Pict: RRIRRI |
*Minang Hanyut
Oleh: Saiful Guci
Ciloteh Tanpa Suara #14 - Saat kami bersua dengan Engku Syntal kami berciloteh bersuara tentang Pantai Barat dan Pantai Timur [Sumatera] bermulanya orang masuk ke pedalaman Minangkabau daratan. Tentang rantau peran raja-raja minangkabau dan sampai topik cerita hanyutnya orang dari Tanah Datar ditemukan di Kabupaten Dharmasraya.
Saya Jawab “Tentu saja iya, hulu Batang Kuantan berada di Gunuang Merapi, Danau Singkarak dan Gunuang Omeh Lima Puluah Koto, dan tak salah orang tuo-tuo dulu menyebutkan dalam Tambo batas Luhak Limo Puluah adalah “Siluka Pinang Tungga Hanyuik” tempat berkumpulnya orang Minang pergi merantau yaitu suatu daerah di Kabupaten Sijunjuang.
Kemudian saya bercerita tentang sungai atau batang Sinamar yang dimulai dari Nagari Koto TinggiNagari Koto Tinggi yang terletak di dataran tinggi dikawasan Gunuang Omeh Bukik Barisan. Batang Sinamar bermuara di Selat Malaka, bermula hulunya di Koto Tinggi Gunuang Omeh, Sebelum bernama Batang Sinamar menyatu dulu dengan Batang Gosan dan Batang Liki di Suliki terus melewati Kecamatan Mungka, Guguak, Payakumbuah, Harau. Dikecamatan Harau bergabung dengan Batang Lampasi dan Batang Agam. Batang Lampasi berhulu di Nagari Suayan Kecamatan Aka Biluru Kabupaten Lima Puluh Kota dan bermuara di Batang Sinamar Nagari Batu Balang Kecamatan Harau.
Sementara Batang Agam hulunya di Nagari Simarasok dan dari Sungai Janiah Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sebagian besar alirannya melalui Kota Payakumbuh menyatu dengan Batang Sinamar di Nagari Taram Kecamatan Harau.
Anak-anak sungai dari Batang Sinamar dari Nagari sekitaran Kecamatan Harau adalah Batang Sikali, Batang Harau, Batang Mungo, kemudian terus mengalir melawati nagari di Kecamatan Luhak, Lareh Sago Halaban di Kabupaten Lima Puluh Kota dan seterusnya melalui Lintau dan Buo (Kabupaten Tanah Datar)
Batang Sinamar berubah nama di Muaro Sijunjuang setelah bertemu dengan Batang Ombilin, Batang Selo, Batang Sumpu menjadi Batang Kuantan.
Batang Ombilin bermula dari Danau Singkarak Kemudian bertemu dengan Batang Palangki dan Batang Sukam berhulu di Kabupaten Solok. Batang Selo bermula dari sungai yang melalui nagari-Nagari Pagaruyuang, Saruaso dan Padang Gantiang. Batang Ombilin dan Batang Selo bergabung, kemudian bergabung pula dengan Batang Sinamar. Setelah itu Batang Sumpu yang melewati Nagari Sumpur Kudus juga bergabung dengan gabungan Batang Ombilin dan Batang Sinamar.
Di jorong yang bernama Siluka, gabungan Sungai-sungai ini bertambah dengan sebuah sungai lagi. Saat ini Siluka adalah salah satu jorong di Nagari Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung. Pada saat Thomas Dias tahun 1683 datang ke Siluka bernama Tanjung Lolo Malaka Kaciak sebuah pelabuhan kapal disini.
“Kami melakukan perjalanan pulang berpamitan kepada raja, sebagaimana yang sudah disebutkan. Kami pulang dengan dikawal Raja Melayu yang kini sudah akrab dengan kami, dilindungi payung putih berhiaskan rumbai-rumbai, beserta rombongan 3.000 tentara yang terus-menerus menembakkan senjatanya sampai malam hari ketika kami mendekati Kota Siluka. Di sana, Raja Melayu beserta 3.000 ribu pengikutnya kembali ke istana. Kami melanjutkan perjalanan dengan gagah berani menuju Siluka yang letaknya dekat dengan sungai yang disebut Kuantan."
