Tampilkan postingan dengan label padang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label padang. Tampilkan semua postingan

sɪ ᴘᴀᴛᴀɪ, ʙᴀɴᴅɪᴛ ʙᴇʀʜᴀᴛɪ ᴍᴜʟɪᴀ ᴅᴀʀɪ ᴘᴀᴅᴀɴɢ

 

Pict: topsumbar

𝗧𝗲𝘄𝗮𝘀𝗻𝘆𝗮 𝘀𝗶 𝗣𝗔𝗧𝗔𝗜 (𝘀𝗶 𝗣𝗜𝗧𝗨𝗡𝗚)
𝗡𝗮𝗻 𝗕𝗮𝗴𝗮𝗹𝗮 𝗠𝗔𝗛𝗔𝗥𝗔𝗝𝗢 𝗝𝗔𝗠𝗕𝗜
FB Wedia Purnama | Jauh sebelum zaman pergerakan kemerdekaan, kota Padang pernah dihebohkan dengan keberadaan tokoh yang dianggap menjadi pahlawan bagi rakyat kecil, namun penjahat bagi kalangan bangsawan dan penjajah.
Namanya adalah 𝘀𝗶 𝗣𝗮𝘁𝗮𝗶. Sejarawan, Rusli Amran (1922-1996) dalam 𝘣𝘶𝘬𝘶 𝘗𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘙𝘪𝘸𝘢𝘺𝘢𝘵𝘮𝘶 𝘋𝘶𝘭𝘶 mengatakan, si Patai adalah bandit paling ditakuti dan paling dicari oleh penjajah Belanda pada awal abad 20 an.
Si Patai, juga merupakan pimpinan gangster bernama 𝘚𝘢𝘳𝘦𝘬𝘢𝘵 𝘋𝘫𝘪𝘯 yang sangat ditakuti oleh masyarakat dan juga pemerintah kolonial yang berkuasa waktu itu.
Dalam rombongan Si Patai ini terdapat sejumlah nama-nama bandit tenar yang ada di Padang, sebut saja namanya Si Sampan, Palalok dan Buyuang Tupang.

Sejarah Masuknya Agama Islam ke Kota Padang, Bermula dari Kisah Musafir Arab yang Terdampar

 

Manuskrip yang mengisahkan sejarah agama Islam di Kota Padang.
Foto: Harian Haluan

HARIAN HALUAN – Sumatera Barat (Sumbar), provinsi yang cukup identik dengan penduduknya yang beragama Islam. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) pada 2021, Sumbar menempati peringkat ke-4 dengan persentase penduduk muslim terbanyak, yakni 97,6%. Hanya  Aceh, Gorontalo, dan Bengkulu yang melampaui Sumbar dalam hal ini.

Diketahui, Ranah Minang yang dikenal dengan falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah itu memang telah mengalami sejarah panjang penyebaran agama Islam, termasuk ibu kotanya, Kota Padang.

Hal tersebut dibenarkan oleh seorang arkelog asal Sumbar lulusan Universitas Gadjahmada (UGM), Alfa Noranda. Kepada penulis, ia membagikan isi sebuah manuskrip yang telah ia alih aksarakan dan alih bahasakan.

“Teks ini menceritakan sejarah agama Islam masuk ke Kota Padang, ditulis oleh seorang khatib asal Koto Tangah, Padang,” sebut Aparatur Sipil Negara (ASN) Museum Nasional Indonesia itu.

TRaktat Painan 1662

Ilustrasi gambar: Kota Painan


FB MinangkabauTraktat Painan merupakan perjanjian yang dibuat oleh penghulu atau penguasa beberapa kota di pesisir barat Minangkabau dengan wakil-wakil VOC. Pada tahun 1662, traktat ini ditanda-tangani di sebuah pulau tak berpenghuni dekat Batang Kapeh. Tahun 1663, traktat ini kemudian dikukuhkan lagi di Batavia.

