Gambar: Youtube |
Sejumlah lokasi di pulau Sulawesi seperti Selayar, Makassar, Bantaeng, Banggai, Buton dan juga Luwuk turut disebut sebut dalam Kakawin Negarakertagama. Namun bukan berarti seluruh daerah yang disebut itu ditaklukkan kemudian diperintah langsung oleh Kerajaan Jawa (Majapahit). Lokasi Keberadaan Pulau Selayar yang strategis krena terletak di lepas pantai sebelah selatan pulau Sulawesi, mengontrol arus keluar masuk lalu lintas dari dan ke Teluk Bone. Selain itu letaknya tepat di tengah tengah perlintasan jalur rempah menjadikan pulau ini sebagai pulau transit dari Jawa ke Maluku begitu juga sebaliknya. Siapa saja yang bisa mengontrol pulau tersebut otomatis mengontrol perdagangan rempah rempah.
Selama kurang lebih 200 tahun sejarahnya, Majapahit tidak melulu menggunakan kekuatan militer untuk menguasai negara negara tetangganya. Di Pulau Selayar terdapat bukti keberadaan Majapahit berupa meriam cetbang dan sebuah desa bernama Majapahit. Dari sini sejumlah lokasi di selatan Pualu Sulawesi relatif mudah dijangkau. Namun tidak ada bukti terjadinya penaklukkan terhadap Kerajaan kerajaan di Pulau Sulawesi. Untuk menjelaskan bagaimana pola hubungannya, melalui diplomasi dan kerjasama dengan sejumlah negara Ini dirasa lebih tepat. Selain menceritakan tentang penaklukkan dan klaim teritorial, dalam Kakawin Negarakertagama juga disebutkan hubungan majapahit dengan kerajaan lainnya dengan sebutan Mitreka Satata
Dalam Hikayat La Galigo dikisahkan Anakaji, Datu luwu ke-4 yang memerintah sekitar tahun 1293 sampai 1330M. Anakaji merupakan putra dari Simprusiang, Simprusiang sendiri adalah datu Luwu ke-3 yang menikah dengan Pattiang Jala. Menurut sumber dari tana Sanggala bahwa dari pernikahan Simprusiang dengan Pattiangjal melahirkan 3 putra masing-masing yaitu Patala Mea, tinggal di Gowa menjadi 'Somba' (suami Ratu) dengan, Patala Bunga atau Ana'kaji, menjadi 'Pajung' di Luwu, Patala Bantang tinggal di Leponna Bulang bersama Laki' Padada (ayahnya). Dari ketiga putra ini yang menjadi cikal bakal penguasa di kawasan Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo hingga Sulawesi Tenggara.
Anakaji ketika dewasa menikah dengan seorang putri dari Kerajaan Jawa (Majapahit) yang punya paras cantik seperti putri Cina. Kisah pernikahan mereka terdapat dalam lontara berbunyi na iya manurungnge ri majampai, (Adapun yang muncul di Majapahit,) iyana riaseng Selamalama (dinamakan Selamalama) iyana siala Batara Weli (yang kawin dengan Batara Weli) najaji Tappacina (maka lahir lah Tappacina/berparas cina) iyana siala Anakaji (dia lah ini yang kawin dengan Anakaji)
Menurut sejarahwan HD. Mengemba bahwa Istri Anakaji bersaudara dengan Tan Swan Liong atau Arya Damar yang juga bersaudara tiri dengan ratu Suhita yang mewarisi tahta Majapahit setelah Wikrawardhana mangkat. Tidak banyak yang mengetahui bahwa sejak lama Luwu sebagai kerajaan terbesar pra Islam di Pulau Sulawesi punya hubungan kekerabatan dengan Majapahit yang pada masa itu merupakan kerajaan terbesar di pulau Jawa.
Yang mendorong kedua kerajaan ini membuat aliansi, salah satunya adalah kepentingan ekonomi. Majapahit membutuhkan sebuah benda yang sangat berharga dari Negeri Luwu yaitu Besi. Menurut Iwan Sumantri, besi Luwu sangat populer karena adanya kandungan nikel yang membuat kualitas besi menjadi ringan dengan titik didih yang rendah. Besi dengan campuran kandungan nikel menjadi bahan baku yang bagus untuk pembuatan keris. Di Nusantara besi itu disebut Pamoro Luwu.
Antara abad ke 12 hingga abad ke 15, Luwu mengekspor besi ke Kerajaan Jawa . Saat itu Jawa membutuhkan besi dalam jumlah besar untuk ekspedisi militer mereka ke Sumatera, Kalimantan dan Sunda Kecil. Hal tersebut diperkuat oleh Penelitian Anthony Reid menyatakan bahwa besi di Majapahit berasal dari Luwu. Yang mengindikasikan bahwa antara Kerajaan Luwu dan Majapahit pernah menjalin hubungan yang cukup erat. Nama Pulau Sulawesi konon berasal dari dari Sula (pulau) dan Wesi (besi).
Disalin dari kiriman FB Riff ben Dahl