Tampilkan postingan dengan label militer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label militer. Tampilkan semua postingan

Tragedi Pembantaian Bulungan di Perbatasan Malaysia

Militer Indonesia menyerbu Kesultanan Bulungan pada 1964. Puluhan orang tewas, istana dibakar. Mereka dituduh berkhianat.
 tirto.id - ”Waktu itu saya masih kecil, baru berumur 10 tahun. Saya melihat dengan mata kepala sendiri pembakaran itu. Tentara menculik dan membunuh kerabat istana,” sebut Ibrahim mengenang peristiwa kelam yang pernah dialaminya semasa kanak-kanak dahulu (Lentera Timur, 26 Juni 2012). Ibrahim beruntung lolos dari maut. Pria bernama lengkap Ibrahim Bin Datu Bendahara ini menjadi salah satu saksi hidup ketika serombongan prajurit TNI membakar istana Kesultanan Bulungan di Kalimantan bagian utara, dekat perbatasan Malaysia, pada 24 Juli 1964 silam.

”Peristiwa itu tidak akan kami lupakan. Tuhan yang akan membalasnya,” ucap Ibrahim lirih.

Kejadian berdarah tersebut dikenal juga dengan nama Tragedi Bultiken yang merupakan singkatan dari Bulungan, Tidung, dan Kenyah, tiga suku utama yang sejak dahulu kala menghuni kawasan itu. 

Bertamu Sebelum Menyerbu Bulungan 

Kapten (Indonesia) Hassan Bin Sidek asal Malaysia


 Disalin dari kiriman FB Alam Melayu Merindu

Tahukah anda, pada zaman negara jiran Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan daripada penjajah Belanda dalam Revolusi Indonesia yang telah berlangsung pada tahun 1946-1949 dahulu, seorang anak tani yang berasal daripada Kampung Bukit Pak Silap, Temerloh, Pahang Darul Makmur juga telah berhijrah ke Indonesia dan mengangkat senjata bagi mempertahanan kemerdekaan pertiwi untuk jiran serumpun di Indonesia.
Pemuda yang penuh semangat patriotisme demi nusa dan bangsa ini bernama Encik Hassan Bin Sidek akhirnya telah berjaya menjawat jawatan Kapten Udara Republik Indonesia sepanjang perjuangan beliau disana. Pada tahun 1968, beliau telah pulang selama 14 hari ke kampung asalnya di Kampung Bukit Pak Silap, Temerloh untuk melawat sanak saudara dan rakan sepermainan di kampung halaman sebelum beliau menjadi seorang patriot melawan penjajah di negara jiran serantau.

USTADZ JENDERAL BESAR SOEDIRMAN

Foto: 99.co
Ustadz Shaleh dari karang Nongko | Negara ini Merdeka karena Jihad Fi Sabilillah
Ada sebuah kenyataan dibalik seorang Panglima Besar Pertama, Jendral Soedirman yang selama ini seolah ditutup-tutupi, kalau tidak mau dibilang diusahakan untuk dihilangkan. Namun, sepandai pandainya tupai melompat, suatu waktu pasti terpeleset juga.
Selama ini yang kita kenal hanya JENDRAL SOEDIRMAN saja, sementara USTADZ SOEDIRMAN dilupakan, atau malah mungkin sengaja dihilangkan?
Kita diajarkan di sekolah bahwa Jendral Soedirman berperang dengan TAKTIK GERILYA, tapi mengapa seruan JIHAD FI SABILILLAH JENDRAL SOEDIRMAN dihilangkan dari pelajaran sekolah?
Panglima Besar Jendral Soedirman, Pejuang kemerdekaan yang mengobarkan semangat jihad, perlawanan terhadap kezaliman, membekali dirinya dengan pemahaman dan pengetahuan agama yang dalam, sebelum terjun dalam dunia militer untuk seterusnya aktif dalam aksi-aksi perlawanan dalam mempertahankan kemerdekaan negeri. Mengawali karir militernya sebagai seorang dai muda yang giat berdakwah di era 1936-1942 di daerah Cilacap dan Banyumas. Hingga pada masa itu Soedirman adalah dai masyhur yang dicintai masyarakat.