Begitulah, paragraf terakhir catatan perjalanan "Misi Menemui Raja Minangkabau" yang ditulis Thomas Dias, termaktub dalam buku Sumatera Tempo Doeloe. Pada 1683, Gubernur Belanda (VOC) untuk Malaka Cornelis Quelbergh memerintahkan Thomas Dias pergi ke Hulu Sungai Siak untuk mencoba menjalin hubungan dengan Raja Minangkabau (Raja Pagaruyung). Tujuannya adalah agar Belanda dapat berdagang secara langsung dengan penyedia emas, lada, dan timah di Minangkabau, dan untuk menjadikan Minangkabau sebagai sekutu potensial di tengah konflik yang terus-menerus terjadi antara Johore, Siak, Jambi, Palembang, dan Belanda-Melaka.
Cendikiawan modern menunjukkan bahwa deskripsi Thomas Dias tidak sesuai dengan dengan lokasi Pagaruyung di Sungai Selo, Tanah Datar. Kemungkinan besar Pagaruyung yang dideskripsikan Dias terletak jauh ke timur di tepi Sungai Sinamar antara Buo dan Kumanis. Kemungkinan nama Pagaruyung dipindahkan ke lokasi sekarang sekitar akhir abad ke-17 sebagai bagian dari persaingan yang dulu terjadi antara beberapa cabang keluarga kerajaan.
Selain catatan perjalanan Thomas Dias tersebut, Chirstine Dobbin dalam buku Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Padri Minangkabau 1784-1847 juga menyebut peran penting Siluka sebagai pelabuhan atau pangkalan untuk perdagangan seperti emas, rempah, dan kain. Letaknya di hulu Sungai Indragiri atau Sungai Kuantan, dan merupakan pelabuhan penghubung antara "pedalaman" Minangkabau dengan pantai timur Sumatera.
Dari Silukalah bermulanya Batang Kuantan bagi orang Kabupaten Sijunjung menyebutnya dan bagi orang di Kabupaten Kuantan Singingi dan Kabupaten Indragiri Hulu di Provinsi Riau menyebutnya dengan nama Batang Indragiri. Anak-anak sungai batang Kuantan diantaranya Batang Kulampi, Batang Paru, Batang Binuang dan Batang Paranok. Batang Indragiri bergabung pula dengan Batang Cenaku, pertemuan dua sungai ini disebut dengan Kuala Cenaku.
Kuala Cenaku merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Kuala Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu, provinsi Riau, Batang Indragiri yang seterusnya mengalir ke pantai timur dan bermuara di Selat Malaka.
Keempat sungai sebagai hulu dari batang Kuantan melalui nagari-nagari yang penting seperti: Batang Selo melalui Pagaruyung (tempat Raja Alam di Pagaruyung), Saruaso (tempat Indomo, salah seorang Basa Ampek Balai perangkat Menteri dari sebuah kerajaan ). Padang Gantiang (tempat Tuan Khadi, salah seorang Basa Ampek Balai). Kemudian Batang Sinamar melalui Buo (tempat Raja Adat, salah seorang Raja dari tigo Selo: Raja Alam, Raja Adat dan Raja Ibadat). Batang Sumpu melalui Sumpur Kudus tempat Raja Ibadat. Nagari-Nagari tersebut sengaja di pilih, mungkin karena sungai-sungainya mengandung banyak emas.
Keberadaan Batang Kuantan sejak dulu tidak hanya dipandang sebagai aliran air saja, namun juga berperan dalam perkembangan peradaban di sepanjang sungai. Peradaban di tepi Batang Kuantan tak bisa lepas dari letaknya yang berada di sekitar Selat Malaka, salah satu jalur maritim dunia yang telah ramai sejak masa kerajaan Hindu-Buddha. Hal ini karena pada masa lalu Batang Kuantan berperan sebagai jalur transportasi yang menghubungkan daerah-daerah dari hulu hingga hilir.
Batang Kuantan pada masa lalu memiliki peran vital mulai dari jalur perdagangan rempah, emas, kain, hingga menjadi jalur masuknya pengaruh agama Islam. Jejak penyebaran agama Islam di masa lalu yang dibawa para pedagang masuk melalui Selat Malaka ke Sungai Indragiri hingga ke Batang Kuantan dibuktikan dengan adanya surau-surau tua yang umumnya berada di pinggiran sungai. Batang Kuantan juga dijadikan sebagai jalur transportasi oleh masyarakat setempat dan para pencari tambang pada zaman penjajahan Belanda.
Saiful Guci- Pulutan 31 Mai 2024