Ilustrasi gambar: Imago |
Sumber FB Arsip Nasional RI
auh sebelum Portugis datang ke kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, sudah berdiri empat kerajaan Islam yaitu : Kerajaan Tidore, Tidore, Tuanante (kemudian menjadi Jailolo) dan Makian (atau Bacan). Kemudian bergabung menjadi satu kerajaam Islam yang dipimpin langsung oleh Sultan Baabulah yang dikenal dengan nama "Moloku Lamo" atau Maloku Besar. Sultan Baabulah memerintah dari tahun 1570-1585.
Islam masuk ke Maluku masih di masa zaman keemasan Islam dimana para musafir dan pedagang Islam dari tanah Arab/Magribi dan Gujarat pergi ke berbagai belahan dunia untuk berdakwah, diantaranya ada yang datang berlayar ke kepulauan Maluku. Salah satu tokoh yang terkenal antara lain Ibnu Battutah. Ia menjelajahi banyak tempat dan pulau-pulau untuk mengembangkan agama Islam, ini terjadi dalam abad ke 14 (bukan dimaksud Islam ke Maluku untuk pertama kalinya).
Islam berkembang saat pesat di kepulauan Maluku, rakyat hidup rukun dan damai serta makmur. Waktu itu kepala pemerintahannya adalah Sultan. Pulau pertama kali disinggahi Ibnu Batutah adalah Makian yang kemudian ia namai Makkaan. Pulau Tuanante atau Jailolo menjadi Moti. Tidore dan Ternate sudah mempunyai pemerintahan sendiri yang masing-masing dipimpin oleh Sultan, maka Ibnu Batutah menamai dua kerajaan besar tersebut dengan sebutan "Djasair el Muluk atau Djasiratal Mamluk" yang artinya Jajirah dengan pemerintahan Sultan.
Dari kata Muluk (bahasa Arab =Sultan) inilah asal mula nama Moloku untuk keempat buah pulau yang terletak dibagian barat dari pulau Halmahera tersebut yaitu Ternate, Tidore, Moti dan Makian. Dari kata Moloku ini lahirlah nama "Moloccas" dari orang-orang Portugis, yang kemudian menjadi "Molukken" dari orang-orang Belanda. Sekarang kita mengenalnya menjadi "Maluku". Sumber : Antara Spektrum, 16-02-1965. Koleksi Surat Kabar Langka-Salemba Perpustakaan Nasional RI (SKALA-Team)