Penghulu pesisir yang ikut menanda-tangani traktat ini adalah Sultan Mansyur Syah (putra Raja Indrapura) yang merupakan perwakilan dari para penguasa di bagian selatan pantai barat Minangkabau dan Datuk Rangkayo Kaciak yang merupakan perwakilan dari Khalifah Bandar (penguasa Tiku) dan juga mewakili para penghulu dari Padang.[1]

Kota Padang Dalam Tinjauan Tradisi

Gambar Ilustrasi: Wikipedia
Oleh : Emral Djamal Dt.Rajo Mudo

PENDAHULUAN

Sekilas Sejarah dan Asal Usul Padang

Dari penelitian Asal Usul Nagari Padang, Ninik Mamak  Delapan Suku, ada simpul kecil yang menarik. Abad ke 17 Nagari Padang mencapai puncak kehadirannya sebagai sebuah Bandar Pelabuhan. Kejayaannya ditempa dan berkembang karena pertarungan berbagai konflik menjadi kota pantai yang tumbuh dan berkembang dengan percepatan.

Pernah menjadi ajang perebutan global berbagai kepenting an bangsa-bangsa asing seperti Portugis, Belanda, Inggris, Perancis dan pendatang-pendatang asing lainnya di pantai barat Sumatera, berbenturan pula dari dalam negeri sendiri berhadapan dengan kepentingan Aceh, serta berkaitan pula dengan masalah pertahanan wilayah Minangkabau bagian Pesisir Barat Sumatera Barat yang dipimpin Kesultanan Kerajaan Indrapura. Sekaligus memperlihatkan citra dan karakter spesifik sebagai kota pantai yang tangguh dan tegar dalam menghadapi berbagai konflik global di zamannya.

Sejarah Kota Padang

Gambar: langgam

Entah siapa yang mulai mengatakan bahwa penduduk asli Kota Padang ialah orang Nias. Usaha untuk menggugat ketuanan Melayu tak hanya di Malaysia namun di negeri asal merekapun demikian. Kalaulah memang orang Nias penduduk asli Kota Padang, kenapa mereka masih dipanggil dengan Orang Nias, bukan Orang Padang? Dan Nias merupakan nama sebuah pulau asal mereka.

Kalau dibuka Si Tambo Lama terkait kedatangan orang-orang Nias ini di Minangkabau, maka akan banyak yang tersinggung, atau mungkin dituntut ke muka pengadilan. Diam tak berarti salah, mengalah tak berarti kalah, tuan. Kami hanya mengamalkan pengajaran orang tua-tua dahulu, manimbang raso. Kami orang Minang ini Bangsa Beradat, cara-cara bar-bar 'karek batuang' itu bukan cara kami, walau biasa dipakai orang-orang di balai.

Si Padang Pelit korban Bullying di Kantor

Perpeloncoan (bullying) di Kantor Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)











Sumber Gambar: IG infolomba.indonesia

Yang Terhormat Presiden Joko Widodo

Saya seorang Pria, berinisial MS, hanya ingin mencari nafkah di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI Pusat), saya hanya ingin bekerja dengan benar, menunaikan tugas dari pimpinan, lalu menerima gaji sebagai hak saya, dan membeli susu bagi anak semata wayang saya.

Sepanjang 2012-2014, selama 2 tahun saya dibully dan dipaksa untuk membelikan makan bagi rekan kerja senior. Mereka bersama sama mengintimidasi yang membuat saya tak berdaya. Padahal kedudukan kami setara dan bukan tugas saya untuk melayani rekan kerja. Tapi mereka secara bersama sama merendahkan dan menindas saya layaknya budak pesuruh. 

MA Kabulkan Gugatan SKB 3 Menteri perihal Hijab

Ilustrasi Gambar: Langgam ID

SUMBAR BERSUKA CITA; MA Perintahkan Mendikbud-Mendagri-Menag Cabut SKB Seragam Sekolah ! 

Oleh Ibnu Aqil D. Ghani 

Alhamdulillah, Akhirnya  Mahkamah Agung (MA) memerintahkan pemerintah mencabut Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dan bagi masyarakat  Minangkabau kabar ini adalah kabar gembira.

