Tampilkan postingan dengan label Kereta Api. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kereta Api. Tampilkan semua postingan

Lebaran di Sumbar, Andai Dulu Jalur Kereta Tak Ditutup

Foto: antara sumbar


 Disalin dari Harian Singgalang

ANDAI saja jalur kereta api Padang- Payakumbuh sampai ke Limbanang dan bersimpang di Padang Panjang terus ke Sawahlunto, tak ditutup, maka macet di jalan akan terurai selama lebaran di Sumbar. Beruntunglah warga Padang Pariaman sekarang, mereka bisa bepergian dari Nareh sampai ke Padang, ongkos Rp4000. Jadwal tepat waktu dan berlapang-lapang.

Jalur kereta itu ditutup Menteri Perhubungan  pada 1990-an awal. Waktu itu mak itam ini tak laku lagi, orang Sumbar naik bus kemana-mana. Setelah pernyataan resmi itu, rel yang memebentang panjang, mulai bisu. Dingin. Kemudian bersemak. Belukar menutupinya. Rel ditimbun dan tanah disewakan untuk bangunan rumah atau ruko. Di Padang Panjang, jadi jalan raya

Stasiun legendaris Padang Panjang, salah satu lokasi dalam kisah novel Tenggelamnya Kapak Van der wiijk Hamka, kini lenyap dalam ingatan. Stasiun Bukittinggi setali tiga uang. Inilah stasiun tempat turun anak Minang paling sibuk untuk pergi sekolah dua abad lampau. Jalur kereta itu telah membuka akses dari desa paling buruk sekalipun ke kota, menjadi salah satu sumbangan, kenapa orang Minang dulu pintar-pintar. Ini karena mereka sekolah dan bisa ke sekolah karena naik kereta api. Sebab lain, seusai Perang Paderi, Belanda masuk Minangkabau dan memperlabar jalan pedati dan jalan dagang menjadi jalan raya. Jalan itulah yang kini kita pakai.

Andaikata

Mak Itam di Anai


Minang saisuak #291: ‘Mak Itam’ di Lembah Anai (1977)





mak-itam


Foto yang kami turunkan dalam rubrik Minang saisuak kali ini mengabadikan jembatan kereta api di Lembah Anai di akhir 1970an. Di gambar itu terlihat ‘Mak Itam’ – sebutan untuk lokomotif uap oleh orang Minang – yang sedang menarik rangkaian gerbong yang membawa batu bara dari Sawahlunto menuju Pelabuhan Teluk Bayur di Padang.


Kekhasan jalan kereta api di Lembah Anai itu telah tersohor ke mana-mana: terekam dalam banyak laporan perjalanan, foto-foto klasik, dan cerita-cerita dalam roman-roman dan buku-buku sekolah. Di sanalah rel kereta memakai roda gigi karena tanjakan yang cukup curam antara datarang rendah Kayu Tanam dengan Padang Panjang yang menjadi kota transit ke wilayah darek yang umumnya berada di pinggang Bukit Barisan. Rel bergigi buatan Belanda itu konon tak ada di tempat lain di Indonesia, dan masih awet sampai sekarang. Dinas Perkeretaapian Sumatera Barat sudah memperbaiki jalur kereta api peninggalan zaman kolonial ini untuk dapat dimanfaatkan lagi sebagai sarana transportasi dan pariwisata.






Aua Tajungkang, Pasa Lereng, & Rice Field

[caption id="" align="aligncenter" width="939"] PIcture: Minangkabau Heritage[/caption]

Panorama on the year 1907, one year before Kamang War (Belasting Rebelion). There is script writen on the cliff "Pakan Malam 21-29 June 1907", Pakan Malam means "Night Market". In top of the cliff is Pasa Lereng, there is no market there still the pedestrian street conected Pasa Ateh and Pasa Bawah. There is six mans sit near the railways, the train just passing and we can see the carriage who make from the wood. Also the rice field is still there.
________________________

Pemandangan pada tahun 1907, setahun sebelum pecah Perang Kamang (Pemberontakan Pajak). Terdapat tulisan "Pakan Malam 21-29 Juni 1907" di tebing yang kemungkinannya di atas ialah Pasa Lereng. Tampak pada gambar masih belum menjadi pasar masih berupa jalan yang menghubungkan Pasa Ateh dengan Pasa Bawah.

