![]() |
Ilustrasi Foto: blog ayrooms |
Disalin dari kiriman FB Rabbani Bekam
MASYHUDUL HAQ
![]() |
Ilustrasi Foto: blog ayrooms |
Disalin dari kiriman FB Rabbani Bekam
MASYHUDUL HAQ
Dalam satu interview dengan wartawan “Vrij Nederland”, Bob Vuyk, Menteri Luar Negeri kita Haji Agus Salim telah menyatakan buah pikirannya tentang keadaan di Indonesia. Tentu saja dengan tak lupa berkelakar.
Sewaktu itu anaknya yang berumur 8 tahun sedang berdiri dekat beliau.
“Anak inilah”, kata beliau sambil memulai pembicaraaannya, “[yang] menjadi sebab saya tetap terus campur [dalam] politik. Sebenarnya saya telah muak dengan politik, akan tetapi setelah Mansur [anak Haji Agus Salim itu] lahir di tahun 1939 saya mengerti bahasa [bahwa] Tuhan telah memberikan tanda kepada saya bahwa saya tidak boleh tinggal diam di dunia ini. Dan ketika di bulan Mei 1940 pemerintah Hindia Belanda meminta kepada saya untuk turut bekerja sama supaya merapatkan pihak-pihak yang ada di negeri ini, maka saya pun masuklah bekerja pada Dinas Penerangan Pemerintah.
Perjalanan saya sekali ini telah membikin saya merasa lebih muda, dan merasa lebih lega. Di mana-mana saya menjumpai good will terhadap negeri saya. Dan saya tidak populer di antara beberapa banyak mereka yang sebangsa dengan saya.
Atas pertanyaan apakah mereka itu tidak hidup di sudut yang kecil di atas dunia ini, beliau mengangguk.
ULUN JANDI: Hubungan Pendatang–Pribumi di Suku Karo Mengamati Peristiwa-peristiwa Struktural Yang Ditelan Manipulasi dan Spekulasi Sejarah...