Seperti yang dirilis Gelora.com, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Agama tentang Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut bagi Peserta Didik, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan di Lingkungan Sekolah yang Diselenggarakan Pemda pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah telah dibatalkan oleh Mahkamah Agung RI.

Sejarah Kota Padang (49): Asal Usul Semen di Padang; Pabrik Semen Tertua Indonesia, Sedari Dulu Telah Turut Membangun Negeri


Disalin dari blog: http://poestahadepok.blogspot.com
_____________________________

PT Semen Padang (Perusahaan) didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) yang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia. Demikian tertulis dalam sejarah perusahaan PT Semen Padang. Pabrik ini hinggi kini masih bekerja dengan baik. Ini berarti pabrik semen di Padang sudah berumur lebih dari satu abad.

Bataviaasch nieuwsblad, 13-09-1924
Portland dan Padang sama pentingnya di pelabuhan Rotterdam pada tahun 1850an. Kapal-kapal besar dari Padang dan Portland bongkar muat di Rotterdam. Selain Padang, kapal-kapal yang berlabuh di Rotterdam adalah kapal-kapal dari Batavia, Soerabaja, Samarang, Tjilatjap dan Panaroekan. Kapal dari Padang umumnya di pelabuhan Rotterdam umumnya menurunkan komoditi utama kopi. Dalam perkembangannya, di Padang muncul perusahaan Batubara yang berpusat di Ombilin. Produksi perusahaan batubara di Ombilin ini telah menggeser dominasi produksi batu bara dari Inggris yang selama ini digunakan oleh maskapai-maskapai Belanda. Tidak hanya sampai disitu, perusahaan semen di Padang yang berpusat di Indaroeng juga dibangun. Ketergantungan semen Portland dari Inggris mulai teratasi dengan beroperasinya pabrik semen Padang di Indaroeng.

Sejarah Kota Padang (42): Nama-Nama Jalan Tempo Doeloe di Kota Padang; Jalan Tertua Nipah laan, Djati laan dan Hospital weg (1879)

__________________________
Kota Padang sudah lama terbentuk. Di Kota Padang terdapat sejumlah nama kampong yang sudah terhubung oleh jalan kota. Berdasarkan peta Kota Padang 1879 hanya ada tiga jalan yang secara teknis sudah memiliki nama, yakni: Nipah laan (Jalan Nipah), Djati laan (Jalan Djati) dan Hospital weg (Jalan Hospital/Rumah Sakit) . Ruas-ruas jalan lainnya belum diberi nama atau belum memiliki nama. Meski demikian, di ruas-ruas jalan tersebut teridentifikasi nama-nama kampung/area.
Peta Kota Padang, 1879
Nama-nama kampung adalah:
  1. Kampong Berok, 
  2. Kampong Sablah, 
  3. Kampong Djawa dan 
  4. Kampong Oedjoeng Pandang.

    Nama-nama area adalah:
    1. Zeestrand, 
    2. Goeroeng, 
    3. Poelo Karam, 
    4. Pasar Ambatjang, 
    5. Pondok, 
    6. Pasar Gadang, 
    7. Alang Lawas, 
    8. Hiligoo,   
    9. Pingir Kollang, 
    10. Olo, 
    11. Belantong, 
    12. Kandang, 
    13. Dammar, 
    14. Poeroes dan 
    15. Rimbo Kloeang.
Pada peta Kota Padang tahun 1915 jumlah nama jalan semakin banyak. Tiga nama jalan yang pertama, Nipah laan, Djati laan dan Hospital weg masih eksis. Nama-nama baru jalan adalah:
  1. Chinese Kerk straat, 
  2. Belakang Pondok weg, 
  3. Oude Cantine weg, 
  4. Oedjoeng Bandar straat, 
  5. Prins straat, 
  6. Nieuwe weg, 
  7. Zee straat, 
  8. Kerk straat, 
  9. Strand weg, 
  10. Wilhelmina straat, 
  11. School straat, 
  12. Societeits weg, 
  13. Djawa Dalam straat, 
  14. Slinger laan, 
  15. Paper laan, 
  16. Willem III straat, 
  17. Depot weg, 
  18. Van Bosse straat, 
  19. Benteng weg dan 
  20. Justitie laan.

