Gambar: kumparan |
Rambut sama hitam, isi kepala berlainan. Banyak tarikh ataupun curaian perihal pengetahuan tentang hakikat Melayu itu banyak hilang. Sehingga masing-masing punya pendapat dan pandangan sendiri-sendiri. Eloklah balikkan pinang ke tampuknya, pelajari dengan sebenar perihal Bangsa Melayu yang besar ini. Khusus untuk Indo, selama ini diperdungu oleh SENSUS dimana Melayu dijadikan sebuah ETNIS (puak) dan wilayahnya merujuk kepada RIAU atau beberapa daerah sahaja.
Hakikat Melayu di Indo atau Malaysia sama, tak ada perbedaan. Kini terasa dan seolah-olah berbeda karena orang sekarang berfikir batas adat (kebudayaan) sama dengan batas administratif pemerintahan masa kini (moderen). Sumatera, secara sejarah dan adat rapat dengan Tanah Semenanjung dan negeri-negeri Melayu lainnya. Hubungan dengan Jawa terasa rapat karena berada dalam satu negara padahal dari segi adat resam sangat jauh berlainan.
Orang Melayu itu ialah semua orang Islam beradat resam Melayu. Di Minangkabau tambah satu lagi syaratnya; mengisi adat, diterima sebagai anak kamanakan, diberi suku, dan mamak bagi yang ibunya bukan dari Minang. Inti dari Melayu itu ialah Ukhwah Islamiyah bukan darah (kode DNA). Tatkala orang Melayu menerima Islam maka segala azaz kehidupan mereka didasarkan kepada hukum Syari'at. Oleh karena itu setiap puak Melayu menganut falsafah yang sama yakni:
Adat Bersendi Syara' - Syara' Bersendi Kitabullah
Cara orang Melayu meidentifikasi diri mereka bukan dari garis darah dan tak ada sama sekali hubungannya dengan keturunan (darah) ataupun kode genetik. Lain pasal kalau tuan sebut Sailendra, ianya keturunan. Satu-satunya yang mereka (Melayu) akui ialah bahwa mereka keturunan Sultan Iskandar Zulkarnain. Itupun sekadar mempersatukan sekalian anak Melayu yang berbeda-beda negeri dan corak adatnya. Semestinya tuan ingat, adat melayu itu plural, konsep dasarnya ialah federasi.
Inti dari Melayu itu ialah Ukhwah Islamiyah. Itulah yang membuat Melayu kuat, Islam telah memberi perubahan radikal dalam adat-resam (kebudayaan) orang Melayu. Sehingga tidak ada orang Melayu itu yang fanatik kepada suku ataupun garis keturunan. Karena ianya merusak Ukhwah Islamiyah sesama mereka dan dengan umat Islam lainnya.
Melayu itu diislamkan, sedangkan untuk perbandingan di Jawa, Islam dijawakan. Sehingga muncullah kelompok Islam tradisional atau kejawen atau dikemudian hari para akademisi menggunakan istilah Islam Santri dan Islam Abangan.
Maka taklah mengherankan kalau wajah, rupa, dan bentuk badan orang Melayu itu bermacam-macam. Karena ukhwah telah mempersatukan kita, Islam telah mempertemukan kita. Berasal dari negeri manapun, bangsa manapun, apabila ia datang ke Negeri Melayu, beragama Islam, dan meradat-resam Melayu maka ia merupakan Orang Melayu. Tak peduli berkulit hitam, coklat, kuning, putih atau berbadan besar, kecil atau bermata sipit, berhidung mancung atau pesek. Semuanya diterima dalam keluarga besar Bangsa Melayu. Sebagai wujud dari penerapan Hukum Syari'at, Ukhwah Islamiyah.
Namun pada masa sekarang, banyak orang Melayu yang terpengaruh dengan tabi'at orang luar. Banyak sebab, di Indo semenjak Budaya Nusantara dikumandangkan dan 'dipaksakan' ke seluruh wilayah republik. Menyebabkan perlawanan berupa kefanatikan terhadap suku masing-masing. Hal ini berujung kepada rasa 'keakuaan' yang bermuara pada memandang rendah puak lain, merasa sebenar Melayu, bahkan ada yang mengaku dari dialah Bangsa Melayu berasal sembari merendahkan puak lainnya.
