Pict: food detikfood detik |
FILOSOFI SAMBA RANDANG
FB Saiful Guci | Setiap kita datang ketempat orang baralek (kenduri perkawinan) pasti ada disuguhkan Samba Randang (rendang daging) terutama pesta perkawinan di Nagari Pandai Sikek di kampung saya, wajib si pangka alek menyediakannya hal tertuang dalam Peraturan Nagari Pandai Sikek nomor 02 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Adat Istiadat Nagari Pandai Sikek.
Dalam Pasal 27 dijelaskan pada acara baralek samba randang sapiriang 6 (enam) bingkah (sambal rendang satu piring enam potong). Sambal rendang simbolik dari seorang penghulu, warna hitam sesuai dengan adagium adat adalah “hitam tahan tapo” (hitam tahan tempa). Dengan arti kata umpat dan puji hal yang harus diterima oleh seorang pemimpin dan tidak berubah dalam menegakkan kebenaran “ bakato bana bajalan luruih” (berkata benar berjalan lurus)
Seorang yang telah diangkat menjadi Penghulu oleh kaum anak kemenakannya, akan berwibawa dan disegani kalau dia sebagai seorang pemimpin lebih bisa memimpin dirinya sendiri yang dapat dicontoh dan ditauladan oleh masyarakat dan anak kemanakan yang dipimpinnya dalam segala tingkah laku dan perbuatannya.
Filosofi kenapa harus enam potong rendang dalam piring artinya simbolik, mengingatkan baik diwaktu senang maupun susah seorang penghulu harus dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan yang mengangkat martabat dan prestise seorang penghulu tersebut dengan selalu ingat akan enam martabat penghulu, artinya enam yaitu :
1. Ingek dan Jago pado Adat
2. Berilmu, Berfaham, Bermakrifat, Yakin dan Tawakal kepada Allah.
3. Kayo dan Miskin pado Hati dan Kebenaran
4. Murah dan Mahal pado Laku dan Perangai yang Berpatutan
5. Hermat dan Cermat Mangana Awa dan Akia
6. Sabar dan Ridha Mamakai Sidik jo Tablieq
Lapisan kaji dalam itu, jika diperhatikan, maka sebagian warna yang dikenal di dunia ini, juga disebutkan Allah SWT dalam Alquran. Tidak semuanya, melainkan setidak-tidaknya enam warna saja. Dua yang paling banyak disebut di antara enam warna yang termaktub dalam Alquran adalah hitam (muswadda) dan putih (baidha). Jika hitam disebutkan empat belas kali, maka putih disebutkan tiga belas kali.
Bila kita kaji warna hitam, warna yang paling gelap dalam al-Quran. Selain menguatkan deskripsi dan atau ilustrasi, tentu saja repetisi (penyebutan berulang-ulang) tersebut menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan-Nya sangat penting.
Kita ambil saja salah satu surat dalam Al-Quran surat Az-Zukhruf: 17 “ Wa iżā busysyira aḥaduhum bimā ḍaraba lir-raḥmāni maṡalan ẓalla waj-huhụ muswaddaw wa huwa kaẓīm
Artinya: Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih. (Q.S. Az-Zukhruf: 17).
Selain memberikan keterangan, hitam dalam ayat tadi juga ilustrasi yang kuat. Dalam adagiun adat Minang disebutkan “ Aranglah tacoreang di kaniang “ artinya seseorang telah menanggung aib dan malu.
Semoga bermanfaat.