Sejarah Kota Padang (39): Asal Usul Nama Kota Padang, Mangacu pada Nama Gunung Padang; Kota Bermula Muaro Sungai Arau

 Catatan Kaki:
Sekali lagi berharap penulis dapat menggunakan sumber-sumber pribumi Minangkabau dalam kepenulisannya. Subjektifitas penulis sangat tinggi dalam setiap seri tulisannya tentang Padang.

Disalin dari blog: http://poestahadepok.blogspot.com
_____________________________

Padang adalah nama kota. Suatu kota yang sudah dikenal sejak lama. Nama Padang, sebagai suatu nama tempat sudah diberitakan dalam surat kabar tahun 1744 (lihat Amsterdamse courant, 11-02-1744). Sejak itu, nama Padang kerap muncul dan nama itu tidak pernah berubah hingga kini.
Peta kuno, 1619 (buatan Portugis)
Ada nama kota yang dapat ditelusuri dan ada juga nama kota yang sulit/tidak diketahui. Beberapa kota mengadopsi nama kampong lama, beberapa kota namanya diperkenalkan oleh orang Eropa/Belanda.
Namun yang tetap menjadi pertanyaan kapan nama Padang diadopsi sebagai nama tempat utama (hoofdplaats) yang menjadi Kota Padang? Lantas, apa arti nama Padang, bagaimana asal-usulnya. Meski pertanyaan ini tidak terlalu penting, tetapi menelusuri asal-usul nama Kota Padang tentu menarik. Sebab, sebagaimana kita lihat nanti, sejatinya kota (stad) Padang justru bermula di sisi timur sungai Batang Arau di kaki Gunung Padang. Suatu tempat yang berada di seberang sungai perkampungan (kota) Moearo. Mari kita lacak![1]

Sejarah Kota Padang (38): Riwayat Banjir di Kota Padang, Dari Tsunami hingga Banjir Kanal (Banda Bakali)

 
______________________________
 
Kota Padang, selain rawan gempa, sesungguhnya rawan banjir. Dampak gempa terbesar yang dialami Kota Padang akibat gempa adalah munculnya tsunami pada tahun 1797. Sedangkan banjir sendiri di Kota Padang dikhawatirkan dapat muncul kapan saja. Curah hujan yang tinggi dengan Kota Padang yang relatif datar, kapan saja bisa muncul banjir bandang dari hulu yang memiliki kemiringan yang tajam. Kota Padang memiliki riwayat banjir yang cukup panjang.

Peta Kota Padang (kanal), 1929
Kota Padang pada tahun 2012 dan 2016 terjadi banjir besar: genangan air tinggi dan cakupan wilayah banjir sangat luas. Peristiwa itu begitu dekat, tapi sesungguhnya Kota Padang sendiri memiliki riwayat banjir yang cukup panjang. Kanalisasi (pembuatan kanal di Kota Padang) di era Belanda adalah upaya menangkal banjir. Namun mengapa banjir terus menghantui Kota Padang hingga kini?

Sejarah Kota Padang (37): Daftar Panjang Gempa di Kota Padang; Tercatat Sejak 1797 (Tsunami) dan Gempa Besar 1926 (Bencana)

Catatan oleh Agam van Minangkabau:
Tulisan seri sebelumnya No.36 tidak kami muat karena tidak berhubungan dengan Padang ataupun Sumatera Barat. 
 
