Tampilkan postingan dengan label jakarta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jakarta. Tampilkan semua postingan

Jalan Minangkabau atau Jalan Teluk Betung

 


1947... JALAN MINANGKABAU OR JALAN TELUK BETUNG?
FB Lost Jakarta - This photo with relatively newly built modern houses is in the collection of the Netherlands Photo Museum in Rotterdam and was taken in 1947 by photographer Cas Oorthuys (1908-1975).
We would love your help with identifying which street this is. There are a few options:
Unlikely:
1. Jalan Latuharhary (Dambrinkweg/Van Breenweg): the banjir canal was much wider and we would have seen the railway track in between.
2. Jalan Surabaya Timur (Soerabajaweg Oost): the houses along this stretch were built in the 1930s and we would have seen more grown trees/foliage.

Berkah Syantik




Kaka Syantik kita rupanya telah mendapatkan pelipur lara,
Tak perlu menunggu waktu lama,
kini ia telah kembali ke singasana
Sungguh dahsyat itu berita
tak sedahsyat jaringan yang ia punya
atau mungkin juga koneksi keluarga

Sungguh hebat Kaka Syantik kita
Menyalahkan para ulama
demikian juga para pembuat berita
ikut pula nyanyian Si Kaka

Ketika yang Bathil di Pandang Lazim

Gambar: umma

Akhir pekan ini ranah maya diramaikan dengan berita dipecatnya seorang camat di Bandar Payakumbuh karena membuat video yang berjudul Simpang Benteng Fashion Week.[1] Simpang Benteng merupakan salah satu tempat di bandar tersebut. Sebelumnya di kota ini sudah pernah dilakukan aksi Latah Citayam Fashion Week (CFW) beberapa masa yang silam

Sang camat yang terlihat masih muda ini memiliki aku IG dengan nama @dewi.centong sedangkan nama aslinya ialah Dewi Novita. Ia membuat video dengan dirinya sebagai model, berkacamata, dan fashionable, serta pengambilan dan pengeditan gambar yang menarik membuat videonya tak kalah dengan video-video 'kaka syantik & babang tamvan' dari Jakarta.

Berikut postingannya:

Fabolus Armando..

 

Gambar: m.clicks.id

Disalin dari kiriman FB Muhammad Chandra

Apresiasi untuk Bang Ade!
Ini mungkin postingan kesekian ratus dari sekian banyak postingan yang membahas perihal nasib seorang buzzer yang sore tadi menjadi bulan-bulanan masa. Sebut saja namanya Ade Armando. Entah mimpi buruk apa semalam, sehingga sore ini nasibnya terhinakan di depan masa dan bahkan jagat maya.
Sebenarnya, saya sendiri sangat mengutuk aksi main hakim sendiri juga aksi kekerasan, apapun alasannya. Karena ini jelas menyalahi hukum yang berlaku.
Namun, khusus kasus ini ... saya rasa ... bisalah dibicarakan lagi.

Sejarah Kota Padang (23): PRRI, ‘Pertarungan Pemimpin Republik Indonesia’; Soekarno vs Hatta, Nasution vs Lubis

 Catatan oleh Agam van Minangkabau:

Sebenarnya semenjak tulisan pertama sudah terasa subjektifitas kedaerahan pengarang. Namun kami yakin bagi para pembaca yang sudah memiliki referensi sejarah dapat mengenali beberapa kejanggalan dan ketimpangan informasi yang terdapat pada tulisan ini. Namun dari pada itu, juga ditemukannya fakta-fakta sejarah yang menarik dan bagi kami sendiri terbilang baru. Sekali lagi, diperlukan kearifan dan kebijaksanaan pengarang dalam membaca tulisan-tulisan ini

Disalin dari blog: http://poestahadepok.blogspot.com
_________________________


Soekarno dan Hatta (Java-bode, 16-09-1957)
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) vs [Pemerintah Pusat] Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)[1] adalah sepenggal kisah buruk dalam perjalanan RI. PRRI boleh jadi mungkin tidak sungguh-sungguh ingin berperang secara revolusioner, karena bukan itu tujuannya.[2] NKRI juga boleh jadi mungkin tidak sungguh-sungguh ingin menyerang kubu PRRI secara membabi buta, karena bukan itu misinya.[3] Pemerintah RI mengutus tiga delegasi: Delegasi pertama dipimpin oleh Abdoel Haris Nasution. Delegasi kedua dipimpin oleh Eny Karim. Delegasi ketiga oleh Djoeanda dan Sanusi. Pemimpin PRRI 'kurang sepakat' dengan hasil perundingan tiga delegasi. Ultimatum RI juga tidak digubris PRRI. Presiden Soekarno ingin melakukan penyerangan. Pertama, Soekarno meminta M. Hatta persetujuan, M. Hatta menolak. Kedua, Soekarno memerintah Abdoel Haris Nasoetion menyerang, Abdoel Haris Nasoetion mendelegasikan kepada Achmad Yani. Foto Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 16-09-1957

Trio Minang penakluk Pasar Senen

Sumber Gambar: https://www.facebook.com


Seorang pemuda Minang tamatan kelas 2 sekolah rakyat [sekarang SD] pergi merantau ke Betawi [sekarang Jakarta] di tahun 1921. Namanya Djohan yang kemungkinan berasal dari Sawah Lunto. Waktu itu saudagar-saudagar bumiputra [pribumi] di Padang sudah mulai sering berbelanja ke Betawi.

