Tampilkan postingan dengan label batavia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label batavia. Tampilkan semua postingan

Sejarah Kota Padang (50): Dahlan Abdullah, Sekretaris Sumatra Sepakat di Utrecht 1917; Seorang Guru yang Jadi Wali Kota Batavia

Catatan Oleh Agam van Minangkabau:

Prediksi kami semenjak awal membaca rangkaian tulisan ini terbukti pada bagian akhir dari tulisan ke-50 ini. Subjektifitas penulis terkait kedaerahan (dalam hal ini tempat asal) sangat tinggi. Dan menurut kami bertentangan dengan isi beberapa tulisannya yang mencemooh sifat kedaerah salah satu organisasi yang hari lahirnya dtabalkan sebagai salah satu hari besar di Republik ini terkait pergerakan Nasional (padahal organisasi dimaksud bersifat kedaerahan). Hal ini sangat disayangkan, menghubung-hubungkan beberapa fakta, merangkainya, dan kemudian membuat hipotesis yang cenderung membesarkan satu golongan di tengah-tengah republik yang beragam (plural) ini. Kemudian tidak sinkronnya beberapa data yang telah kami kritisi dengan Catatan Kaki. Terlepas dari itu semua, para pembaca tentu memiliki pandangan dan penilaian tersendiri. Untuk itu diperlukan kearifan pembaca dalam menelaahnya.

_____________________________

Dahlan Abdoellah adalah seorang pribumi yang terus maju. Dahlan Abdoellah memulai karir sebagai guru, seorang yang gigih yang dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh guru lainnya yang berjuang sejak era kebangkitan bangsa hingga tercapainya kemerdekaan Indonesia.
Dahlan Abdoellah
Dahlan Abdoellah seangkatan dengan Tan Malaka di Kweekschool Fort de Kock. Uniknya, kedua guru ini sama-sama melanjutkan studi ke negeri Belanda. Visi dua guru ini tak lepas dari visi Soetan Casajangan, seorang guru yang melanjutkan studi ke negeri Belanda tahun 1905. Dalam perjalanannya, antara Dahlan Abdoellah dan Tan Malaka memilih arah jalan yang berbeda tetapi menuju tujuan yang sama: kemerdekaan bangsa Indonesia. Dahlan Abdoellah di tanah air bergabung dengan Sumatranen Bond dan mengikuti langkah Parada Harahap di PPPKI. Dahlan Abdoellah kemudian terjun ikut berparlemen di dewan kota (gemeenteraad) seperti yang sudah dilakukan Radja Goenoeng di Medan, MH Thamrin di Batavia, Abdoel Hakim Nasution di Padang, RA Admadinata di Bandoeng dan Radjamin Nasution di Soerabaja. Diantara mereka yang pernah menjadi wakil wali kota (bergemeester) adalah MH Thamrin di Gemeente Batavia dan Abdoel Hakim Nasution di Gemeente Padang. Kelak, di era pendudukan Jepang, Dahlan Abdoellah menjadi wali kota di Batavia dan Radjamin Nasution menjadi Wali Kota di Soerabaja (karena hanya di dua kota ini yang diangkat wali kota).

Trio Minang penakluk Pasar Senen

Sumber Gambar: https://www.facebook.com


Seorang pemuda Minang tamatan kelas 2 sekolah rakyat [sekarang SD] pergi merantau ke Betawi [sekarang Jakarta] di tahun 1921. Namanya Djohan yang kemungkinan berasal dari Sawah Lunto. Waktu itu saudagar-saudagar bumiputra [pribumi] di Padang sudah mulai sering berbelanja ke Betawi.

Sudah sejak dekade sebelumnya jalur pelayaran Padang – Batavia semakin lancar, yang dilayani oleh perusahaan kapal pemerintah (misalnya, tahun 1927 kapal api Ophir melayani rute Betawi – Padang secara rutin yang dapat ditempuh dalam satu setengah hari (lih: Pandji Pestaka, No. 61, Th. V, 2 Augustus 1927: 1048 Kroniek).

Djohan nekat pergi ke ibukota Hindia Belanda itu membawa tulang delapan kerat. Niatnya hendak bekerja jadi pegawai negeri atau swasta. Akan tetapi sesampai di Betawi ia melihat dunia perdagangan yang ramai.