Gampong Pande bukti makam Kesultanan Aceh Darussalam. Kesultanan Aceh yang secara historis merupakan peradaban besar pada zamannya dan akseptasi sebagai 5 imperium besar dunia.

Sulthan Bagagar Syah dibuang

Sumber Foto: https://koleksibpcbsumbar.wordpress.com
Surat Sultan Alam Bagagar Syah
 
Sejarah rupanya menghendaki lain. Cita-cita Sultan rupanya belum akan berhasil di waktu itu. Akhirnya Belanda mengetahui juga Gerakan Rahasia "Tiga Segi" ini, karena Surat Edaran Sultan (Regen Tanah Datar)[1] yang dikirimkan kepada Yang Dipertuan di Parit Batu, Tuanku Sembah di Batang Sikilang dan Tuanku di Air Batu, menyampaikan seruan agar dengan serentak seluruh pimpinan, baik Raja-raja, atau Pengulu-pengulu, dan seluruh Tuanku-tuanku Ulama, agar bersatu mengusir Belanda. Dan disebutkan di dalam surat bahwa Sultan telah bersepakat dengan Sentot Mohammad Ali Basya Raja Jawa dan Tuanku Imam.

Raja Baginda al Minangkabawy

Sumber Gambar: https://www.facebook.com
Siapa Raja Baginda Minangkabau Sumatera Sulu?

Sebelum sejarah Raja Baginda, kita mulakan dengan sejarah persenjataan. Catatan-catatan sejarah menyatakan bahawa ketika kedatangan bangsa-bangsa Eropah ke Alam Melayu, kerajaan-kerajaan di nusantara ini hanya memilki senjata-senjata yang ukurannya kecil dibandingkan dengan milik bangsa-bangsa Eropah. Seperti Portugis, Sepanyol, Belanda, Inggeris, Perancis mahupun penjajah-penjajah yang lain.

Mengenal Sultan Alam Bagagar Syah


Jpeg
Penulis: Undri*

Dalam sejarah Minangkabau, posisi Sultan Alam Bagagar Syah cukup unik selain sebagai keluarga Raja Pagaruyung juga pernah menandatangani surat “penyerahan” beberapa daerah di Minangkabau kepada Belanda-tepatnya tanggal 10 Februari 1821. Peristiwa itupula yang menjadi ganjalan sehingga sampai hari ini belum dilekatkan sebagai pahlawan nasional.

Kendati belum menjadi pahlawan nasional banyak diantara kita yang belum tahu kiprah tokoh ini secara jelas. Tumpuan kejelasan tidak terlepas dari jiwa zamannya (tijdgebundent dan cultuurgebundenheid), yang mencerminkan sikap dan perbuatan serta nilai yang dipancarkannya.