Tampilkan postingan dengan label sulthan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sulthan. Tampilkan semua postingan

SULTAN ISKANDAR MUDA: PENAKLUK ALAM MELAYU DARI ACHEH

Gambar: googleplay

 

Disalin dari kiriman FB Muhammad Amin


Acheh boleh dikatakan merupakan warisan kepada Kerajaan Melayu Pasai yang bermukim di utara Pulau Sumatera. Ketika Kesultanan Melayu Melaka tumbang dan juga Pasai dilanggar oleh Portugis, kerajaan yang menghalang kemaraan Portugis di utara Sumatera ketika itu ialah Kesultanan Acheh dibawah pemerintahan Sultan Ali Mughayat Shah yang berjaya mengalahkan Portugis dalam medan perang pada tahun 1521 Masihi sebelum meluaskan kekuasaan Acheh ke atas beberapa wilayah Sumatera utara seperti Pasai, Pedir, Daya dan Deli. Tidak cukup dengan itu, Acheh dibawah pemerintahan baginda turut menyerang Potugis beberapa kali dan hampir sahaja menakluk kota A’Famosa pada tahun 1574 Masihi.
Namun, selepas pemerintahan baginda, kekuasaan Acheh kembali malap dengan huru-hara yang berlaku dalam negeri dan konflik perebutan takhta sehinggalah lahir seorang penakluk
hebat
alam Melayu yang dikenali sebagai Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam yang memerintah Acheh daripada 1607 Masihi sehinggalah 1636 Masihi. Seperti mana-mana kisah penakluk lain dalam dunia, mereka tidak akan mampu untuk menakluk kerajaan lain disekitar kerajaan mereka tanpa menyatukan dahulu rakyat dan pembesar dalam kerajaannya tersendiri.
Sebagai contoh, Genghis Khan dari Monggol tidak akan mampu membina empayar agung daratan terbesar dalam sejarah kalau tidak menyatukan puak-puak Monggol yang sering kali bertelagah itu. Begitu juga dengan Sultan Iskandar Muda ini, apabila telah berjaya menyatukan sekurang-kurangnya 73 orang hulubalang (uleebalang) yang seringkali bertelagah dan beperang antara satu sama lain merebutkan kawasan pemakanan dan pemukiman antara satu sama lain.

Silsilah Keturunan Raja Alam Pagaruyung

 

Gambar: Pinterest

Daulat Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagarsyah merupakan Raja Alam Minangkabau pada abad ke 19. Nama [gelar] asli dari Sultan Alam Bagagarsyah adalah Sultan Tunggal Alam Bagagar Ibnu Khalifatullah yang lahir di Tanah Datar pada tahun 1789. Sultan Alam Bagagarsyah meninggal pada 12 Februari 1849 di Batavia.
Berdasarkan Silsilah Ahli Waris Daulat yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung, Daulat Yang Dipertuan Sultan Tangkal Alam Bagagar Syah yang dikenal juga dengan panggilan Yang Dipertuan Hitam mempunyai 4 orang saudara;-
1.Puti Reno Sori,
2.Tuan Gadih Tembong, 3.Tuan Bujang Nan Bakundi
4.Yang Dipertuan Batuhampar,

hasil perkawinan dari Daulat yang Dipertuan Sultan Alam Muningsyah (II) yang juga dikenal dengan kebesarannya Sultan Abdul Fatah Sultan Abdul Jalil (I) dengan Puti Reno Janji Tuan Gadih Pagaruyung XI. Daulat Yang Dipertuan Sultan Tangkal Alam Bagagar Syah menikah pertama kali dengan Siti Badi’ah dari Padang mempunyai 4 orang putera yaitu:-

Mahmud Abdul Jalil Muzaffar Shah (1746-1765)

Gambar: http://kesbangpol.riau.go.id


Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah memiliki dua orang putera. Putera pertama diberi nama Raja Alam merupakan anak dengan isteri yang dinikahi di daerah Musi Rawas Palembang. Perempuan tersebut adalah anak dari seorang Dipati Batu Kucing Palembang. Raja Alam lahir ketika Raja Kecik sedang melakukan perjalanan ke luar daerah ke negeri Palembang untuk mendapatkan dukungan dari orang Palembang untuk merebut tahta Johor sambil menimba ilmu dan pengetahuan.
Dalam perantauan itulah Raja Kecik memperoleh seorang anak laki-laki dan setelah menjadi Sultan, maka anak lelaki itu ikut bersamanya. Itulah sebabnya anak yang terlahir dari isteri pertamanya itu diberi nama dengan kata 'Raja' mengikuti namanya. Sedangkan Tengku Muhammad Mahmud adalah anak lelaki dari isterinya yang bernama Tengku Kamariah. Tengku Kamariah adalah salah seorang anak perempuan Sultan Abdul Jalil Riayat Shah IV yakni Sultan Johor ke -11. Itu pula sebabnya diberi nama dengan kata 'Tengku' karena cucu Sultan Johor. Mengenai kedua anak lelaki Raja Kecik tersebut, di dalam Syair Perang Siak secara jelas dituliskan mulai dari bait 70 hingga bait 81, diantaranya tertulis sebagai berikut :

Kebohongan atas Aceh

Picture: Historia
Razali Dulah si anak paya sedang berpaya memilintir sejarah Aceh demi sebuah pengakuan dan kebenaran atas segala pengkhinatan terhadap perjuangan rakyat Aceh bersama Sultannya. Sebagai mana kita semua ketahui bahwa Tgk Chik Ditiro Muhammad Saman ikut berperang melawan Kaphe[1] Belanda setelah beliau kembali dari Tanah Suci. Beliau berjuang mulai tahun 1881-1891

Kebohongan yang terus-menerus disuarakan akan di terima sebagai sebuah kebenaran.