The First Indonesian Police Woman

[caption id="" align="aligncenter" width="480"] Sumber Gambar: Disini[/caption]

The History of Police Woman in Indonesia begin in Bukit Tinggi. On this city for the first time Indonesia Police Woman were recruited. The are six woman from Middle Sumatera were recruit and the date of the first education become the date of birth Indonesia Police Woman. There are September 1, 1948.


____________________________________


Ternyata tidak disangka Kota Bukit Tinggi merupakan kota tempat lahirnya Polisi Wanita (Polwan) di Indonesia dan tentu saja Sekolah Polisi Negara (SPN) yang ada di Kota Bukit Tinggi merupakan sekolah kepolisian pertama yang membuka Pendidikan Inspektur Polisi untuk perempuan. Pendidikan pertama dilalui oleh enam orang perempuan asal Propinsi Sumatera Tengah[1] yang tanggal mereka memulai pendidikan yakni tanggal 1 September tahun 1948 dijadikan sebagai Hari Lahirnya Korps Polisi Wanita Republik Indonesia.

Jail Building & Surrounding

[caption id="" align="aligncenter" width="1280"] Picture: Minangkabau Tempo Dulu[/caption]

Bukit Tinggi City when Agressie The Second of  the Nederland Army in the year of 1948. We can see the Jail Building, the wide road, and the house in the right side of road. Far there we can see the Bukittinggi Railways Station with rice fields.




[caption id="" align="aligncenter" width="526"] Picture: Minangkabau Tempo Dulu[/caption]

On this second picture we can see the military truck toward Pasa Ateh. This picture taken from Simpang Kangkuang, Jam Gadang (Clock Tower) has covered by few of tree there.


________________________________________

Houses for military officers

[caption id="" align="aligncenter" width="700"] Picture: Tropen Museum[/caption]

Officierskampement te Fort de Kock in de Padangsche Bovenlanden || Officers encampment at Fort de Kock in the Padang Uplands. - 1900-1940.

Houses for military officers area, now known as Kantin Square Area in Bukit Tinggi. This houses is still there until now.

____________________

Rumah bagi perwira militer di Bukit Tinggi di Padang Darat. 1900-1940

Kawasan perumahan inim masih ada hingga kini, terletak di  kawasan yang pada masa sekarang lebih dikenal dengan Lapangan Kantin.

Military Kamp 1900

[caption id="" align="aligncenter" width="700"] Picture: Tropen Museum[/caption]

Zicht op een aantal gebouwen van het militaire kamp van Fort de Kock || View of several buildings of the military camp of Fort de Kock (Bukit Tinggi). - 1900


Military camp or known as Kantin Area in Bukit Tinggi. Very interesting, from what side this picture has taken?


_____________________________


Pemandangan dari beberapa bangunan di Kamp militer di Fort de Kock (Bukit Tinggi). - 1900


Kawasan Militer atau sekarang lebih dikenal dengan Kawasan Kantin di Bukit Tinggi. Sangat menarik, dari arah manakah gambar ini diambil kiranya?

The Mountain Artillery

[caption id="" align="aligncenter" width="700"] Picture: Tropen Museum[/caption]

De bergartillerie maakt zich klaar met kanonnen en in uniform. Sectie bergartillerie te Fort de Kock (Bukittinggi) || The mountain artillery is getting ready with guns and uniforms. Section mountain artillery at Fort de Kock (Bukittinggi). - 1922




[caption id="" align="aligncenter" width="700"] Picture: Tropen Museum[/caption]

Sectie bergartilerie te Fort de Kock. Militaire optocht van de sectie bergartillerie te Fort de Kock ||Section mountain artillery at Fort de Kock. Military parade of the mountain artillery section to Fort de Kock. - circa 1895


______________________________________


Artileri gunung tengah bersiap-siap lengkap dengan senjata dan seragam. Bagian artileri gunung di Fort de Kock (Bukittinggi). Tahun 1922


Gambar Kedua: Bagian artileri gunung di Fort de Kock. Parade militer dari bagian gunung artileri ke Fort de Kock. Sekitar 1895

Penjara Lama 1870

[caption id="" align="aligncenter" width="700"] Picture: Tropen Museum[/caption]

De weg van Fort de Kock naar Padang Pandjang, Sumatra. || The road from Fort de Kock to Padang Pandjang, Sumatra. Circa 1870

From the infromation of this picture tell us that the road from Bukit Tinggi toward Padang Panjang but in this picture we can see the Jail Building near from Bukik Kandang Kabau were Jam Gadang building stand. We can see the rice field around that building. And far there was Military Area were known as Kantin. There is no Train Station building because that rail has build at 1894 from Padang to Bukit Tinggi.