____________________________________
 
Kota Padang sudah sedari dulu kerap gempa. Dari tahun ke tahun jaraknya sangat pendek. Gempa pertama yang tercatat terjadi pada tahun 1822. Sejak itu tahun-tahun kejadian gempa di Kota Padang terbilang tercatat dengan baik. Daftar panjang gempa bumi di Kota Padang berikut ini untuk melengkapi catatan gempa di Kota Padang yang selama ini masih minim.
Reruntuhan gempa 1926.
Riwayat pencatatan gempa di Kota Padang terlaporkan secara baik terkait dengan kehadiran Pemerintah Hindia Belanda yang dimulai sejak tahun 1819. Pada era sebelumnya (VOC) dan era Inggris kurang terlaporkan. Gempa dalam bahasa Belanda adalah aardbeving atau aardschok.
Peristiwa gempa terbesar sejauh ini di Kota Padang adalah gempa yang terjadi pada tahun 1797 dan 2009. Dengan membandingkan kota-kota lain, Kota Padang terbilang cukup sering peristiwa gempa bumi. Gempa bumi yang terjadi tahun 28 Juni 1926 juga terbilang sangat luas dan memakan banyak korban dan kerugian materi yang sangat besar. Kejadian gempa bumi 1926 ini dianggap sebagai bencana.

Sejarah Kota Padang (34): Aboe Bakar Djaar, Wali Kota Padang Pertama; Ahli Hukum Pribumi Pertama di Kota Padang

 
 
_____________________________
 
Aboe Bakar Djaar, kisahnya kurang diketahui karena tidak ada yang pernah menulisnya. Padahal Aboe Bakar Djaar adalah Wali Kota Padang Pertama. Aboe Bakar Djaar menjadi wali kota di Kota Padang segera setelah Indonesia Merdeka. Padahal orang pertama segera setelah merdeka adalah orang Indonesia yang paling kapabel dan sesuai saat itu untuk memimpin Kota Padang. Aboe Bakar Djaar adalah bagian dari sejumlah orang-orang Indonesia terbaik yang memulai negara Indonesia, yakni negara Indonesia yang sekarang.
Aboe Bakar Djaar di Kota Padang ternyata tidak sendiri. Masih banyak nama-nama orang Indonesia pertama di kota lainnya yang memulai negara tidak terinformasikan dengan baik (lengkap dan akurat), seperti Mr. Loeat Siregar (wali kota Medan pertama), Dr. Radjamin Nasoetion (wali kota Surabaya pertama), Mr. Abdoel Abbas Siregar (residen Lampung pertama) dan lainnya.

Sejarah Kota Padang (26): Jong Sumatranen Bond Didirikan di Belanda (1917); Kongres Sumatranen Bond Pertama di Kota Padang


____________________________

Jong Sumatranen Bond adalah nama pop perserikatan pemuda Sumatra.[1] Pada awal pendirian perserikatan pemuda Sumatra ini di Batavia hanya disebut Sumatranen Bond. Oleh karena pendiri, pengurus dan anggotanya adalah para pemuda (yang berkembang di kalangan mahasiswa dan pelajar) yang berasal dari (pulau) Sumatra maka nama publiknya ke permukaan disesuaikan dengan nama Jong Sumatranen Bond agar setara dengan Jong Java yang sudah lebih awal didirikan.
De Sumatra post, 17-01-1918
Jong Sumatranen Bond adalah semacam sayap (pemuda) Sumatranen Bond, seperti halnya Jong Java sayap (pemuda) dari Boedi Oetomo. Dalam perkembangannya dua perserikatan pemuda ini muncul Jong Ambon, Jong Minahasa, Jong Islamieten Bond dan sebagainya. Selain menggunakan terminologi (bahasa) Belanda ada (kalan) juga menggunakan terminology (bahasa) Melayu: jong=pemuda dan bond=sarikat.

Sejarah Kota Padang (21): Abdoel Hakim, Satu-Satunya Orang Pribumi yang Menjadi Wakil Wali Kota di Era Belanda (1931-1942)

