Tampilkan postingan dengan label voc. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label voc. Tampilkan semua postingan

Kontroversi Aru Palaka

 


Kami terkejut tatkala membaca sebuah pertanyaan di salah satu Grup Fesbuk yang diajukan oleh Tuan Rahman, begini bunyinya "Bagaimana Sejarah Kedatangan Aru Palakka di Banyuwangi, Madura dan Minangkabau?" dan tentu sahaja karena kami tiada memahami maksud sebenar dari pertanyaan ini kami mencoba mencari jawaban di kolom komentar, maka kami dapatkanlah; 

Akun Mangkasar menjawab "Ikut ke VOC,[1] Karena La Tenri Tatta Arung Palakka dan Pasukan Bugis[2] lainnya serta pasukan Ambon pimpinan Jongker adalah Pasukan bayaran dan Kaki Tangan VOC" kemudian beliau melampirkan sebuah arsip berbahasa Belanda;


yang artinya: Semua budak dan abdi perempuan berdarah Makassar Aroe-Palakka Serahkan, dan selalu siap berperang melawan Makassar atau musuh lainnya dari perusahaan ( VOC ). Sementara dia bersumpah lebih jauh untuk dirinya sendiri dan penerusnya tidak pernah mengangkat senjata melawan Perusahaan ( VOC ), tapi tetap setia padanya selamanya, apa adanya.

Tuan Akmal Bintang agaknya tak sependapat "Kerjasama Pemerintahan VOC, karena La Tenri Tatta laki laki yang terbaik pada zamannya"

"Ya betul, Arung Palaka terbaik diantara orang orang Sulawesi yang terburuk." jawab Tuan Maman Ntoman tak sependapat.

Pertikaian Aceh dengan Jambi di abad ke-17

 

Ilustrasi gambar: wawasan sejarah

Berikut ialah catatan Belanda di abad ke-17 terkait konflik yang terjadi antara kerajaan Melayu di Pulau Sumatera. Dibutuhkan kearifan pembaca karena surat ini ditulis oleh orang Barat dengan perspektif barat serta dengan maksud dan tujuan mereka sebagai kolonialis.

FB Gahara - Mengusir Sultan Johor Abdullah Ma'ayat Syah dari pulau Lingga. Pada tahun yang sama sultan, teman lama Belanda, meninggal. Pengembara yang di buru, di kepulauan Tanambel, dari apa yang disebut Belanda 'patah hati'. Gubernur Jenderal Carpentier khawatir bahwa ini adalah akhir dari kerajaan terkenal Johor. Namun dia salah, Johor tetap menjadi faktor penting dalam permainan kekuasaan regional. Para penguasa Andragiri, Kampar, Jambi, dan Palembang yang semuanya terhubung melalui ikatan kekerabatan dan keluarga kerajaan Johor, khawatir Iskandar Muda akan menyerang tanah mereka.
Sebelumnya pada tahun 1620 Indragiri meminta bantuan Melaka melawan Aceh, menjanjikan pengiriman lada yang tetap terus menerus. Hal ini mengakibatkan Aceh menyerang Andragiri pada tahun 1624. Serangan Aceh tidak menyebabkan kontrol permanen atas Indragiri. Dari sumber VOC kami menyimpulkan bahwa penguasa Indragiri mengundang Belanda untuk berdagang di pelabuhannya setelah invasi Aceh tahun 1624 tetapi mereka tidak melihat keuntungan.

Abdul Jalil Shah IV (1699-1720)


Abdul Jalil Shah IV (1699-1720)

Kesultanan Johor lama yang terkadang juga disebut Kesultanan Johor-Riau, didirikan di paruh pertama abad ke-16 oleh sultan Melaka yang digulingkan, yang kemudian memerintah bersama dengan para ahli warisnya. Di antara kerajaan-kerajaan serta para penguasa Melayu, Johor merupakan salah satu dari kekuatan politik atau negara yang bersaing ketat untuk memantapkan perannya sebagai ahli waris Melaka; demikian pula ketika kawasan tersebut mulai dikuasai oleh kekuatan kolonial Eropa. Hinga akhir abad ke-16, penguasanya terkadang juga disebut “Kaisar dari Para Raja Melayu”.

