Pict: katokato |
Ciloteh Tanpa Suara #33 | “Apa judul ciloteh hari ko pak Saiful Guci, karena mintak di foto dakek timbangan ini?" Tanya Junaidi
Mungkin Junaidi belum mengetahu arti dari sebuah mamangan yang berbunyi “Kurangi nan randah nak samo tinggi jo nan tinggi, tambah nan tinggi nak samo randahi jo nan randah." (kurangi yang rendah agar sama tinggi dengan yang tinggi, tambah yang tinggi agar sama rendah dengan yang rendah). Apabila dengan logika bahasa biasa, tidak mungkin bisa dipahami arti mamangan itu karena terdapat ketidak serasian konstruksi makna kata yang membentuk mamangan itu. Menurut logika biasa, sesuatu yang berada dalam keadaan rendah tidak mungkin dikurangi lagi untuk bisa sama dengan yang tinggi. Demikian juga dengan penggalan kedua, sesuatu yang sudah berada dalam keadaan tinggi tidak mungkin lagi ditambah untuk bisa sama dengan yang rendah.
Mamangan (peribahasa) merupakan kristalisasi dari hasil pemikiran (pemahaman) manusia tentang sesuatu. Sebahagian dari mamangan (peribahasa itu) dilahirkan dengan memahami sifat alam sekitar. Mamangan yang anomalous [ganjil] yang secara logika bahasa biasa memperlihatkan kejanggalan atau kontradiksi secara faktual fisikal bisa dibuktikan atau ditemukan di sekitar lingkungan kita.
Fenomena fisikal untuk mamangan tambah nan tinggi nak samo randah jo nan randah, kurangi nan randah nak samo tinggi jo nan tinggi dapat kita lihat pada benda timbangan duduk. Jika menimbang sesuatu, antara yang ditimbang dengan anak timbangan harus berada dalam seimbang. untuk mencapai keseimbangan, maka yang ditimbang jika berada pada keadaan tinggi harus ditambah agar turun hingga mencapai keseimbangan. Atau, dengan cara mengurangi anak timbangan jika dia berada pada posisi bawah agar dapat mencapai keseimbangan.
Mamangan ini berisi ajaran agar orang selalu berusaha mencapai keseimbangan dalam segala hal untuk tujuan yang lebih dalam yaitu mencapai keharmonisan. Seseorang yang sangat pintar, jika berkomunikasi dengan orang yang kurang pintar (bodoh) maka dia seharusnya berusaha “mengurangi kepintarannya”.
Sebaliknya pihak yang bodoh juga harus berusaha untuk meningkatkan kepintarannya agar komunikasi antara orang yang pintar dengan orang yang kurang pintar dapat berjalan dengan lancar. Inilah barangkali yang di maksud dengan alam takambang jadi guru itu.
Saiful Guci Dt. Rajo Sampono, Pulutan 10 Juni 2024