_______________________
 
Jabatan wali kota (Burgemeester) sesungguhnya baru diadakan pada tahun1916 di Kota Batavia dan Kota Soerabaja. Kemudian menyusul di Kota Medan (1918) dan Kota Bandung (1920). Di Kota Padang sendiri jabatan wali kota kali pertama diadakan tahun 1928. Tidak semua kota di Hindia Belanda memiliki walikota. Fungsi pemerintahan di kota-kota lainnya dilaksanakan oleh Asisten Residen. Namun tidak semua wali kota didampingi oleh wakil wali kota (Loco Burgemeester).
Dr. Abdoel Hakim (1949)
Kota Padang diubah statusnya menjadi kota (gemeente) pada tanggal 1 April 1906 (Kota Medan pada tahun 1909). Suatu kota dibentuk menjadi gemeente karena hal khusus: kepadatan penduduk yang tinggi dan keragaman suku bangsa, dan yang lebih penting kota dinominasikan untuk mampu membiayai sendiri (dalam arti ekstensifikasi dan intensifikasi pajak). Untuk perencanaan dan pengawasan dibentuk dewan kota (gemeenteraad) yang melibatkan orang-orang non Eropa/Belanda untuk fungsi legislatif. Pimpinan dewan berada di tangan Asistem Residen. Setelah adanya wali kota (Burgemeester) fungsi eksekutif dan legislatif berada di tangan wali kota.
Dalam sejarah Hindia Belanda (baca: Indonesia), hanya ada dua kota (gemeente) yang pernah memiliki wakil wali kota (loco burgemeester) yang berasal dari orang pribumi. Dua wakil wali kota tersebut adalah M. Husni Thamrin di Kota Batavia dan Abdoel Hakim di Kota Padang. Menariknya, jabatan wakil wali kota Kota Padang ini dipegang Abdoel Hakim selama 11 tahun (1931-1942). Suatu waktu yang terbilang sangat lama bagi seorang wakil wali kota, apalagi pribumi.

Sejarah Kota Padang (17): Soetan Mohamad Salim Fort de Kock, Soetan Goenoeng Toea Padang Sidempoean; Like Father, Like Son


___________________

Kota Padang, ibukota Province Sumatra’s Westkust, yang teridiri dari tiga residentie: Padangsche Benelanden, Padangsche Bovenlanden dan Tapanoeli. Ibukota Residentie Padangsche Bovenlanden adalah Fort de Kock. Pada tahun 1875, Kota Padang Sidempuan sebagai ibukota Residentie Tapanoeli. Province Sumatra’s Westkust dibentuk tahun 1834 dan Residentie Tapanoeli baru dibentuk pada tahun 1845. Meski terbilang masih muda, Province Sumatra’s Westkust sudah memunculkan tokoh-tokoh pribumi yang berpengaruh (paling tidak di wilayah Pantai Barat Sumatra).

Sejarah Kota Padang (16): Sejarah Mentawai, Sedari Dulu, Riwayatmu Kini; Jauh di Mata, Dekat di Hati

Disalin dari blog: http://poestahadepok.blogspot.com
 _________________________


Peta 1909
Mentawai tidak jauh dari Kota Padang. Kepulauan yang terdiri dari empat pulau besar (Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan) yang parallel dengan Pantai Barat Sumatra yang didiami oleh penduduk Mentawai. Secara historis, Mentawai sudah sejak lama dikenal dan dikunjungi oleh orang-orang Eropa/Belanda, namun baru tahun 1864 dimasukkan sebagai yurisdiksi Belanda berdasarkan Staatsblad No. 14 tanggal 10 Juli 1864.
Kepulauan Mentawai ditingkatkan statusnya menjadi kabupaten pada tahun 1999 berdasarkan UU No. 49 Tahun 1999. Kabupaten ini beribukota di Tuapejat, sebelah utara dari pulau Sipora. Pada tahun 2010 Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri dari 10 kecamatan.

