Catatan oleh Agam van Minangkabau:
Kami berterima kasih sekali kepada penulis yang telah mengungkapkan beberapa fakta penting dalam tulisan ke-15 ini. Salah satunya ialah perihal Ibrahim Datuk Tan Malaka.
______________________________
Disalin dari blog: http://poestahadepok.blogspot.com
_______________________________
Sebuah
laporan pada tahun 1918, jumlah mahasiswa pribumi yang kuliah di bidang
kedokteran di Belanda sebanyak 22 orang, diantaranya terdapat dua mahasiswa
asal Minangkabau dan satu orang mahasiswa asal Batak. Jumlah mahasiswa
terbanyak asal (pulau) Jawa sebanyak 15 orang. Mahasiswa lainnya berasal dari
Minahasa, Ambon dan Manado (De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 01-02-1919).
Secara
keseluruhan, jumlah mahasiswa Indonesia pada tahun 1818 sudah sangat banyak jika
dibandingkan jumlah mahasiswa satu dasawarsa sebelumnya. Pada tahun 1908 jumlah
mahasiswa Indonesia di Belanda yang semuanya tergabung dalam Himpunan Pelajar
Indonesia sebanyak 20 orang. Dari daftar tersebut, jumlah mahasiswa asal Jawa
yang terbanyak, disusul mahasiswa asal Minangkabau.
Mahasiswa
kedokteran satu-satunya asal Batak tersebut bernama Sorip Tagor (kelak dikenal
sebagai ompung dari Inez/Rizky Tagor). Sorip Tagor, kelahiran Padang Sidempuan
mengambil bidang studi Kedokteran Hewan. Sorip Tagor tahun
1916, diterima sebagai kandidat dokter hewan di Rijksveeartsenijschool, Utrecht
(lihat Algemeen Handelsblad, 19-06-1916). Pada tahun 1917, Sorip Tagor
dipromosikan dari tingkat tiga ke tingkat empat (lihat Algemeen Handelsblad,
23-09-1917). Sorip Tagor sendiri dalam hal ini untuk melanjutkan sarjana muda
yang diraihnya di Sekolah Kedokteran Hewan di Buitenzorg.
Sorip Tagor
mempelopori didirikannya Sumatranen Bond di Belanda. Pada tanggal 1 Januari
1917, Sumatranen Bond resmi didirikan dengan nama ‘Soematra Sepakat’. Dewan
terdiri dari Sorip Tagor (sebagai ketua); Dahlan Abdoellah, sebagai sekretaris
dan Soetan Goenoeng Moelia sebagai bendahara. (Salah satu) anggota (benama)
Ibrahim Datoek Tan Malaka (yang kuliah di kampus Soetan Casajangan). (Deskripsi
ini, lihat De Sumatra post, 31-07-1919). Keempat tokoh ini kelak sangat popular
di Indonesia: Sorip Tagor Harahap dokter hewan pribumi pertama yang berhasil
dalam pemberantasan penyakit hewan dan ternak; Dahlan Abdoellah menjadi dubes
RI, Tan Malaka, pejuang kemerdekaan yang gigih (bersama Amir Sjarifoeddin); dan
Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia, Menteri Pendidikan RI yang kedua
(setelah Ki Hajar Dewantara).
Mahasiswa Perempuan
Ida Loemongga: Perempuan pribumi pertama studi di Belanda |
Pada
tahun 1923 terdapat satu perempuan Indonesia. Mahasiswa tersebut kuliah di Universiteit
Utrecht, namanya Ida Loemongga. Mahasiswa perempuan kelahiran Padang Sidempoean
1905 ini, tidak hanya perempuan pertama yang kuliah di luar negeri tetapi juga
perempuan pertama Indonesia yang mengambil bidang studi kedokteran di luar
negeri.
Ida Loemongga adalah
anak seorang dokter, Haroen Al Rasjid
lulusan Docter Djawa School di Batavia tahun 1902 yang kali pertama
berdinas dan ditempatkan di Kota Padang tahun 1903. Sedangkan ibunya, bernama
Alimatoe’ Saadiah adalah putri sulung pengusaha besar di Kota Padang, Dja Endar
Moeda. Alimatoe’ Saadiah br. Harahap adalah pribumi pertama yang memiliki
pendidikan Eropa.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama
yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi
karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
__________________________________