Kato dahulu, kato nan sabananyo
Kato kaduo, kato bacari
Ada sebuah ungkapan dalam masyarakat Minangkabau: Kata pertama, kata yang sebenarnya - kata kedua kata yang dicari. Maksud dari ungkapan ini tak hanya pada ucapan yang dikeluarkan seseorang melainkan juga pada segenap aspek pada dirinya. Termasuk perbuatan dan tingkah laku.
Menyikap kejadian akhir pekan ini di Bukittinggi. Ramai orang-orang mencurahkan perasaan dan isi hati mereka di ranah maya. Dan sejauh kami mendapati, kesemuanya ialah ungkapan dari kekesalan, kegeraman, kemarahan buah dari ketidak berdayaan tatkala berhadapan dengan sekelompok Kaum Borjuis dengan simbol dan perlambang yang mereka miliki.
Hampir di seluruh wilayah republik ini, semua orang mendapati dan merasakan pengalaman buruk dan menyakitkan apabila bertemu dengan Kaum Borjuis ini. Dan yang membuat kita tercengang ialah, sebagian dari mereka didominasi oleh orang tua, pensiunan dengan jabatan mentereng yang dahulu pernah mereka pegang semasa masih bertugas. Namun kelakukan mereka di jalanan tak menunjukkan usia tua mereka. Bahkan, mungkin lebih berakal anak remaja yang selama ini menjadi biang masalah di jalan raya itu.
Setelah beberapa hari kenyang dengan umpat, caci, maki, dan hujatan. Beberapa dari mereka mulai mencoba untuk berbicara. Bermula dari menyayangkan, mereka kata bahwa tak semua dari mereka serupa itu. Bahkan diantara mereka ada yang aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Tetap santun dan saling menghargai di jalan raya, serta berbagai cerita mengenai sisi baik kelompok mereka. Akhir kata, mereka mengatakan yang melakukan perbuatan tak terpuji itu ialah "OKNUM" dan mereka mendukung proses hukum atas kejadian nan sedang viral itu.
Beberapa orang pemuka dari kalangan Kaum Borjuis inipun berusaha membersihkan citra kelompok mereka. Sembari menyangkal anggapan rakyat terhadap mereka sebagai orang-orang angkuh, congkak, dan selalu hendak didahulukan.
Namun rakyat yang demikian banyaknya telah merasakan sendiri bagaimana angkuh dan congkaknya Kaum Borjois ini tatkala di jalan raya. Taklah mudah melupakannya, berikut beberapa kami coba tampilkan:
Kita coba tengok kembali ke masa yang telah berlalu. Jejak mereka banyak pada internet. Sebut saja kejadian yang terjadi di Yogyakarta pada bulan Agustus tahun 2015. Soerang anak muda tampil dengan jantan menghadang rombongan Borjuis.
Pada tahun yang sama namun tidak ada keterangan lokasi pada deskripsi kanal Youtube yang mempublish. Juga terjadi protes dari salah seorang pengguna jalan pada polisi yang sedang bertugas terkait rombongan Borjuis yang tengah melintas.
Kemudian pada tahun 2018 di Klaten, Jawa Tengah. Kaum Borjuis ini juga meninggalkan jejak yang tak menyenangkan. Satu buah truk dan seorang perempuan pengendara motor mesti mengurut dada.
Tahun 2018 terjadi insiden di Kota Bundung, seorang pengendara mobil mendapat "tanda sayang" dari Kaum Borjois ini.
Di Ibu Kota Negara mereka juga pernah meninggalkan jejak dan kami yakin pasti tak hanya satu. Kami hanya menemukan satu berita terkait aksi ramah tamah Kaum Borjois ini dengan pengendara roda empat pada tahun 2018.
Pulau Bangka yang terletak tak jauh dari Pulau Sumatera itupun pernah didatangi Kaum Borjois ini pada tahun 2019. Di Pulau ini mereka "beramah tamah" dengan seorang sopir truk.