Tampilkan postingan dengan label maluku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label maluku. Tampilkan semua postingan

BAJAK LAUT TOBELO

 


FB Edi Kurniawan | Orang Tobelo asli dikenal sangat pemberani dan patuh. Mereka memiliki budaya canga atau merantau jauh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di lautan walaupun menghadapi berbagai tantangan (Djawa 2013; Djurubasa, 2013). Jika diserukan perang, maka seluruh orang Tobelo ambil bagian dalam perang tersebut. A.B. Lapian (1983) dalam tulisannya Pelayaran Orang Tobelo dalam abad ke XVIII dan XIX, menulis bahwa sekitar pertengahan abad ke-19, gerombolan perompak Filipina mendapat saingan baru: gerombolan perompak Tobelo. Pada 1850, Angkatan Laut Belanda melaporkan bahwa di pantai utara Jawa Timur, mereka diserang oleh tidak kurang dari 15 perahu bajak laut Tobelo. Perahu-perahu yang digunakan para perompak cukup besar, didayung puluhan orang, dan setiap perahu memuat sekitar 60 orang lengkap dengan meriam, senjata api, dan amunisi.

Adat & Syari'at di Kepulauan Maluku

 

Pict: makassar.kompas

Falsafah Hidup Orang Maluku dan Maluku Utara
Oleh: Muhammad Kashai Ramadhani Pelupessy

FB Edi Kurniawan - Jafar Sadiq, tercatat dalam hikayat Naidah, sebagai orang Arab pertama yang berkunjung ke Ternate Maluku Utara. Dia disebut-sebut sebagai bapak dari empat kesultanan yang ada di Maluku Utara yakni Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Masyarakat Ternate dan sekitarnya meyakini bahwa Jafar Sadiq dulunya nikah dengan bidadari asal kahyangan. Dari perkawinan mereka lahir 4 saudara laki-laki dan 4 saudara perempuan. Keempat saudara laki-laki inilah yang akan menjadi pemimpin (sultan) di Maluku Utara.
Sampai detik ini, belum ada penelusuran sejarah yang jelas, terkait siapa sebenarnya Jafar Sadiq. Ada yang mengatakan dia dari Arab, Persi, atau Yaman, tapi adapula yang berpendapat bahwa dia di utus oleh kekhalifahan Abbasyiah untuk menyiarkan agama Islam ke wilayah timur Indonesia. Hal ini mengingatkan saya pada fase pertama di kirimnya para ulama dari Abbasyiah, rombongan Syaikh Jumadil Qubra dan kawan-kawan ke tanah Jawa, mungkin juga sekaligus dengan Jafar Sadiq, wallahua’lam. Tapi di Jawa ada juga sunan yang bernama Jafar Sadiq yakni Sunan Kudus. Apakah Jafar Sadiq yang menyiarkan Islam di Maluku adalah Sunan Kudus? Hal ini masih menjadi tanda-tanya besar.

Djasair el Muluk [Maluku]

Ilustrasi gambar: Imago

 

Sumber FB Arsip Nasional RI

auh sebelum Portugis datang ke kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, sudah berdiri empat kerajaan Islam yaitu : Kerajaan Tidore, Tidore, Tuanante (kemudian menjadi Jailolo) dan Makian (atau Bacan). Kemudian bergabung menjadi satu kerajaam Islam yang dipimpin langsung oleh Sultan Baabulah yang dikenal dengan nama "Moloku Lamo" atau Maloku Besar. Sultan Baabulah memerintah dari tahun 1570-1585.

Islam masuk ke Maluku masih di masa zaman keemasan Islam dimana para musafir dan pedagang Islam dari tanah Arab/Magribi dan Gujarat pergi ke berbagai belahan dunia untuk berdakwah, diantaranya ada yang datang berlayar ke kepulauan Maluku. Salah satu tokoh yang terkenal antara lain Ibnu Battutah. Ia menjelajahi banyak tempat dan pulau-pulau untuk mengembangkan agama Islam, ini terjadi dalam abad ke 14 (bukan dimaksud Islam ke Maluku untuk pertama kalinya).

Gambaran Malaysia 1919



Pada tahun 1919, MALAYSIA adalah wilayah merangkumi Semenanjung Tanah Melayu iaitu dari :
- Segenting Kra sampai Singapura
- Sumatera
- Jawa
- Borneo
- Sulawesi Timur
- Maluku
- Papua
- Ribuan pulau pulau.

