Gambar: travel.okezone
Istilah "MELAYU" baru dikenal sekitar tahun 644 Masehi, melalui tulisan Cina yang menyebutkan dengan kata "Mo-lo-yeu". Dalam tulisan itu disebutkan bahwa Mo-lo-yeu mengirimkan utusan ke Cina, membawa barang hasil bumi untuk dipersembahkan kepada kaisar Cina.
Jadi, kata "melayu" menjadi nama sebuah kerajaan dewasa itu. Banyak pertelingkahan tentang dimana kerajaan yang bernama Melayu itu. Tapi banyak yang berpendapat, kerajaan itu berada di Dharmasraya sekarang ini.
Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 menyebut "Bhumi Melayu". Dharmasraya dalam Pararaton merupakan ibukota dari negeri 'Bhumi Malayu". Dengan demikian, Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai "Raja Malayu", dan kerajaannya disebut "Kerajaan Malayu".
Dalam Kidung Panji Wijayakrama dan Pararaton menyebutkan pada tahun 1275, Kertanagara mengirimkan utusan dari Jawa ke Sumatra yang dikenal dengan nama "Ekspedisi Pamalayu" yang dipimpin oleh Mahisa Anabrang atau Kebo Anabrang.
Kemudian pada tahun 1286 Kertanagara kembali mengirimkan utusan untuk mengantarkan Arca Amoghapasa yang kemudian dipahatkan pada Prasasti Padang Roco di Dharmasraya ibu kota "bhumi malayu", sebagai hadiah dari Kerajaan Singhasari.
Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan, pada tahun 1347 masehi atau 1267 saka, Adityawarman memproklamirkan dirinya sebagai Maharajadiraja dengan gelar Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Mauli Warmadewa dan menamakan kerajaannya dengan nama "Malayapura".
Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu sebelumnya, dan lalu Adityawarman memindahkan ibukota kerajaannya dari Dharmasraya ke daerah pedalaman (Pagaruyung atau Suruaso).
Walaupun ibukota kerajaan Melayu telah dipindahkah ke daerah pedalaman (Pagaruyung), Dharmasraya tetap dipimpin oleh seorang Maharaja Dharmasraya. Tetapi statusnya berubah menjadi raja bawahan, sebagaimana tersebut pada Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah di Kerinci yang diperkirakan ditulis pada zaman Adityawarman.
William Marsden, dalam karyanya The History of Sumatra (1811), chapter 18, juga menuliskan tentang definisi Melayu, bahwa istilah Melayu hanya istilah yg diberikan oleh orang Eropa dari istilah lokal di Minangkabau yakni MALAYO.
berikut gambarannya:
EMPIRE OF MENANGKABAU.
The principal government, and whose jurisdiction in ancient times is understood to have comprehended the whole of Sumatra, is Menangkabau,* situated under the equinoctial line, beyond the western range of high mountains, and nearly in the centre of the island; in which respect it differs from Malayan establishments in other parts, which are almost universally near the mouths of large rivers. The appellations however of orang menangkabau and orang malayo are so much identified that, previously to entering upon an account of the former, it will be useful to throw as much light as possible upon the latter, and to ascertain to what description of people the name of Malays, bestowed by Europeans upon all who resemble them in features and complexion, properly belongs.
Terjemahan bebas:
Kekaisaran Menangkabau.
Pemerintahan utama, dan yang yurisdiksinya pada zaman kuno dipahami telah memahami seluruh Sumatera, adalah Menangkabau, * terletak di bawah garis ekuinoktial, di luar jajaran pegunungan tinggi di sebelah barat, dan hampir di tengah pulau; dalam hal ini berbeda dari kelompok Melayu di bagian lain, yang hampir secara universal dekat muara sungai besar. Akan tetapi, sebutan orang Menangkabau dan orang Malayo sangat teridentifikasi sehingga, sebelum masuk ke cerita yang pertama, akan berguna untuk melemparkan sebanyak mungkin penjelasan pada yang terakhir, dan untuk memastikan kepada siapa deskripsi nama orang tersebut. Melayu, dianugerahkan oleh orang Eropa pada semua yang menyerupai mereka dalam fitur dan corak, ini lebih tepat.
Jadi satu-satunya kerajaan masa itu yang menggunakan diksi "moloyeu" atau "malayu" atau "melayu" dalam pengertian sebagai negeri, kerajaan, ras, keturunan, dan suku bangsa adalah penduduk asli wilayah Dharmasraya dan juga wilayah Pagaruyung umumnya yang kemudian oleh William Marsden disebut wilayah "Menangkabau" dan "Empire of Menangkabau".
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa istilah "Melayu" berawal di Minangkabau. Namun sebelum dikenalnya nama Minangkabau, maka orang Minangkabau, termasuk Kampar, Kuantan, Kerinci itu aslinya disebut orang "Moloyou", bukan Melayu menurut definisi baru.
