Pict: CNN Indonesia |
Radar Muko Muko - Seperti diketahui, belakangan ini tengah ramai terkait dengan Pulau Rempang di Batam. Dimana dikawasan ini akan dibangun Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam yang dikenal sebagai Rempang Eco City. Di tangan PT Makmur Elok Graha (MEG) yang berinvestasi sebesar Rp 381 triliun, wajah Pulau Rempang akan diubah menjadi kawasan investasi terpadu di atas lahan seluas 17 ribu hektare.
Rencana ini penuh kontroversi dan mendapat penolakan dari masyarakat setempat yang tak ingin digusur dari tanah dan rumah mereka sendiri. Karena bagi warga Rempang yang mayoritas Bangsa Melayu, pulau ini adalah tanah tempat tinggal mereka sejak dulu kala, jauh sebelum Indonesia merdeka.
Terkait dengan Pulau Rempang, pulai ini memiliki luas kurang-lebih 165 km², posisinya masuk dalam wilayah pemerintahan Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau yang merupakan rangkaian pulau besar kedua yang dihubungkan oleh enam buah Jembatan Barelang.
Pulau ini berjarak sekitar 3 km di sebelah tenggara Pulau Batam dan terhubung oleh Jembatan Barelang ke-5 dengan Pulau Galang di bagian selatan. Pulau Rempang banyak dikembangkan untuk wilayah pertanian dan perikanan Sembulang, selain juga mempunyai beberapa buah pantai yang bagus.
Terkait dengan sejarah Pulau Rempang tidak dapat dipisahkan dari penaklukan yang dilakukan oleh Belanda terhadap Kerajaan Melayu Riau tahun 1784. Malansir dari riauonline.co.id yang dilansir dari Batamnews, pulau ini sejak dulu menjadi tempat tinggal bagi Orang Darat yang diyakini sebagai penduduk asli Kota Batam.
Pada 1930, seorang pejabat Belanda bernama P. Wink mengunjungi Orang Darat di Pulau Rempang. Ia mencatat bahwa mereka merupakan suku asli yang hidup tanpa dinding, hanya beratap. Artikel berjudul Verslag van een bezoek aan de Orang Darat van Rempang, 4 Februari 1930 (Laporan Sebuah Kunjungan ke Orang Darat di Pulau Rempang pada 4 Febaruari 1930) bahkan memuat kunjungan tersebut. Laporan ini ditulis di Tanjungpinang, 12 Februari 1930 dan dimuat dalam Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkunde, Deel LXX Aflevering I,1930.
P Wink menyebut bahwa pejabat Belanda di Tanjungpinang sudah lama mengetahui keberadaan Orang Darat di Pulau Rempang. Namun, belum ada kontak langsung dengan mereka. P Wink menjadi pejabat Belanda pertama yang turun langsung menemui Orang Adat.Menurut P Wink, orang Belanda bernama JG Schot dalam tulisannya Indische Gids tahun 1882, di Pulau Rempang ada suku asli yang bernama Orang Darat atau Orang Utan.Legenda menyebut mereka berasal dari Lingga. Sayangnya, tidak ada informasi yang jelas tentang asal usul ini.
Orang Darat di Pulau Rempang mirip suka asli Johor dan Melaka, yakni Orang Jakun. Orang Darat mendiami Pulau Rempang dengan hidup di pondok-pondok tanpa dinding dan hanya beratap. Tak hanya di Pulau Rempang, Orang Darat juga tinggal di Pulau Batam, tapi kemudian seakan menghilang karena membaur dengan Orang Melayu.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik, Pulau Rempang saat ini dihuni oleh sekitar 7.512 penduduk.Di antara mereka, terdapat beragam etnis dan suku, misalnya suku Melayu, suku Orang Laut, dan suku Orang Darat. Keragaman etnis ini menciptakan lingkungan yang kaya akan budaya dan tradisi yang unik.*
====================
Baca Juga:
- Lancang Kuning Menggugat
- Sejarah Kepahlawanan Sulthan mahmud Riayat Syah; yang Dipertuan Besar Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang
- Rempang; Pulau Penuh Sejarah Berabad Lamanya
- Pulau Galang dari Masa ke Masa
- Tomy Winata; Bos Mega Proyek Rempang Eco City
- Sejarah Pulau Rempang yang Sudah Ada Sejak Era Penjajahan, Kontroversi Pembangunan Eco CIty
- Mahfud Akui Status Tanah Rampang Banyak Keliru