Berdirinya Kesultanan Palembang Darussalam

 


*Berdirinya Kesultanan Palembang Darussalam.*

Kesultanan Palembang Darussalam adalah sebuah kerajaan Melayu yang bercorak Islam di Sumatera bagian selatan. Sejarah berdirinya tidak terlepas dari kemelut politik pada Kesultanan Demak. Perang perbutan tahta yang terjadi antara 1549 -1586 pada akhirnya dimenangkan oleh Mataram. Hal ini menyebabkan runtuhnya Kerajaan Islam yang didirikan pada 1478 oleh Raden Patah. Pada 1586, Palembang sebagai satu satunya wilayah yang masih setia, jadi tempat pelarian para bangsawan Kesultanan Demak. Terdapat 15 Keluarga para pembesar Demak dari berbagai kota di pesisir utara Jawa yang mengungsi ke Palembang.
Sultan terakhir Demak, Aria Pangiri (1582-1586) yang terusir mangkat di Banten Pada 1588. Cikal bakal Kesultanan Pelembang didirikan oleh Kiyai Gede ing Suro. Ia bertindak seolah-olah adalah 'Pemerintahan Demak dalam pengasingan' dengan gelar Pangeran Madi ing Angsoko (1588-1623). Pusat pemerintahan didirikan pada 1588 di sekitar Kelurahan 2-Ilir, di tempat yang sekarang merupakan kompleks PT Pupuk Sriwijaya. Secara alamiah lokasi keraton cukup strategis, dan secara teknis diperkuat oleh dinding tebal dari kayu unglen dan cerucup yang membentang antara Plaju dengan Pulau Kembaro, sebuah pulau kecil yang letaknya di tengah Sungai Musi. Keraton Palembang yang dibangunnya itu disebut Keraton Kuto Gawang.

Berdirinya Kesultanan Jambi dalam Genggaman VOC

 


*Berdirinya Kesultanan Jambi dalam Genggaman VOC.*

Menurut cerita tutur, dikisahkan pada masa pemerintahan Rangkayo Hitam[1] (~1600-1615) Jambi memulai era Kesultanan. Hal ini ditandai dengan masuknya raja kerajaan Jambi kedalam agama Islam. Kemudian ia memberi maklumat agar penduduk Jambi agar memeluk agama Islam. Pada masa pemerintahannya Ia merubah struktur kerajaan dan penyebutan gelar raja yang sebelumnya 'Panembahan' (Temenggong) menjadi 'Sultan'.
Sejarah berdirinya Kesultanan Jambi tidak lepas dari campur tangan VOC. Pertemuan dengan Kongsi Dagang Belanda itu terjadi pada 1615. Setelahnya Jambi secara resmi menjadi Kesultanan. Melalui maklumat Sultan Kedah (Sultan Abdul Kahar 1615-1643), ia mendeklarasikan wilayahnya sebagai satu kesatuan yang berbentuk Kesultanan, sejajar dengan Kesultanan Johor.

Lampung, jejak pertama VOC di Pulau Sumatera

 


*Lampung, jejak pertama VOC di Pulau Sumatera.*

Pada masa kejayaan kesultanan Banten, Lampung menjadi bagian dari wilayah kekuasaannya. Potensi Lampung pada saat itu adalah sebagai penghasil rempah-rempah terutama lada yang diincar Belanda. Pada tanggal 29 Agustus 1602 armada VOC mendarat di Tanjung Tiram Lampung, namun mendapat sambutan yang kurang baik dari rakyat Lampung.
Banten dibawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682) mencapai puncak kejayaannya sedangkan VOC secara bertahap berhasil mengembangkan sebuah jaringan perdagangan di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Sementara itu Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC yang bercokol di Batavia. Upaya VOC dalam meluaskan wilayah kekuasaan dihalang-halangi oleh Banten.

Sejarah Kota Padang (11): Sejarah Pemimpin Padang 1621-1814; Catatan Kuno Berjudul ‘Permoelajan Berdiri Poehoen’

Catatan oleh Agam van Minangkabau:
Sekali lagi pengetahuan atas sejarah, adat, dan budaya Minangkabau diperlukan terutama sekali dalam menelaah sumber-sumber pribumi. Semoga hal ini mendatangkan kearifan dan kebijaksanaan dari pembaca sekalian. 
___________________________
Sejarah pemerintahan Padang dimulai tahun 1621. Sejarah ini ditemukan dalam catatan kuno yang berjudul ‘Permoelajan Berdiri Poehoen’ (Oprichting van den Boom) yang transkripsinya diterjemahkan oleh redaktur  Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad yang diterbitkan pada edisi 08-03-1883.[1] Catatan ini berisi sejarah Padang 1621-1814 yang mengacu pada pembebasan dari Atjeh tahun 1666. Periode 1621-1666 sebagai periode kehadiran Atjeh di Padang dipisahkan dalam catatan tersebut.
Sumatra-courant, 20-03-1884
Oleh karenanya, sub judul catatan kuno ini adalah: ‘Parie Mangatakan Tatakala Atjes matoengoe Nagarie Padang dan mengatokan Wallanda doedoek die Nagarie Padang laloe kapada ahkier nja’. Mungkin artinya kira-kira begini: ‘Ketika Aceh mendiami Nagari Padang dan pada masa Belanda menduduki Nagari Padang hingga kini’, Sub judul ini dengan sendirinya menjelaskan judul ‘Permoelajan Berdiri Poehoen’. Mungkin 'pohon'[2] yang dimaksud adalah pemerintahan lokal (dengan panglima sendiri) seiring dengan kehadiran kolonial (Belanda dan Inggris).