Dalam setiap undangan resmi akan tersua arahan "Pakaian laki-laki: batik nasional. Perempuan: kebaya nasional"
Dan kemudian anak-anak Minang diberi kesadaran, salah satunya ialah tentang jati mereka. Baju Kurung perlahan-lahan bangkit dan dipopulerkan dengan nama "Baju Kuruang Basiba" walau tak semua Baju Kurung itu basiba.
Namun, ini hari masih tersua sebagian orang yang berpandangan "Pakaian perempuan Minang itu ialah kebaya, tingkuluak, dan suntiang.." ditambah orang sekarang yang tergila-gila agar terkenal sehingga tatkala orang memprotes pakaian yang katanya pakaian Minang maka mereka membela "Semestinya kita berterima kasih karena pakaian Minang diperkenalkan ke mata dunia.."
Atau orang-orang yang tak mendapat pengajaran berpendapat "Kita mesti berfikiran terbuka, mengikuti perkembangan zaman.."
Telah lama orang-orang bertanya "Siapa yang menentukan perkembangan zaman itu?" dan "Kenapa bukan Syari'at yang dijadikan takaran (barometer) dalam menentukan perubahan atau perkembangan itu?"
Kemana semua ini akan berjalan? Seperti apakah hari esok?
Apabila keadaan nan berlaku kini dibiarkan, orang-orang semakin ramai berkiblat pada Jakarta, menerima budaya dan agama Nuswantoro. Maka tinggal menunggu waktu, perlahan-lahan anak kamanakan kita akan hanyut dibawa gelombang.
Seperti ungkapan orang dahulu, seperti membesarkan anak itu. Itulah nan kemudian berlaku.
Foto: Minang Tempo Doeloe