Tampilkan postingan dengan label rahayu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rahayu. Tampilkan semua postingan

Mengkritisi Chauvinistik Jawa dari Sudut Pandang Orang Jawa

 

Gambar: Jalan Damai

FB Wijanarko Abdi Prasojo - Saya Orang Jawa (Suku Jawa) Namun, saya bukanlah orang Jawa yang cuman tinggal di kampung halaman sendiri saja. Saya punya pengalaman hidup di banyak tempat di Indonesia ini. Mulai Bali, Jakarta, Madura, Aceh, Palembang, Kalimantan, Sulawesi dan NTB.
Jadi, perasaan kesukuan saya tidak setinggi teman-teman saya orang Jawa yang hanya tinggal di daerahnya sendiri saja. Saya juga tidak seperti orang Jawa lainya yang merantau, baik itu sebagai transmigran atau perantau mandiri, tapi di perantauan suka kumpulnya ekslusif hanya dengan orang sekampung dari tanah asalnya di Jawa. Tidak mau berbaur atau mempelajari budaya setempat. Bukan, saya bukan orang Jawa yang seperti itu.
Sebagai orang Jawa, kadang saya sedih kalau melihat rekan-rekan orang Jawa lain yang terlalu mengagungkan sukunya sendiri. Menganggap suku sendiri paling hebat. Ini namanya sukuisme. Saya juga sedih kalau ada orang Jawa yang suka mengklaim banyak hal itu milik orang Jawa. Saya ambil beberapa contoh yang pernah saya temukan, diantaranya :

SESAJEN DALAM BUDAYA JAWA

Gambar Ilustrasi: Pena Rakyat News

 Disalin dari kiriman FB Dhemite Keluds

SESAJEN DALAM BUDAYA JAWA
Salam Rahayu....
Pemberian sesajen ini tidak ada kaitannya dengan memberi makan jin, danyang, setan atau sebangsanya. Tetapi sesajen dalam arti yang sebenarnya adalah menyajikan hasil bumi yang telah diolah oleh manusia atas kemurahan Tuhan Penguasa Kehidupan. Mengingatkan kita bahwa ini semua adalah milik Tuhan. Selama ini kita tidak turut memiliki namun hanya memanennya saja. Karena semuanya sudah ada ketika kita mulai diberi kehidupan.
Saat ini orang beranggapan bahwa menyajikan sesajen adalah suatu kemusyrikan. Tapi sebenarnya ada suatu simbol atau siloka di dalam sesajen yang harus kita pelajari. Siloka, adalah penyampaian dalam bentuk pengandaian atau gambaran yang berbeda (aphorisma). Kearifan lokal yang disimbolkan dalam sesajen perlu dipelajari bukan disalahkan karena itu adalah kearifan budaya lokal yang diturunkan oleh leluhur kita.
Padi, gabah, beras, nasi (tumpeng) : melambangkan ketuntasan dan kesempurnaan. Kalau kita melakukan sesuatu harus dengan tuntas dan tidak setengah-setengah.
Nasi tumpeng. Kata “tumpeng” berasal dari kata TUMUNGKULO SING MEMPENG, artinya kalau kita ingin selamat, hendaknya kita selalu rajin beribadah. Sedangkan bentuk kerucut pada tumpeng mengartikan bahwa semakin hari kita harus senantiasa ingat kepada Tuhan dan tumpeng juga sebagai penjelmaan alam semesta dimana nasi berwujud gunung dikelilingi oleh hasil bumi berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan darat/air.

Apa kabar Rahayu?

Ilustrasi Gambar: kekunoan

soal ini kami punya pantunnya :

'kalau menebang si kayu jati
papan di jawa dibelah belah'
'kalaulah hidup tiada berbudi
umpama pokok tiada berbuah'
maksudnya :
kerajaan jawa diibaratkan sebatang pohon yang tidak berguna kemudian ditebang. Sangat disayangkan, kerajaan Jawa yang sudah runtuh dan hilang wibawanya itu kemudian dibelah belah.

Disalin dari kiriman FB Riff ben Dahl

Cime'eh\3. Pakaian Bangsa Nuswantoro

 Silahkan klik pada judul untuk menuju tulisan:

  1. SELAYANG PANDANG SEJARAH BATIK
  2. Sekilas Perihal KEMBEN
  3. KEBAYA


Cimie'eh\1.Nuswantoro