Tampilkan postingan dengan label agussalim. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label agussalim. Tampilkan semua postingan

Diplomasi Ala The Great Oldman

Ilustrasi Foto: blog ayrooms


Disalin dari kiriman FB Rabbani Bekam 

MASYHUDUL HAQ

Dalam Konferensi Meja Bundar, dalam suasana rehat. Semua orang terganggu. Karena ruagan penus asap. Asap itu beraroma rempah rempah terbakar. Mata orang tertuju kepada gaek berjanggut yang berdiri di pojok ruangan sedang merokok. Rokok blotot yang merupakan campuran tembakau, cengkeh, lada. Delegasi Amerika Serikat datang mendekati pria gaek itu yang tampak tidak terganggu tatkala dipandangi. Kemudian beberapa orang dari Belanda, Australis, Swedia ikut nimbrung. Liat pria gaek itu merokok di ruang para diplomat.
“ Apakah tuan tidak punya rasa hormat? “ Kata delegasi Belanda.
Pria gaek itu hanya tersenyum dan dia hembuskan asap rokok itu ke udara menyerupai hurup O.
“ Apa maksud tuan dengan rasa hormat ?" Katanya.
“ Asapnya, aromanya. Itu menyengat, Mengganggu kami semua.”
“ Tahukah tuan. Aroma itu berasal dari tembakau Deli, Cengkeh dari Sulawesi, Lada dari Lampung. Ketiga komoditas itulah yang mendorong niat tuan berlayar datang ke negeri kami. Akhirnya menjajah kami. Tanpa tembakau, cengkeh, lada, apakah tuan masih mau datang ke negeri kami” Kata pria gaek itu dengan sopan dalam bahasa diplomat berkelas.

Pandangan Haji Agus Salim


Dr. Suryadi:


Dalam satu interview dengan wartawan “Vrij Nederland”, Bob Vuyk, Menteri Luar Negeri kita Haji Agus Salim telah menyatakan buah pikirannya tentang keadaan di Indonesia. Tentu saja dengan tak lupa berkelakar.


Sewaktu itu anaknya yang berumur 8 tahun sedang berdiri dekat beliau.


“Anak inilah”, kata beliau sambil memulai pembicaraaannya, “[yang] menjadi sebab saya tetap terus campur [dalam]  politik. Sebenarnya saya telah muak dengan politik, akan tetapi setelah Mansur [anak Haji Agus Salim itu] lahir di tahun 1939 saya mengerti bahasa [bahwa] Tuhan telah memberikan tanda kepada saya bahwa saya tidak boleh tinggal diam di dunia ini. Dan ketika di bulan Mei 1940 pemerintah Hindia Belanda meminta kepada saya untuk turut bekerja sama supaya merapatkan pihak-pihak yang ada di negeri ini, maka saya pun masuklah bekerja pada Dinas Penerangan Pemerintah.


Perjalanan saya sekali ini telah membikin saya merasa lebih muda, dan merasa lebih lega. Di mana-mana saya menjumpai good will terhadap negeri saya. Dan saya tidak populer di antara beberapa banyak mereka yang sebangsa dengan saya.


Atas pertanyaan apakah mereka itu tidak hidup di sudut yang kecil di atas dunia ini, beliau mengangguk.