Bagi anak-anak Melayu mereka mulai mencari-cari asal muasal dan tarikh mereka. Banyak yang tak utuh sampai sehingga sikap fanatik banyak bermunculan. Lupa dengan ukhwah sehingga saling merendahkan "Akulah yang sebenar Melayu, kalian ini sebaran dari kami" Bahkan ada yang menghujat dan memaki "Engkau bukan Melayu,.." karena banyak perbedaan dengan dirinya tampak.
"Mana ada orang Melayu pakai marga!?" cemooh mereka, atau
"Mana ada orang Melayu matrilineal?!" hujat mereka nan lain
Melayu itu sendiri plural dan kerajaan-kerajaan Melayu masa lalu bersifat federasi. Sifat dasar dari Melayu itu sendiri beraneka ragam, tak ada yang seragam. Semua aspek memiliki corak yang berlainan yang menjadi pembeda antara puak yang satu dengan puak yang lain. Bahkan dalam satu puakpun berlainan pula.
Kalau dari segi bahasa tuan melakukan identifikasi. Langgam berbahasa yang dianggap Melayu pada masa sekarang ialah cara berkap 'upin dan ipin'. Ianya dialek Riau-Johor. Di Malaysia, dialek Johor dijadikan dialek nasional. Padahal tak semua orang Melayu di Malaysia bercakap langgam Johor tersebut.
Di Indonesiapun demikian, dialek Riaulah yang dianggap cara cakap Melayu lain dari itu dianggap bukan Melayu. Seolah-olah apabila tak bercakap menggunakan dialek Johor-Riau maka tak Melayu. Tengok sahaja kemudian, banyak yang menyangkal Bahasa Indonesia itu ialah Bahasa Melayu karena kedunguan mereka.
Kita dicerai beraikan, dikotak-kotakkan, dan malangnya sebagian besar dari anak Melayu menerimanya, terpengaruh, terpedaya. Sehingga sesama Melayu saling tikam dan saling serang. Akhirnya orang-orang fasik dan munafik itu yang bersorak-sorai.
Kita orang Melayu ini ialah Kadrun sejati, demikian jahanam-jahanam di republik menjulukinya. Mereka [para jahanam] sangat benci dan takut dengan Islam, kata mereka Budaya Jahiliyah Nenek Moyang mereka jauh lebih baik. Dimana-mana mereka melakukan penghujatan terjadap Islam.
Serangan mereka yang lain ialah "Tak semua Melayu itu Islam, ada yang Kristen!!" demikian mereka menghujat dengan segala kedunguan dan kejahiliyahan mereka.
Kembali lagi ke pokok yang kami terangkan di atas, Melayu Itu Islam kalau bukan Islam berarti bukan Melayu.
Jadi, hendaknya kita Bangsa Melayu arif akan semua tipu daya dari Kaum Jahiliyah ini. Bukankah Allah Ta'ala telah memperingatkan "Mereka takkan senang kepada kamu sebelum engkau mengikuti mereka"
Kita Bangsa Melayu tak mengenal istilan NUSANTARA karena itu tak pernah ada dalam perbendaharaan bahasa kita. Itu merupakan bahasa kaum jahiliyah, bangsa penyembah berhala. Kita menggunakan istilah ALAM MELAYU atau sebagian ada juga yang menggunakan istilah JAZIRAH MELAYU.
Dan satu yang kami sepakat, mereka para Sanjaya yang menggemakan istilah Nusantara ini bukanlah Melayu, karena itu usah dipakai istilah jahiliyah ini. Karena sejak berabad-abad yang lampau mereka menjadi musuh kita, musuh Sailendra.
=====================
Baca juga:
- Hakikat Melayu
- Istilah Melayu dalam Kronologi Sejarah
- Apa itu Melayu
- Alam Melayu
- Label Batak dan Melayu
- Dilema Melayu Pesisir Sumatera Timur
- The Real Melayu: Perihal Orang Melayu Menurut Frank Sweetenham
- Minangkabau Ialah Melayu Tua
- Melayu Jati, Dagang, & Peranakan di Tanah Semenanjung
- Dua Kelompok Melayu
- Kapan Istilah Ras Melayu dicetuskan
- Petikan Catatan Rafles di Minangkabau