Sejarah Kota Padang (15): Mahasiswa Kedokteran Indonesia di Belanda (1918); 15 Jawa, 2 Minangkabau, 1 Batak (Total 22)

 Catatan oleh Agam van Minangkabau:

Kami berterima kasih sekali kepada penulis yang telah mengungkapkan beberapa fakta penting dalam tulisan ke-15 ini. Salah satunya ialah perihal Ibrahim Datuk Tan Malaka.
______________________________

_______________________________
Sebuah laporan pada tahun 1918, jumlah mahasiswa pribumi yang kuliah di bidang kedokteran di Belanda sebanyak 22 orang, diantaranya terdapat dua mahasiswa asal Minangkabau dan satu orang mahasiswa asal Batak. Jumlah mahasiswa terbanyak asal (pulau) Jawa sebanyak 15 orang. Mahasiswa lainnya berasal dari Minahasa, Ambon dan Manado (De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 01-02-1919).
Secara keseluruhan, jumlah mahasiswa Indonesia pada tahun 1818 sudah sangat banyak jika dibandingkan jumlah mahasiswa satu dasawarsa sebelumnya. Pada tahun 1908 jumlah mahasiswa Indonesia di Belanda yang semuanya tergabung dalam Himpunan Pelajar Indonesia sebanyak 20 orang. Dari daftar tersebut, jumlah mahasiswa asal Jawa yang terbanyak, disusul mahasiswa asal Minangkabau.

Sejarah Kota Padang (14): Orang Padang sama dengan Orang Minangkabau; Keliru, Orang Melayu disebut Orang Medan



Catatan oleh Agam van Minangkabau:

Sekali lagi kami ucapkan terima kasih dan kagum kami dengan diungkapnya beberapa fakta sejarah. Termasuk asal muasal kenapa Minangkabau menjauh penyebutannya dari Melayu. Hal ini hendaknya menjadi pemikiran bagi orang Minangkabau dan Melayu lainnya. Dan sekali lagi kami berharap agar dalam setiap penulisan yang mengambil tema Minangkabau hendaknya menyertakan sumber-sumber pribumi Minangkabau.

Disalin dari blog; http://poestahadepok.blogspot.com
_________________________


Minangkabauers te Kotagedang, 1890
Padang adalah nama tempat, sebagaimana Tapanoeli dan Medan. Padang menjadi nama generik untuk seluruh wilayah Sumatra Barat yang sekarang. Ini bermula penyebutan wilayah rendah dan wilayah tinggi Padang dengan Padangsche Benelanden dan Padangsche Bovenlanden. Penamaan serupa ini juga pernah terjadi untuk penyebutan Langkat Benelanden dan Langkat Bovelanden.
Asal usul (menurut berbagai versi): Minangkabau—Menang Kerbau atau Minanga; Tappanoeli—Tapian na Oeli (dipopulerkan oleh Inggris).[1] Bata—Mada (dibaca: Bata). Pada awalnya penyebutan orang Minangkabau belum dibedakan dengan orang Melayu, namun sejak abad ke-19, penyebutan Minangkabau dan Melayu mulai dibedakan karena adanya perbedaan (system) pewarisan (matrilineal).

Sejarah Kota Padang (13): Ombilin dan WH de Greve; Batubara Terbaik Dunia Moda Transportasi Kereta Api dan Kapal Laut



Disalin dari blog:http://poestahadepok.blogspot.com
__________________________

Eksploitasi batubara di Ombilin, Residentie Padangsche Bovenlanden, Province Sumatra’s Westkust adalah sebuah lompatan kemajuan ekonomi. Ombilin tidak hanya menyimpan deposit batubara yang sangat banyak, juga kualitasnya berada di atas kualitas batubara monopoli Inggris selama ini. Biaya angkut yang besar karena medan yang berat antara Ombilin dan pelabuhan Kota Padang (yang berjarak 100 Km) dapat diimbangi oleh potensi ekonomi (pertanian) di sekitarnya.
Makam Ir, WH de Greve di Doerian Gedanng, 1872
Tambang batubara Ombilin tidak hanya ‘mempercantik’wajah ekonomi di Province Sumatra’s Westkust, tetapi juga memperkuat pertumbuhan ekonomi perkebunan di Jawa (kina dan teh) dan Sumatra’s Oostkust (tembakau dan karet), Batubara Ombilin juga menggandakan keunggulan efisiensi ekonomi pelayaran (domestic kepulauan) dan pelayaran internasional (ke Eropaa/Belanda) lebih-lebih terusan Suez dibuka pada tahun 1869. Singkat kata:batubara Ombilin memainkan peran yang strategis kala itu.