Baron Markus Hendrik de Kock

[caption id="" align="aligncenter" width="300"] Baron Hendrik Markus de Kock [Picture: Wikipedia][/caption]Baron Markus Hendrik de Kock was Lieutenant Governor General in Nederland Indie (Indonesia) from 1826-1830. In his leadership the Dutch won the war against the Minangkabau People who know as Paderi War. For winning the war against Minangkabau People, the Dutch build a fortress in strategic location. One of their fortress has located in Bukit Tinggi, in place Bukik Jirek (Jirek Hills) who know as Fort de Kock.

This fortress build by Captain Bauer and he named it Fort de Kock, belong to his Great Commander on Batavia. The General has came to Minangkabau and visit Bukit Tinggi at once and he suggest to his officer to make an agreeman with the Minangkabau People who known as Plakat Panjang. They won this war with this agreeman.
________________________


Baron Markus Hendrik de Kock adalah seorang Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda dalam masa 1826-1830. Dimasa kepemimpinannyalah Perang Diponegoro dan Perang Paderi Pecah. Untuk memenangkan pertempuran dengan Rakyat Minangkabau, pihak Belanda memiliki strategi yakni membangun benteng di tempat yang strategis. Salah satu dari benteng mereka terletak di Bukit Tinggi di atas sebuah bukit yang bernama Bukit Jirek dan benteng tersebut dikenal dengan nama Benteng (Fort) de Kock.

Kantin Square

[caption id="" align="aligncenter" width="750"] PIcture: Minangkabau Heritage[/caption]

Kantin Square located in Bukit Tinggi Military Area or now in front of Old Mayor Office. This square was one of city identity, used for many activity by Goverment of Bukit Tinggi, Military, and by Bukit Tinggi people. This picture have a year 1880-1920.

[caption id="" align="aligncenter" width="400"] Picture: Bukittinggi Tempo Dulu[/caption]

In this second picture we can see the building in Kantin Square has more complete and permanent. This second picture also have no year.

 

_____________________

Lapangan Kantin yang terletak di Bukit Tinggi ini berada dalam kawasan Militer atau pada saat sekarang berada di hadapan Kantor Balai Kota Lama. Lapangan ini merupakan salah satu dari identitas kota, digunakan untuk beragam kegiatan oleh Pemerintah Kota Bukit Tinggi, Militer, dan oleh rakyat. Gambar ini bertahunkan 1880-1920.

Kawasan Militer 1858

[caption id="attachment_134" align="aligncenter" width="676"]Kampement te Fort de Kock in mei 1858 [Picture: deutsche-digitale-bibliothek] Kampement te Fort de Kock in mei 1858
[Picture: deutsche-digitale-bibliothek][/caption]This is a painting of a military area in the Dutch colonial period in 1858. Just a few building for the beginning and the square.
___________________________________


Ini merupakan lukisan Kawasan Militer pada tahun 1858 di Bukit Tinggi. Benar-benar sangat permai alam ketika itu, belum banyak orang dan bangunan di kawasan inipun masih sedikit.

Kawasan Militer

[caption id="" align="aligncenter" width="960"] Lapangan Kantin Bukittinggi tahun 1900-1940 [Picture: Minangkabau Heritage][/caption]This area located at front of Old Mayor Office Building or in the Kantin Square area. In the Colonial time, this area was military headquarters with barracks and the official residences of military officers. Until now, this area still still the property of the military region.
_______________________________

Sepertinya foto ini diambil dari arah Simpang Yarsi, mungkin di hadapan Rumah Sakit Tentara atau di hadapan Lapangan Kantin atau di hadapan Kantor Balai Kota Lama. Hingga kini kawasan ini masih menjadi milik militer, bedanya sekarang ialah Militer Indonesia.