Tampilkan postingan dengan label falsafah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label falsafah. Tampilkan semua postingan

Adat Temenggung & Adat Parpatih di Alam Melayu

 

Pict: kompasiana

Adat Katumangguangan

Berasal dari filosofi yang dirumuskan oleh Dt. Katumangguangan, filosofi ini mencakup Hukum Tata Negara, Hukum Pidana, Hukum Perdata, serta hukum-hukum lainnya yang berkaitan dengan setiap sendi kehidupan (sosial, budaya, politik, etika, dan hukum). Adapun penjabarannya kurang lebih seperti yang tertera di bawah ini:

Adat Temenggung (عادت تمڠڬوڠ) atau disebut juga sebagai Lareh Koto Piliang merupakan undang-undang adat Minangkabau yang diamalkan di Negeri-Negeri Melayu (pada asalnya bermula daripada Kesultanan Melayu Melaka sebelum diwarisi turun temurun oleh negeri-negeri Melayu yang lain) kecuali Negeri Sembilan yang mengamalkan Adat Perpatih. Adat ini diasaskan oleh Datuk Ketemenggungan (abang tiri kepada Datuk Perpatih Nan Sebatang yang mengasaskan Adat Perpatih) yang berasal dari Sumatera.

Perihal Keris Minang

 

Ilustrasi: wikwand


Oleh: @Reinja

Keris orang Minangkabau itu di depan, bukan di samping atau di belakang, ada falsafah yang tersembunyi disana mengapa keris orang Minang itu di depan.

“Patah lidah bakeh kalah, patah karih bakeh mati”

[Patah lidah tanda kalah, patah keris tanda mati]

Begitu bunyi pepatah, orang Minang hanya mengangguk pantang untuk membungkuk,[1] jika disuruh atau di paksa membungkuk keris mesti dicabut dahulu, patah karih bakeh mati. Sukar bagi orang lain (bukan orang Minang) untuk memahami falsafah ini, hanya orang Minang yang mengerti itu pun bagi mereka yang arif dan bijak dalam memahami kiasan.

Setiap “kieh” atau kiasan memerlukan kejelian dan ketangkasan dalam berfikir[2] kadang kiasan itu tidak bisa di artikan dengan logika. Falsafah atau kiasan-kiasan inilah yang telah membentuk kepribadian anak Minang baik di kampung maupun di rantau orang.

Minang melawan Syari'at

Sumber Gambar: https://www.facebook.com
LARANGAN KAWIN SESUKU 
ADAT MINANG MELAWAN HUKUM ISLAM
Oleh: Sutan Mangkuto





Ketika Seorang akedemisi berkata pada saya, dan banyak lagi mengatakan hal yang sama bahwa orang Minangkabau itu melawan Hukum Islam, dengan larangan Kawin Sesuku. Bukankah falsafah Orang Minangkabau itu ialah "Adat Basandi syarak, syarak Basandi KITABULLAH"?

Yang benar itu malah Orang Minangkabau menjalankan perintah Alquran (Allah), Firman Allah dalam Surat Alhujarat Ayat 13:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Referensi: https://tafsirweb.com/9783-surat-al-hujurat-ayat-13.html
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Referensi: https://tafsirweb.com/9783-surat-al-hujurat-ayat-13.html
 يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Referensi: https://tafsirweb.com/9783-surat-al-hujurat-ayat-13.html

Artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.