Sudah sejak dekade sebelumnya jalur pelayaran Padang – Batavia semakin lancar, yang dilayani oleh perusahaan kapal pemerintah (misalnya, tahun 1927 kapal api Ophir melayani rute Betawi – Padang secara rutin yang dapat ditempuh dalam satu setengah hari (lih: Pandji Pestaka, No. 61, Th. V, 2 Augustus 1927: 1048 Kroniek).

Djohan nekat pergi ke ibukota Hindia Belanda itu membawa tulang delapan kerat. Niatnya hendak bekerja jadi pegawai negeri atau swasta. Akan tetapi sesampai di Betawi ia melihat dunia perdagangan yang ramai.

LAPORAN LENGKAP PERTEMUAN DENGAN HUMAS YAYASAN PUTRI INDONESIA

Sumber Gambar: https://www.facebook.com


Assalammualaikum wr.wb.

Alhamdulillah hari ini tgl 13 Maret bundo2 kanduang DPP IKM [Dewan Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Minang] sudah bertemu dengan humas Yayasan Putri Indonesia. Dalam hal ini mereka menerima baik kedatangan kami. Kami minta klarifikasi bagaimna sampai Kalista Iskandar bisa menjadi wakil [Sumatera Barat] Sumbar.

Mereka hanya memberi pernyataan yg tidak jelas tentang peranan Pemda [Pemerintah Daerah] Sumbar, mereka hanya bilang ,"bahwa kalau memang Pemda tidak mengakui itu hak mereka (pemda)."

Ternyata Ide Pembuatan Monas Bukan dari Soekarno, Tapi Warga Biasa dan Dikerjakan Jepang


 
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Ide mendirikan sebuah monumen nasional atau monas di Jakarta tidak datang dari Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno. Ide itu juga bukan datang seorang menteri atau pejabat teras di sekitar Soekarno. Gagasan tersebut datang dari masyarakat biasa. Demikian diungkapkan Sudiro, wali kota (sekarang gubernur ) Jakarta Raya periode 1953-1960.

Pria yang akrab disapa Pak Diro itu pernah menulis sebuah artikel tentang asal mula Monumen Nasional (Monas) di Jakarta Pusat. Artikel itu diterbitkan harian Kompas pada 18 Agustus 1971. Dia menulis, ide monumen nasional bukan lahir dari Soekarno atau pejabat negara lainnya seperti menteri, DPR dan lainnya.

Perihal Terowongan di Batavia

Sumber Gambar: https://www.facebook.com
Bukan terowongan antara rumah ibadah yang diperlukan tapi terowongan pembuangan sampah kecurigaan dan kebencian yang telah berkarat dalam hati banyak penguasa terhadap umat Islam.

Kalau tidak segera disingkirkan, aroma busuknya akan semakin memualkan dan virusnya akan menyebarkan penyakit perusak jaringan syaraf anak bangsa.

_______________

Disalin dari kiriman facebook: Buya Gusrizal Gazahar
Pada hari Sabtu 14 Rajab 1441/ 08 Feberuari 2020


Walikota Jakarta yang Terlupakan

Bagindo Dahlan Abdullah (Walikota Jakarta masa Jepang)
Sumber Gambar: https://www.facebook.com

BAGINDO ABDULLAH DAHLAN
                                     Walikota Jakarta yang terlupakan dari Ranah Minang


Dahlan lahir di Pasia, Pariaman pada tanggal 15 Juni 1895. Setelah menempuh pendidikan di Universitas Leiden Belanda, Dahlan dikenal terlibat aktif dalam pergerakan mahasiswa untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sepulangnya ke Tanah Air, Dahlan bersama pejuang lainnya bergabung dengan Partai Indonesia Raya (Parindra), seangkatan dengan Mohammad Husni Thamrin.

Bung Hatta & Pekan Buku 1954







Merdeka, No.38, Th. VII, 18 September 1954, hlm.8

Sumber: Madjalah Merdeka, No.38, Th. VII, 18 September 1954: 8


Catatan:


Kunjungan Bung Hatta ke Pekan Buku Indonesia pertama ini menunjukkan kecintaan sang proklamator itu kepada buku. Pekan Buku Indonesia Pertama digelar di Jakarta pada Agustus/awal September 1954 yang diselenggarakan oleh N.V. Gunung Agung. Tujuannya:





ALS Bus Company in Panorama

[caption id="" align="aligncenter" width="2048"] Picture: Minangkabau Tempo Dulu[/caption]

ALS is acronym of Sumatera Inter Cross, a transportation bus company who serve the transportation of West Sumatera and Sumatera people to Jakarta and another citys in Java Island. Until now this bus company still in operation.
This picture taken at Panorama in year 1980, probably in front of Tri Daya Eka Dharma Museum, we know that prom the military plane who used in World War II.
____________________________

ALS ialah singkatan dari Antar Lintas Sumatera yang merupakan nama sebuah perusahaan bus yang melayani pengangkutan penumpang dari Sumatera Barat dan Pulau Sumatera ke Jakarta dan daerah lainnya di Pulau Jawa. Hingga kini, perusahaan bus ini masih beroperasi.