Kredit : Dwan Ibn Shariff 

==============================

Menyusuri Jejak Islam di Tanah Papua

Foto: Tropen Museum


Oleh : Beggy Rizkiyansyah, Penggiat Jejak Islam untuk Bangsa (JIB)

Disalin dari Laman Republika (tautan ada diakhir tulisan)

Gema Takbir mengumandangkan kebesaran Allah di nusantara ternyata meluas, bahkan hingga ke Papua. Lautan luas diterabas, ombak diterjang oleh muslim untuk menyiarkan Islam ke penjuru nusantara. Di bumi Papua, kita dapat merasakan kehadiran dakwah Islam, bahkan sejak lima ratus tahun yang lalu.

Papua sendiri telah dikenal sejak lama. Pada masa Kerajaan Sriwijaya, Papua disebut Janggi. Pelaut Portugis yang pernah singgah di Papua tahun 1526-1527 menyebutnya ‘Papua.’ Namun ada pula yang menyebutnya Isla de Oro (Island of Gold). Kemiripan fisik orang Papua dengan orang Afrika membuat pelaut Spanyol menyebutnya ‘Nieuw Guinea’, merujuk pada wilayah Guinea di Afrika Barat. Papua, mungkin juga berasal dari bahasa Melayu, pua-pua, yang berarti keriting. Istilah ini dipakai oleh William Mardsen tahun 1812, dan terdapat dalam salah satu kamus bahasa Melayu -Belanda karya Von der Wall tahun 1880, dengan kata ‘papoewah’ yang berarti orang yang berambut keriting.

Istilah Papua sendiri tampaknya berasal dari bahasa Tidore, Papo Ua, yang berarti tidak bergabung atau tidak bersatu. Maksudnya adalah wilayah luas dan tanah besar itu (Papua) tidak termasuk ke dalam induk kesultanan Tidore.

Berbagai sebutan untuk Papua menyiratkan pada kita, akan keragaman bangsa yang berinteraksi dengan orang-orang Papua. Salah satu bangsa yang diketahui berhubungan dagang dengan orang-orang Papua adalah pedagang Cina. Pertukaran barang seperti porselin dan tembikar terjadi diantara mereka. Bahkan di kalangan masyarakat Seruni, terdapat keturunan Cina. Hubungan lain tercipta antara Kerajaan Majapahit dengan orang-orang Papua. Terutama dengan penduduk Papua di Onin (Wwanin), Fakfak. Hubungan ini diketahui dari Syair Negarakertagama karya Empu Prapanca (1365M), dalam sebuah bait syair disebutkan kata Wwanin (Onin, Fakfak) dan Sran (Kowiai atau Kaimana).

PUKUL MENYAPU MAMALA AMALATU

 

Sumber Foto: ANTARA


Sekitar abad ke- XVI negeri Mamala[1] diperintah dan dipimpin oleh tiga orang tokoh yakni:
1. Latu Liu sebagai pimpinan pemerintahan adat Negeri Mamala
2. Patti Tiang Bessy / Patti Tembessi (Tukang Besar yang memimpin pembangunan mesjid)
3. Imam Tuny (Imam Masjid)
Ketiga orang tersebut kemudian bermufakat mendirikan masjid. Semua persiapan mulai diadakan berupa pengumpulan bahan-bahan bangunan khususnya kayu dengan mengerahkan rakyat untuk menebang kayu di lereng-lereng gunung dan perbukitan disekitar Mamala. Selanjutnya kayu diangkut atau dipikul bersama-sama ke lokasi masjid. 

Gorong Oorlog (The Battle of Gorong)

 --Sejarah Yang Hilang

HARI ITU, tepatnya 229 tahun lalu rakyat Seram Timur terlibat dalam perang dengan Koalisi Pasukan Belanda antara 21-23 Mei 1791. tepatnya di pantai sekitar negeri Ondor dan Kataloka di Pulau Gorom.
Perang itu disebut Belanda sebagai Gorong Oorlog atau the battle of Gorong. adalah rangkaian dari perang 30 tahun Sultan Nuku. lebih dari saparuh masa perang Nuku terjadi di Seram Timur. Orang-orang Seram Timur terkenal yang paling loyal dalam melindungi Nuku dari kejaran Belanda dan Ternate.

Surat Sulthan Ternate kepada Raja Inggris

Sumber Gambar: https://www.facebook.com


Surat Sultan Said SyahSurat daripada sahabat Raja Maluku datang kepada Raja Ingglitera dan Sakatlanda dan Ferangsa dan Irlanda yang telah masyhur dari tanah Maluku. Adapun peri mengatakan hal tatkala Faransisko Darak datang pada ketika lagi ada hayat pada zaman marhum mengatakan hal sesuatu kepada Faransisko Darak dengan tanda sebentuk cincin akan menyampaikan kepada sahabat Raja Inggliterra.