Tampilkan postingan dengan label timur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label timur. Tampilkan semua postingan

Keangkuhan BARAT

 


Edward Said adalah penulis buku yang terkenal di kalangan Akademisi yakni buku dengan judul "Orientalism". Dia mengkritik cara Barat menjadikan kita orang-orang timur sebagai objek kajian pembelajaran mereka untuk menyudutkan orang Timur dan menjatuhkan orang Timur. Dengan anggapan bahwa orang Barat lebih superior, lebih berintelek, lebih berperadaban, sedangkan orang Timur macam kita tak sehebat mereka.

Ia menjelaskan tentang bagaimana Barat mengatur kehidupan timur dengan melacak akar historis, etnografis, antropologis, bahasa, adat istiadat dan lain-lain, kemudian memberi stereotype terhadapnya.

------------

Credit: IG Zulfan Afdhilla

------------

TENTANG BATUBARA: HUBUNGAN ANTARA SIMALUNGUN DENGAN MINANGKABAU, DAN KAITANNYA DENGAN KESULTANAN SIAK DAN PULAU PINANG (MALAYSIA)

Ilustrasi Gambar: wikipedia

Disalin dari kiriman FB A'al


Negeri Batubara, yang terletak di tepi Selat Melaka, tepat berseberangan dengan Pulau Pinang, pada mulanya adalah kawasan pesisir bagian dari wilayah Kerajaan Simalungun.
Wilayah itu diserahkan Raja Simalungun yang bermarga Damanik kepada putrinya, Boru Damanik, yang menikah dengan Datuk Belambangan dari Pagaruyung, Alam Minangkabau, yang tersesat di hutan ketika berburu rusa bersama rombongannya. Datuk Belambangan kemudian ditabalkan dengan marga Sinaga mengikut tradisi Simalungun. Pernikahan mereka terjadi sekitar tahun 1676-1680. Datuk Belambangan kemudian menjadi raja di kawasan itu dengan membuat penempatan awal di Kuala Gunung yang menghadap Selat Melaka.

Kesultanan Asahan


Kesultanan Asahan adalah sebuah kesultanan yang berdiri pada tahun 1630 di wilayah yang sekarang menjadi Kota Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu, dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Kesultanan ini ditundukkan Belanda pada tahun 1865. Kesultanan Asahan melebur ke dalam negara Republik Indonesia pada tahun 1946.

Raja Abdul Jalil, Sultan pertama Asahan merupakan putra Sultan Iskandar Muda. Asahan menjadi bawahan Kesultanan Aceh sampai awal abad ke-19.


SEJARAH

Awal Mula

Perjalanan Sultan AcehSultan Iskandar Muda, ke Johor dan Malaka tahun 1612 dapat dikatakan sebagai awal dari sejarah Asahan. Dalam perjalanan tersebut, rombongan Sultan Iskandar Muda beristirahat di kawasan sebuah hulu sungai yang kemudian dinamakan Asahan. Perjalanan dilanjutkan ke sebuah "Tanjung" yang merupakan pertemuan antara Sungai Asahan dengan Sungai Silau, kemudian bertemu dengan Raja Simargolang. Di tempat itu juga Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran sebagai "Balai" untuk tempat menghadap, yang kemudian berkembang menjadi perkampungan. Perkembangan daerah ini cukup pesat sebagai pusat pertemuan perdagangan dari Aceh dan Malaka, sekarang ini dikenal dengan "Tanjung Balai".[1]

Kesultanan Pinang Awan


Kesultanan Kota Pinang berdiri pada tahun 1630 di wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten Labuhanbatu SelatanSumatera Utara. Kesultanan ini dikuasai oleh Hindia Belanda pada tahun 1837, sebelum akhirnya melebur ke dalam negara Indonesia pada tahun 1946.

Kesultanan Kota Pinang pada mulanya bernama Kesultanan Pinang Awan. Kesultanan ini didirikan oleh Batara Sinomba atau Batara Gurga Pinayungan Tuanku Raja Nan Sakti, putra Sultan Alamsyah Syaifuddin yang berasal dari Kerajaan Pagaruyung.[1]

Kelalaian Muda-mudi

[caption id="" align="aligncenter" width="700"] Gambar: http://4.bp.blogspot.com/[/caption]

Pada suasana hari raya ini kami hendak membawa tuan dan puan ke masa silam, menyilau masa dahulu dan membandingkannya dengan masa sekarang guna diambil hikmah pelajaran kepada kita semua yang masih mencintai Alam Minangkabau ini. Adalah seorang murid perempuan pada suatu sekolah di Padang yang bernama A. Wahab pulang untuk cuti hari raya pada tahun 1919. Dia tinggal di Padang Panjang namun menyempatkan diri berpesiar ke Buki Tinggi yang terkenal sebagai jantung dari Bovenlanden (Darek).


Ketika berpesiar di Padang Panjang dan Bukit Tinggi dia mendapati suatu keadaan nan mengganggu jiwa keminangkabauannya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis sebuah karangan pada surat kabar Perempuan Bergerak yang terbit pada tanggal 12 Juli 1919, beginilah petikan tulisannya: