Ilustrasi Foto: blog ayrooms |
Disalin dari kiriman FB Rabbani Bekam
MASYHUDUL HAQ
Dalam Konferensi Meja Bundar, dalam suasana rehat. Semua orang terganggu. Karena ruagan penus asap. Asap itu beraroma rempah rempah terbakar. Mata orang tertuju kepada gaek berjanggut yang berdiri di pojok ruangan sedang merokok. Rokok blotot yang merupakan campuran tembakau, cengkeh, lada. Delegasi Amerika Serikat datang mendekati pria gaek itu yang tampak tidak terganggu tatkala dipandangi. Kemudian beberapa orang dari Belanda, Australis, Swedia ikut nimbrung. Liat pria gaek itu merokok di ruang para diplomat.
“ Apakah tuan tidak punya rasa hormat? “ Kata delegasi Belanda.
Pria gaek itu hanya tersenyum dan dia hembuskan asap rokok itu ke udara menyerupai hurup O.
“ Apa maksud tuan dengan rasa hormat ?" Katanya.
“ Asapnya, aromanya. Itu menyengat, Mengganggu kami semua.”
“ Tahukah tuan. Aroma itu berasal dari tembakau Deli, Cengkeh dari Sulawesi, Lada dari Lampung. Ketiga komoditas itulah yang mendorong niat tuan berlayar datang ke negeri kami. Akhirnya menjajah kami. Tanpa tembakau, cengkeh, lada, apakah tuan masih mau datang ke negeri kami” Kata pria gaek itu dengan sopan dalam bahasa diplomat berkelas.
“ Ya tapi inikan tempat terhormat. Tidak tempat orang merokok”
“ Kami memang tidak pandai penciptakan tempat bagi orang terhomat. Tapi kami terbukti mampu beramah tamah sekian ratus tahun dengan orang yang menjarah kami. Apakah itu kurang cukup untuk mengajarkan kepada tuan tentang rasa malu? Kata Pria gaek itu lagi.
Kemudian pria gaek itu, menatap kepada semua orang yang mengerumuninya. “Setujui sajalah kedaulatan negeri kami. Tuan- tuan tidak akan pernah bertemu dengan orang seperti saya ini lagi. Tempat terhomat ini tidak akan ada asap bau tembakau, cengkeh, dan lada“ Katanya. Para delegasi dari Amerika Serikat , Swedia, Australian bertepuk tangan sebagai tanda hormat.
Siapakah gaek itu? Dia adalah bapak pendiri bangsa Indonesia. Menguasai 6 bahasa di dunia. Dia adalah Haji Agus Salim. Diplomat yang seumur hidupnya melarat. Tahun 1953 dia pernah jadi dosen selama setengah tahun di Cornell University, Ithaca, Amerika Serikat.
�Mentor saya yang pernah sebagai anggota pimpinan DTCC AS, pernah berkata kepada “Saya paling suka mata kuliah Agus salim. Bukan hanya saya. Tetapi semua mahasiwa suka”
“Apa yang membuat anda tertarik ?
“ Seperti anda menjelaskan tentang Khasanah Islam. Sangat logis dan visioner. Cara penyampaiannya juga sangat populer. Kami tidak merasa digurui namun setelah itu jadi inspirasi. “ Katanya. Saya tersenyum. Agus salim orang Minang. Dia berdiplomasi ala Minang. Semua putra Minang dari kecil sudah diajarkan berdiplomasi.