Tampilkan postingan dengan label ilmu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ilmu. Tampilkan semua postingan

PAWANG HUJAN ataukah PAWANG ANGIN atau PAWANG AWAN.?

Disalin dari kiriman FB Sutan bandaro Sati 

Di Minangkabau jaman dulu sebelum Islam tidak ada istilah 'pawang hujan'. Yang ada adalah 'TUKANG AMBUIH AWAN'..., bukan 'pawang hujan'. 'Ambuih' artinya 'tiup', 'meniup dengan mulut'.


Ilmu kuno orang Minang jaman dulu bukan ilmu menghentikan hujan, melainkan ilmu memindahkan awan hitam. Menghentikan air hujan itu mustahil karena turunnya air hujan adalah takdir dari Yang Maha Kuasa. Hanya Allah yang berkuasa menghentikan hujan. Tapi memindahkan awan hitam bukanlah mustahil karena Allah juga memberi ANGIN untuk kebaikan manusia.Dan manusia diberi akal budi bagi yang mampu memanfaatkan angin untuk mendorong awan hitam berpindah ke tempat lain.

Nan Sabinjek

ILustrasi Foto: minangkabaunews

 Disalin dari kiriman FB Irwan Effendi

NAN SABINJEK
KALIMAT nan sabinjek sering kita dengar di dalam kosa kata masyarakat Minangkabau. Nan sabinjek paling sering didengar saat anak nagari belajar silat di sasaran-sasaran tradisional. Pada saat akan memutus kaji atau silat, sang guru selalu berpetuah pada muridnya. Petuahnya kira-kira begini:
“Pada suatu saat kalau kamu akan mengajarkan silat kepada orang lain nan sabinjek jan diagiahkan.”
Makna nan sabinjek tersebut dipahami dengan menyimpan beberapa jurus pamungkas yang tidak boleh diturunkan pada murid. Alasan menyimpan itu untuk antisipasi jika suatu kelak murid melawan guru bersilat dan “satu jurus” atau sabinjek masih dipegang guru.
Jika demikian artinya, tidak semua ilmu yang dimiliki sang guru diturunkan pada si murid. Ilmu nan sabinjek tersebut disimpan oleh sang guru sampai batas waktu tak terbatas. Konsekuensi sabinjek yang tak diturunkan guru itu berakibat putusnya satu ilmu. Dan lamakelamaan makin habis karena guru membawa mati ilmu tersebut. Rentetan dan hokum alamnya, setiap guru melakukan hal yang sama. Dan seseorang yang sebelumnya murid, kelak menjadi guru silat, juga melakukan hal yang sama kepada muridnya. Nan sabinjek tetap tak diturunkan. Akhirnya sabinjek demi sabinjek ilmu atau kepandaian yang disimpan menjadi tidak utuh tersampaikan dan habis atau punah. Maka kini yang ilmu silat yang diterima hanya tinggal bagian kulitkulitnya saja. Dan ini sudah berlangsung ratusan tahun.

BAB BESI ZAMAN DAHULU ORANG MELAYU DAHULU

 

Ilustration Picture: pinterest

Disalin dari kiriman FB Kisah Sejarah Melayu


BESI KUNING
Besi kuning merupakan besi yang jarang dijumpai. Ia dipercayai berasal sarang lebah yang berbentuk seperti kepompong kecil dan ada lubangnya sebesar lubang jarum,biasanya ada di atas gunung. Di dalam kepompong itulah terdapat sepasang besi berwarna kuning, yang disebut dengan istilah Besi Kuning.
Ada orang yang mengatakan bahawa keris Taming Sari menggunakan campuran besi kuning selain enam besi yang lain.

BESI KURSANI
Besi Kursani dikatakan merupakan besi asli yang paling kuat. Dikatakan juga, besi kursani ditarik dari kerak bumi . Menurut kata orang tua-tua, besi kursani sama kejadiannya dengan besi yang ada dalam tubuh manusia.
Besi Kursani dikatakan berkhasiat sebagai pelaris, pemanis diri, menaikkan darjat dan ada juga yang percaya boleh membuat pemiliknya kebal. Kebiasaannya orang zaman dahulu pasti mencampurkan sedikit besi ini dalam pembuatan keris-keris terpilih.

Ketika “Bungkusan Agama” Lebih Diimani Dibanding Ilmu Agama itu Sendiri

Gambar Ilustrasi: https://www.laduni.id

Metroislam.idSaya tak takut Corona, hanya takut Allah”. Kalimat ini kelihatannya benar dan menggambarkan keimanan mereka yang tinggi, tapi sebenarnya “sarat akan paham Jabariyyah” dalam kajian Aqidah. Lalu bagaimana dengan keimanan Baginda Nabi yang mengatakan “Larilah engkau dari lepra sebagaimana larinya engkau dari singa” (HR. Bukhari). Apakah mereka [yang mengeluarkan pernyataan tidak takut Corona tersebut] lebih tinggi keimanannya dari keimanan Baginda Nabi?

“Tak mungkin Allah turunkan wabah kepada orang-orang shalih”. Kalimat ini tampak seperti benar, tapi ada kerancuan. Kalau diyakini bahwa wabah hanya akan mengenai orang kafir/ahli maksiat, lalu bagaimana dengan Sahabat mulia Muadz bin Jabal yang wafat karena wabah penyakit saat itu?[1] Apakah keimanan beliau lebih rendah dari keimanan mereka yang mengatakan kalimat di atas?

Tarikh

[caption id="" align="aligncenter" width="830"] Gambar: http://static.republika.co.id[/caption]

Kata ahli sejarah, sejarah itu tak melulu berkisah perihal orang-orang besar, para pemimpin negeri, panglima perang, ataupun kemenangan dan kekalahan. Melainkan sejarah itu juga mengisahkan kehidupan orang-orang kecil yang selama ini dipandang tak memberikan dampak pada jalannya sejarah suatu negeri. Sebut saja para pegawai, kuli dan pesuruh, para perempuan biasa yang kerjanya hanya di rumah, dapur, dan mengasuh anak, para petani yang setiap hari hilir-mudik ke sawah dan ladang mereka, dan bermacam ragam lainnya.


Sejarah juga berbicara perihal gaya hidup orang pada masa dahulu, seperti apa makanan yang mereka makan, seperti apapula gaya mereka berpakaian, apa kendaraan yang mereka pakai pada masa dahulu, serupa apa cara mereka menjalin perhubungan (komunikasi), serupa apa pula bahasa yang mereka pakai, dan lain sebagainya.