Sedang istilah Minangkabau hanyalah nama baru dari Moloyou tadi. Moloyou atau Malayu itu jauh lebih tua dari Melayu-melayu jaman now seperti Melayu Riau, Malaysia, Deli, Serdang, dll.
Dan adat Moloyou itu bukanlah adat resam Melayu. Sementara adat Minangkabau adalah adat Moloyou itu sendiri.
Minangkabau adalah Moloyou.
Kampar adalah Moloyou.
Kerinci dan Kuantan adalah Moloyou.
Dan Moloyou itu bukanlah Melayu sebagaimana Melayu-Melayu jaman now seperti Melayu Riau, Malaysia, Deli, Serdang. dll.
Muchtar Lutfi membagi pengertian “Melayu” dalam tiga pengertian.
1. Melayu dalam arti satu ras diantara ras-ras lain. Ras Melayu adalah ras yang berkulit cokelat. Ras Melayu adalah hasil campuran dari ras Mongol yang berkulit kuning, Dravida yang berkulit hitam, dan Aria yang berkulit putih.
2. Melayu dalam arti sebagai suku bangsa. Akibat perkembangan sejarah dan perubahan politik, ras Melayu sekarang terbagi dalam beberapa negara, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina dan Madagaskar. Dalam kesatuan bangsa masing-masing negara, Melayu tidak dipandang sebagai ras, tetapi sebagai suku bangsa.
3. Melayu dalam pengertian suku atau etnis.
(Pertanggung Jawaban Melayu Online, 2008: Melayu Online. com).
Pemerintah malaysia mendefinisikan melayu sebagai sekumpulan orang yang beragama Islam, mengunakan bahasa dan adat istiadat melayu (beradat resam Melayu), serta lahir di tanah Malaysia atau Singapura.
Tengku Luckman Sinar, seorang Sejarawan Melayu Deli mendeskripsikan bahwa seseorang dianggap sebagai Melayu apabila telah memenuhi syarat sebagai:
1. Beragama Islam,
2. Berbicara bahasa Melayu, mempergunakan adat istiadat Melayu,
3. Memenuhi syarat menetap di tempat tertentu.
Jadi, istilah Melayu disini adalah berdasarkan kultural.
Jika definisi itu yg dipakai maka akan banyak sekali ketidak cocokan dengan kelompok-kelompok yg diklaim sebagai Melayu. Maka Minangkabau sudah pasti bukan Melayu karena adat Minangkabau bukanlah adat resam Melayu. Ada juga etnis sekitar selatan Thailand yang nota bene beragama budha tetapi menggunakan budaya melayu, dan ini juga tidak cocok dg definisi Melayu dengan kriteria beragama Islam.
Ada juga etnis sekitar Filipina yang beragama kristen yang juga berkebudayaan melayu, tapi ini juga jadi tidak cocok dg definisi Melayu. Ada juga masyarakat Malagasy di Madagaskar yang menggunakan bahasa dari rumpu austronesia tapi mereka melayu secara keturunan.
Etnis Melayu Deli di Sumut yg memang beragama Islam dan beradat resam Melayu tapi mayoritas bukan Melayu secara keturunan melainkan berasal dari suku Karo. Etnis Melayu di Serdang Bedagai Sumut yg mayoritas keturunan suku Simalungun. DLL. Ada juga Melayu Asahan, Melayu Batubara, dll. Batak Toba yang menjadi Melayu. Suku Karo dan suku Simalungun yg menjadi Melayu.. dll. Suku Bugis di Malaysia yg menjadi Melayu. Suku Dayak di Kalimantan yg menjadi Melayu. Menurut Ridwan Saidi (budayawan Betawi), suku Betawi dan suku Sunda secara genetik termasuk rumpun Melayu.
Jadi Melayu itu tergantung pandangan orang dari segi mana untuk mendefiniskannya.
Apakah Melayu itu suku.?
Apakah Melayu itu bangsa.?
Apakah Melayu itu bahasa.?
Apakah Melayu itu ras?
Apakah Melayu itu agama.?
Adalah upaya yg sia-sia untuk mencoba mengkotak-kotakkan dan memaksakan pendefinisian Melayu.
Dan sangat tidak masuk akal bila memaksakan pendapat yang memasukkan suku Minangkabau sebagai bagian dari rumpun yg disebut "rumpun melayu" menurut definisi melayu jaman ini, sementara secara kronologi sejarah istilah "melayu" itu sendiri berawal di tanah Minangkabau.
Artinya, jika masih menggunakan istilah "Melayu" sebagai istilah rumpun suku bangsa maka logikanya suku Minangkabau bukanlah bagian dari Melayu, melainkan sebaliknya Melayu adalah bagian dari Minangkabau...
Salam damai.
----
Disalin dari: