Gambar: Twitter |
Kami telah menyertakan 'catatan kaki' pada tulisan ini, kesedian sidang pembaca untuk membacanya
Jika anda seorang Melayu maka seharusnya anda hargainya dan jangan sesekali biarkan bangsa-bangsa lain mengejek, mencemoh dan menganjing bangsa anda. Jangan lah rasa rendah diri sangat atau ada Inferiority complex kalau anda tak ada darah keturunan Teuku Po Cut Aceh atau Daeng berlima Bugis atau Karaeng Mengkassar atau Datuak Ninik Mamak Minang, atau Gusti Pangeran Banjar atau Kyai Sunan Jowo atau Pendekar Batak Mendeiling. Jika anda hanya seorang Melayu kampung dari Bukit Berapit atau Buntut Pulau sahaja pon harus berbangga menjadi Melayu.[4]
Catatan kaki oleh admin:
[1] Tulisan ini merupakan gambaran tentang keadaan Bangsa Melayu di Tanah Semenanjung (Malaysia sekarang). Tidak bersatu, diserang tak hanya bangsa pendatang (Cina, Keling, pendatang lain) tapi juga dari dalam. Seperti dari segi puak, ada beberapa puak yang tak suka mengaku Melayu karena merasa lebih besar/hebat seperti yang disebut pada dua pragraf di atas. Kecuali Jawa yang jelas bukan Melayu, Bugis, Banjar, dan Minang merupakan Melayu dan mereka merupakan Puak Melayu. Dari segi pemahaman, lazimnya di Indonesia sekarang, ada usaha mengadu domba antara Adat dengan Syari'at seperti yang berlaku di Tanah Jawa. Namun di Melayu telah selesai pertikaian itu dimana falsafah "Adat Bersendi Syarak - Syarak Bersendi Kitabullah" telah diterima sebagai falsafah dasar yang mengatur segala sendi kehidupan Orang Melayu. Sehingga semua Bangsa Melayu ialah Islam dan apabila bukan Islam maka ia bukan lagi Melayu. Demikianlah cara orang Melayu mengidentifikasi diri mereka "Orang Melayu itu ialah Semua Orang Islam yang Beradat Resam Melayu" baca juga: Istilah Melayu dalam Kronologi Sejarah atau Klik DISINI
[2] Hal ini juga berlaku dimana-mana, contoh paling dekat ialah apabila tuan berjaya menjadi saudagar besar atau pejabat tinggi maka akan banyak yang mengaku saudara, kerabat, kenalan, dan lain-lain hubungan. Namun apabila tuan miskin papa, maka mereka semua akan menjauh dan menyangkal segala hubungan dengan tuan.
[3] Ghazwul Fikri, lazim ditemui orang nan baru belajar Syari'at mendakwa bahwa 'Adat itu bertentangan dengan Syari'at, mesti dibuang. Mengikutinya bid'ah, kafir' Orang-orang ini baru belajar syari'at sedangkan Adat tak dipelajarinya. Mereka lihat nan tampak, lalu mereka ukur dengan ilmu syari'at yang baru kulitnya sahaja dipelajari. Demikian pula bagi yang baru belajar Adat berkata "fanatik, radikal, fundamentalis" pada yang bersyari'at. Yang lebih buruk, meniru orang Jawa "Islam kita Islam Nusantara, bukan Islam Arab" atau "karena Islam itu maka kejayaan bangsa kita menurun". Karena itulah anggota kaum ini di Indonesia mulai menghujjah dengan hujjah Budaya Nusantara. Silahkan tuan baca DISINI.
[4] Jawa bukanlah Melayu karena dari sudut sejarah dan adat mereka sangat berjauhan dengan puak-puak Melayu yang lain. Dapat dilihat pada konsepsi dasar Sailendra vs Sanjaya. Dan tak semua puak Melayu menorehkan tinta emas di panggung sejarah. Hal tersebut bukan berarti mereka tak hebat. Bugis, Banjar, Minang hanya sebagian kecil dari Bangsa Melayu. Masih ada Aceh, Tamiang, Deli, Serdang Bedagai, Tapak Tuan, Mandahiling, dan tak tanggung banyaknya puak di Pulau Sumatera dan pulau-pulau sekitarnya. Kemudian di Tanah Semenanjung tak tanggung pula banyaknya, Pulau Borneo (tak hanya bagian utaranya sahaja) dan pulau-pulau sekitar, Pulau Sulawesi dan pulau-pulau sekitar, bahkan sampai ke Jazirah Al Mulk (Maluku & Irian), Pulau-pulau di utaranya yang sekarang masuk kepada negara Filipina.
[5] Tidak hanya dalam hal berbangsa, dalam lingkup yang lebih kecil seperti pergaulan antara seorang berseorangan. Apabila tuan seorang yang berjaya di kehidupan, semisal saudagar besar atau berjabatan dan berpangkat tinggi, maka semua orang akan mengaku saudara, keluarga, karib, kerabat, kenalan, ataupun kawan. Namun apabila tuan orang biasa, tak berharta apalagi berpangkat, mereka semua takkan kenal dengan tuan.
[6] Ghayyim = Non Yahudi, Ajam = Non Arab, Muggle = tuan tahu sendiri artinya. Banyak anak-anak Melayu masa sekarang yang kehilangan kepercayaan diri pabila berhadapan dengan bangsa lain membahas soal Lemuria, Atlantis, Kethurah, dan lain sebagainya. Hanya untuk menunjukkan kalau Melayu ianya juga bangsa besar, bangsa pilihan, tak kalah dengan Eropa dengan Romawinya, Arab dengan Babylonianya, Iran dengan Persianya, India dengan Peradaban Sungai Indusnya, Cina dengan Peradaban Sungai Kuningnya, dan lain sebagainya.
[7] Hal sama berlaku pada Islam pada masa kini, banyak orang kafir dan orang mengaku Islam (fasik/munafik) menulis ataupun berkata yang buruk-buruk tentang Hukum Syari'at.
[8] Inipula 'Tuah' yang hendak diruntuhkan oleh kaum fasik/munafik (sekular, liberal, atheis, komunis, dll) dengan mengungkit agama lama Orang Melayu sebelum Islam datang. Mereka hendak menukar tuah tersebut dan kita Orang Melayu mesti menerima kalau ada orang Melayu yang bukan Islam (Kafir) dan kita mesti terima mereka sebagai Melayu (lanjut, baca ctt kaki No.9). Baca juga DISINI terkait perilaku jahil mereka di Indonesia. Hendaknya kita dapat membedakan antara Sailendra dengan Melayu. Kalau kita cakap Sailendra, maka ianya ialah aliran darah. Kini kita sudah tak memakai istilah Sailendra lagi, kita guna kata Melayu. baca juga: Minang tak hanya Aliran Darah, atau Klik DISINI
[9] Nusantara bukanlah istilah Bangsa Melayu, kata itu berasal dari orang Jawa yang masih menganut Adat Jahilayah (Pra Islam). Ianya berasal dari Bahasa Sansekerta, bahasa suci agama Hindu dan Budha. Mereka sebut diri mereka sebagai "Bangsa Nusantara" yang artinya memegang teguh Adat Jahiliyah sebelum Islam. Silahkan baca DISINI. Kita Orang Melayu gunakan istilah Alam Melayu atau Jazirah Melayu. Hakikat dari Melayu sendiri ialah Islam, seperti garis besarnya telah dijelaskan pada paragaraf sebelumnya. Melayu bukanlah perkara 'darah' atau 'kode genetik' karena Melayu hakikat Melayu itu ialah 'Ukhwah Islamiyah'. Bukankah di Malaysia apabila seseorang masuk Islam dikata ia masuk Melayu? Beragam macam rupa fisik orang Melayu, ada yang kuning, ada yang coklat, ada yang hitam. Ada yang berambut keriting, ikal, lurus. Ada yang berhidung mancung, pesek, atau biasa sahaja. Jadi usah bercakap perkara DNA orang Melayu. Karena konsep Melayu ialah "Ukhwah Islamiyah". Apabila tuan ditanya "Siapakah Orang Melayu itu?" maka jawab tuan mesti "Semua orang Islam yang beradat resam Melayu" tuan boleh lanjut jawab "Di puak Minang, ditambah satu lagi yakni Mengisi Adat" maka "Barang siapa bukan Islam maka ia bukan Melayu" demikianlah orang tua-tua kita mengajari.
[10] Permasalahan masa sekarang ialah, terdapat diantara Anak Melayu ataupun Puak Melayu yang berpandangan bahwa diri merekalah yang sebenar Melayu yang lain hasil beranak pinak mereka sahaja. Terkait 'genetik' telah kami jelaskan pada catatan kaki No.9. Terkait Bahasa, cakap Melayu masing-masing puak berlainan logatnya. Cakap Melayu yang sekarang banyak dipakai di Malaysia dan di Riau (Indonesia) ialah salah satu logat dari sekian banyak logat Melayu. Hanya sahaja di Malaysia dijadikan logat Nasional.