Golongan si anak paya ini menolak Daud Syah sebagai Sultan terakhir disebab karena kebencian yang tiada jelas. Mareka lebih senang mengikuti suara Van Swieten yang mengangap Sultan Daudsyah sebagai pretenden Sultan. Antara Van Sweiten dengan mereka hanya beda tipis dalam merusak sejarah untuk kepentingan kelompoknya yang sekarang dianggap pecundang oleh suksesor Nederland Indie (Hindia Belanda)

(A) -Tengku ’Tjhik di Tiro Mohammad Saman, Wali Negara Achèh Ke-I (1874-1891),

---- "Sejarah Achèh Tikar tidurm Sejarah Kuta Réh, Berselimutlah dengan Roh Syuhada! ----

Sultan Muhammad Syah Daulat Yang Dipertuan Inderapura (1867-1938)


Raja Terakhir Yang berdaulat di Ranah Minangkabau
Dari Sultan Khalifatul Alam Sulthan Muhyiddinsyah Daulat Jamalul Alam Sulthan Sri Maharajo Dirajo Muhammadsyah (1090) sampai ke Tuanku Rusli Sultan Muhammadsyah (1938), Lebih kurang 848 tahun dalam pasang surutnya Inderapura mempertahankan kedaulatan dan Wilayah yang berwatas: Sebelah Utara dengan Sikilang Air Bangis, sebelah Selatan dengan Teratak Air Hitam sampai ke Ketaun Urai, sebelah Timur dengan Durian Ditakuk Rajo Pangkalan Jambu Jambi, dan sebelah Barat dengan Lautan Samudera Pesisir Nan Panjang.
Tuanku Rusli Sultan Muhammad Syah Lahir Pada Tahun 1867 dengan nama Kecil Marah Rusli Ibunya Puti Nursabur Indrapura, Ayahnya Sutan Takdirullah anak dari Raja sekaligus Regent Muko-Muko; Sultan Takdir Khalifatullah Syah (1870). Marah Rusli bergelar Sutan Abdullah ketika menikah dengan Putri Jalaliah Anak Kandung Raja Inderapura Sultan Mohammad Bakhi Sri Sultan Firmansyah dengan permaisuri beliau Tuanku Putri Lela Rekna. Marah Rusli merupakan keponakan dunsanak nenek dari Sultan Mohammad Bakhi. Marah Rusli muda mengenyam pendidikan Kweekschool (Sekolah Raja) Fort de Kock di Bukit Tinggi dan pernah bekerja sebagai jaksa kepala dalam jajaran BinnenlandBestuur Hindia Belanda di Betawi. Pada tahun 1888 Marah Rusli disekolahkan oleh Sultan Mohammad Bakhi kenegeri Belanda dengan segala biaya ditanggung oleh Belanda itu semua adalah teknis awal Belanda mengambil hati Raja Inderapura dimana Belanda mengakui kedaulatan Sultan Mohammad Bakhi Sri Sultan Firmansyah.

SELAMATKAN SITUS MAKAM ULAMA DAN PARA RAJA KESULTANAN ACEH


SELAMATKAN SITUS MAKAM ULAMA DAN PARA RAJA KESULTANAN ACEH

Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman mengingatkan kembali agar seluruh masyarakat Aceh dan para pemimpinnya jangan sampai lalai dalam melindungi warisan sejarah dan peninggalan Aceh di masa lalu.
“Jangan terlalu mengejar duniawi namun melupakan negeri akhirat kelak" kata Ketua Peusaba.
Peusaba mengingatkan bahwa di Gampong Pande bukti makam Kesultanan Aceh Darussalam. Kesultanan Aceh yang secara historis merupakan peradaban besar pada zamannya dan akseptasi sebagai 5 imperium besar dunia.

Mengenal Sultan Alam Bagagar Syah


Jpeg
Penulis: Undri*

Dalam sejarah Minangkabau, posisi Sultan Alam Bagagar Syah cukup unik selain sebagai keluarga Raja Pagaruyung juga pernah menandatangani surat “penyerahan” beberapa daerah di Minangkabau kepada Belanda-tepatnya tanggal 10 Februari 1821. Peristiwa itupula yang menjadi ganjalan sehingga sampai hari ini belum dilekatkan sebagai pahlawan nasional.

Kendati belum menjadi pahlawan nasional banyak diantara kita yang belum tahu kiprah tokoh ini secara jelas. Tumpuan kejelasan tidak terlepas dari jiwa zamannya (tijdgebundent dan cultuurgebundenheid), yang mencerminkan sikap dan perbuatan serta nilai yang dipancarkannya.