The Train Station

[caption id="" align="aligncenter" width="741"] Picture: Minangkabau Heritage[/caption]

Train station in Bukit Tinggi on the year 1910-1940, there is ricefield around there with Mount Marapi who always watching since the long time ago. The situation in present time has change, there is no ricefield anymore.




[caption id="" align="aligncenter" width="640"] Picture: Bukittinggi Tempoe Doeloe[/caption]

How beautiful the past, Train Station in the middle of ricefield, can you imagine that?
____________________


Stasiun Kereta Api Bukit Tinggi pada tahun 1910-1940, masih dikelilingi oleh lahan persawahan serta dalam pengawasan Gunuang Marapi semenjak lama. Stasiun Kereta Api pada masa sekarang di Bukit Tinggi telah tinggal kenangan, tidak berfungsi dan tidak ada lagi lahan persawahan yang mengelilingi.

Marapi & Gedung Penjara

[caption id="" align="aligncenter" width="960"] Picture: Minangkabau Tempo Dulu[/caption]

Mount Marapi and the Prison Building, in this picture said that between 1920-1960. But if we see there were no Train Station so maybe this picture taken before 1891 because the railway finished in Bukit Tinggi was that year. And looked to the ricefield, still there.
______________________________

Gunung Marapi dan Bangunan Penjara di Bukit Tinggi, pada keterangan gambar disebutkan kalau tahun foto ialah antara tahun 1920-1960. Tapi apabila kita lihat lebih seksama maka pada gambar sama sekali tidak tampak Bangunan Stasiun Kereta Api Bukit Tinggi. Jadi mungkin gambar ini diambil sebelum tahun 1891 karena jalur kereta api ke Bukit Tinggi selesai pengerjaannya ialah pada tahun 1891 tersebut. Dan lihat pula lahan persawahan, masih ada.

Stasiun Kereta Api Bukit Tinggi

[caption id="" align="aligncenter" width="886"] Picture: Minangkabau Heritage[/caption]

Bukit Tinggi  Train Station years 1900-1942, this is the picture who most difficult to found. This station in present time was hidden by shophouse and resident sattlement. No activity on this station because Mak Itam (The Train) does not function for a long time in Bukit Tinggi. We wish this station will function in the near term.
_____________________________


Stasiun Kereta Api Bukit Tinggi pada tahun 1900-1942, ini merupakan salah satu gambar yang sangat sulit untuk ditemukan. Pada masa sekarang, stasiun ini tertutupi oleh kedai dan pemukiman masyarakat. Tidak ada lagi aktifitas pada stasiun ini karena Mak Itam (Kereta Api) tidak lagi difungsikan dalam waktu yang cukup lama di Bukit Tinggi. Kami berharap dalam waktu dekat, Stasiun Kereta Api ini akan kembali difungsikan.

Gunuang Marapi dari Bukit Tinggi

[caption id="" align="alignnone" width="1137"] Picture: Minangkabau Tempo Dulu[/caption]

Gunuang Marapi has watching Bukit Tinggi for a long time. From this picture we can see Bukit Tinggi Train Station on right side and maybe in the middle of rice field was Kampuang Tangah Sawah. Tangah Sawah means Middle of Rice Field Village. And in the left side on the bottom, we can see the Jail Building were still there until now.

____________________________________

Kita dapat mengira-ngira dari foto di atas bahwa mungkin bangunan yang sedikit terambil pada sudut sebelah kira di bagian bawah ialah bangunan penjara. Dan di sebelah kanan di pertengahan gambar adalah Stasiun Kereta Api Bukit Tiinggi. Dan mungkin juga yang berada di tengah-tengah lahan persawahan itu ialah Kampuang Tangah Sawah.

Mak Itam

[caption id="" align="aligncenter" width="554"] Sumber Gambar: Minangkabau Heritage[/caption]

Kereta Api atau oleh Orang Minangkabau pada masa dahulu populer dengan julukan Mak Itam merupakan alat angkutan utama di Minangkabau pada masa dahulu. Jalur Kereta Api di Sumatera Barat membentang dari Teluk Bayur di Padang sampai ke Pariaman, Padang Panjang, Solok, Sawah Lunto, Bukittinggi, dan Payakumbuh.


Namun keadaan berlainan sekarang, relnya telah tua berkarat dan satu-persatunya sudah ada yang hilang. Bahkan ada yang dipotong karena menghalangi jalan menuju rumah penduduk.