Tampilkan postingan dengan label mak itam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mak itam. Tampilkan semua postingan

Mak Itam di Anai


Minang saisuak #291: ‘Mak Itam’ di Lembah Anai (1977)





mak-itam


Foto yang kami turunkan dalam rubrik Minang saisuak kali ini mengabadikan jembatan kereta api di Lembah Anai di akhir 1970an. Di gambar itu terlihat ‘Mak Itam’ – sebutan untuk lokomotif uap oleh orang Minang – yang sedang menarik rangkaian gerbong yang membawa batu bara dari Sawahlunto menuju Pelabuhan Teluk Bayur di Padang.


Kekhasan jalan kereta api di Lembah Anai itu telah tersohor ke mana-mana: terekam dalam banyak laporan perjalanan, foto-foto klasik, dan cerita-cerita dalam roman-roman dan buku-buku sekolah. Di sanalah rel kereta memakai roda gigi karena tanjakan yang cukup curam antara datarang rendah Kayu Tanam dengan Padang Panjang yang menjadi kota transit ke wilayah darek yang umumnya berada di pinggang Bukit Barisan. Rel bergigi buatan Belanda itu konon tak ada di tempat lain di Indonesia, dan masih awet sampai sekarang. Dinas Perkeretaapian Sumatera Barat sudah memperbaiki jalur kereta api peninggalan zaman kolonial ini untuk dapat dimanfaatkan lagi sebagai sarana transportasi dan pariwisata.






Mak Itam

[caption id="" align="aligncenter" width="554"] Sumber Gambar: Minangkabau Heritage[/caption]

Kereta Api atau oleh Orang Minangkabau pada masa dahulu populer dengan julukan Mak Itam merupakan alat angkutan utama di Minangkabau pada masa dahulu. Jalur Kereta Api di Sumatera Barat membentang dari Teluk Bayur di Padang sampai ke Pariaman, Padang Panjang, Solok, Sawah Lunto, Bukittinggi, dan Payakumbuh.


Namun keadaan berlainan sekarang, relnya telah tua berkarat dan satu-persatunya sudah ada yang hilang. Bahkan ada yang dipotong karena menghalangi jalan menuju rumah penduduk.