Kemben secara tradisional dikenakan dengan cara melilitkan sepotong kain menutupi batang tubuh bagian atas, tepi dilipat dan disematkan, diikat dengan tambahan tali, ditutupi dengan angkin atau selempang yang lebih kecil di sekitar perut [Wikipedia]
Terdapat beragam versi terkait asal muasal kemben ini, Wikipedia menyebutkan bahwa busana ini sudah ada semenjak periode Jawa Kuno dan Klasik dan dipakai oleh wanita istana. Hal ini seperti tergambarkan dalam kitab Kakawin SumanasÄntaka, karya dari Mpu Monaguna, pujangga dari Kadiri pada abad ke-13 M, berikut petikannya:
Diceritakan dalam sepenggal cerita, bahwa
Putri Indumati, ina dan uwa-nya, bersolek mengenakan baju merah. Keduanya belum
terlalu tua. Rambut mereka bergelombang, diselingi warna kelabu.
Lalu para dayang belia datang bagaikan dewi,
mengenakan kemben kain wulang emas. Selendang emas murni yang mereka sampirkan
pada bahu tampak berkilauan seperti sayap untuk terbang. Mereka masih keturunan
bangsawan sahabat raja. Mereka tengah menghadiri sayembara memperebutkan Putri
Indumati.
Dan pada candi-candi
peninggalan Hindu Budha di Jawa dapat kita temui relief perempuan pada candi
yang digambarkan tak memakai penutup pada tubuh bagian atas. Hanya tubuh bagian
bawah yang diberi penutup.
Sedangkan Pramoedya Ananta Tour dalam romannya Arus Balik menyebutkan:
Lima
tahun yang lalu, sidang para pedagang Islam telah menghadap Tuanku Penghulu
Negeri, memohon agar para wanita menutup buah dadanya. Sejak itu semua wanita
yang keluar dari rumah diharuskan mengenakan kemban. Maka sekarang mereka tak
bertelanjang dada lagi seperti halnya dengan kaum pria pribumi. (Arus Balik.
Hasta Mitra.Jakarta, 2002 [hal.22])
Pram
menggambarkan bahwa kemban muncul setelah para pedagang Islam meminta kepada
Penghulu Negeri. Dan sebelumnya mereka tak memakai selembar benangpun di tubuh
bagian atas mereka. Roman ini sendiri mengambil waktu abad ke-16 sebagai
setingan cerita.
Sumber lain
seperti historia.id menyebutkan bahwa kemben telah ada semenjak periode Hindu Budha
di Jawa. Dan lebih Wikipedia menutup penjelasannya tentang kemben dengan:
Kemben dapat dianggap sebagai perwujudan
keanggunan, estetika, dan ekspresi feminitas.
Layaknya
narasi nuswantoro lainnya, setiap tulisan yang menggambarkan keaguangan budaya nuswantoro
disertai dengan sebuah narasi yang menyatakan bahwa produk budaya tersebut
bukan hanya milik Jawa melainkan juga daerah lain di nusantarapun ada pula:
Tak hanya suku Jawa, Kemben juga merupakan pakaian adat dari
berbagai suku di Nusantara. Berbagai jenis kain kemben dari berbagai daerah
dapat dilihat di Museum Tekstil Jakarta.
Bagindo Mantiko
Foto: historia.id & rimbakita.com
Baca Juga:
Kemben
– Wikipedia
Sejarah Kutang - Tirto.id
Cara
berpakaian orang Jawa Kuno – Historia.id
Secarik
kemben dan peradaban wanita nusantara [jawa] – notif.id
Pramoedya Ananta Toer. Arus Balik. Hasta Mitra.Jakarta, 2002 [hal.22]