Tampilkan postingan dengan label angkola. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label angkola. Tampilkan semua postingan

Diversty on Sumatera

Gambar Ilustrasi: detik travel

FB T Raja Tolor
- Banyak peneliti-peneliti dari luar yang awalnya minim pengetahuan tentang suku Toba, Mandailing, Angkola, Simalungun, Pakpak, Karo bisa dibilang mereka masih buta sejarah dan aksara suku-suku tersebut. Setelah mereka datang ke Sumatra dan masih belum tahu apa-apa, mereka berusaha dengan berbagai cara untuk melakukan penelitian. Namun mereka kewalahan karena banyaknya suku-suku di Sumatra yang harus didatangi untuk diteliti. Dan akhirnya mereka tidak mau ambil pusing dengan terburu-buru membuat kesimpulan walau belum paham sepenuhnya tentang suku-suku tersebut.

Contohnya dari segi aksara mereka secepatnya menyimpulkan bahwa aksara Toba, Mandailing, Angkola, Simalungun, Pakpak, Karo adalah kelompok aksara Batak. Sehingga mereka hanya fokus ke kesimpulan mereka tentang aksara Batak.

LABEL BATAK DAN MELAYU

Foto: Swastika Advertising



Belajar sejarah itu ibarat bermain puzzle, memverifikasi fakta penggalan yang satu dengan penggalan lainnya, dari sejumlah literatur, arsip, kronik dan lain lain.Kemudian kita analisis keabsahannya, lalu kita interpretasi menjadi sebuah narasi tulisan sejarah dalam bentuk yang logis, diterima kebenaran objektifnya oleh akal pikiran kita.
Belajarlah dan pelajari sejarah itu pada ahlinya supaya kita tidak sesat. Jangan belajar sejarah pada mithos dan rekayasa, pasti sesat dan suatu saat akan terbongkar. Jangan hanya membaca dan mengelaborasi dua tiga literatur anda sudah berpretensi menjadi seorang sejarawan, tanpa memahami metode dan metodelogisnya.
DR. Daniel Peret berkebangsan Prancis dari Paris dalam desertasinya menganalisis ; orang Melayu di pesisir Sumatera Timur menganggap dirinya berbudaya. Sebaliknya semua non Melayu dipandang sebagai orang tidak berpengetahuan, berprilaku kasar bahkan kanibal, dan diberi label Batak.

SUKU PESISIR (PASISI), BATAK YANG BERBAHASA MELAYU MINANG

Ilustrasi Gambar: https://www.romadecade.org

Sejarah Suku Pesisir ini berawal dari percampuran antara suku Batak Toba, Batak Mandailing, dan Batak Angkola yang sejak ratusan tahun lalu menetap di daerah Sibolga dan Tapanuli Tengah.

Dalam perkembangannya, percampuran ketiga Suku Batak tersebut juga mengalami pembauran lagi dengan para imigran Minangkabau dan Melayu yang berasal dari Pesisir Timur Sumatra. Dari interaksi dan percampuran kelima suku tersebut, lahirlah sekarang suku yang dikenal sebagai suku Pesisir.

Pada awalnya, mereka berbicara dalam Bahasa Batak. Akan tetapi, setelah berabad-abad “bercampur” dengan Budaya Minang dan Melayu, bahasa merekapun berangsur-angsur berubah, dan kemudian disebut sebagai Bahasa Pesisir, seperti yang hari ini digunakan dalam komunikasi sehari-hari mereka.