Sumber Gambar: http://poestahadepok.blogspot.com
“MINANGKABAU TEAM
Tanggal 4 dan 5 Januari [1936] di Plein van Rome akan diadakan pertandingan antara:
MINANGKABAU TEAM – MILITAIRE XI S W K
Idem – YOUNG FELLOW
Minangkabau team ini jang tersoesoen dari spelers djempolan Sumatra Barat, bermaksoed akan melawat ke Straits apabila kekoeatannja dirasa soedah tjoekoep besar.
Di Fort de Kock, Pajakoemboeh dan Sawahloento telah diadakan beberapa kali pertandingan dan Team ini tetap mendapat kemenangan. Tjoema di Padang beloem pernah diadakan pertandingan dan baroe ini kali akan ditjoba mengoekoer kekoeatannja.
Militairen-eiftal jang terdiri dari djago djago voetbal dari Fort de Kock, P. Pandjang dan Padang akan mengeloearkan soesoenan jang sekoeat koeatnja poela, dan ditambah poela oleh seorang bekas speler Bond Malang, toean DIKMAN jang baroe datang disini.
Pertandingan dimoelai tetap djam 4.30 sore.
M.K. TEAM
Oesman
INS
Djamin Darwis
G.Sedjati G.A.Head Medan
Hitam Taher Badawi
G.Sedjati G.S. S.Dagang
Koetan Arifin Noer
Orion INS G.S.
Liem Kek Kim Pang
G.S. Gas
Reserve. Sjofjan Salih dan Raimi, Willem dan Hendrik, di Padang ini tidak toeroet main dalam Minangkabau-Team.”
***
Laporan harian Sinar Sumatra, No. 2, Tahoen ke 32, Hari Djoemahat 3 Januari 1936/4 Tjap Dji Gwee 2486 -8 Sjawal 1354 tentang rencana pertandingan sepakbola di Padang pada awal Januari 1936. Disebutkan bahwa Minangkabau Team akan berhadapan dengan tim Militaire XI S.W.K. [Sumatra’s Westkust], kemudian dengan tim Young Fellow.
Banyak laporan surat kabar semasa memberitakan pertandingan sepakbola (eiftal) antardaerah dan antarinstansi di Hindia Belanda. Bahkan kerap kali juga diadakan pertandingan dengan tim-tim eiftal dari luar wilayah Hindia Belanda, seperti dari wilayah the Straits Settlements (Semenanjung Malaya, termasuk Singapura yang berada di bawah pentadbiran Inggris), Hongkong, juga dari Eropa.
Sepakbola dan gerakan politik, sosial, ekonomi dan budaya dalam konteks zaman kolonial di Indonesia belum banyak dikaji orang. Padahal, sebagaimana ditunjukan oleh Freek Colombijn dalam artikelnya “Politics of Indonesian Football” dalam jurnal Archipel Vol. 29 (2000), hlm.171-200, olahraga sepakbola di zaman kolonial menyentuh banyak aspek, termasuk politik, ekonomi, dan sosial.
Padang adalah kota yang sudah cukup awal memiliki tim sepakbola. Colombijn dalam artikel di atas (hlm.175) menyebut: tim sepakbola pertama di Padang berdiri tahun 1901, bernama Padangsche Voetbal Club. Pendirinya adalah orang-orang Belanda. Tahun-tahun berikutnya berdiri enam tim lagi, menyiratkan meningkatnya gairah olahraga sepakbola di Sumatera Barat. Di antara keenam tim itu termasuklah tiga tim orang Minangkabau dan tim anggota militer yang bernama Sparta (terinspirasi dari nama negara Yunani kuno ‘Sparta’). Tim ini mengadakan berbagai pertandingan, termasuk melawan anak-anak kapal perang Jerman yang singgah di Emmahaven.
Pada 1905, tujuh tim sepakbola yang ada di Sumatra’s Westkust bergabung dalam satu asosiasi yang diberi nama WSVB (West Sumatra Voetbal Bond). Menarik bahwa dalam WSVB ini bergabung pengurus dan pemain dari kalangan pribumi (Minangkabau), Eropa (Belanda), dan Tionghoa. Namun, dinamika politik tak lepas dari sepakbola, sebagaimana halnya di masa sekarang. Pada 1922, tim-tim Minangkabau (pribumi) keluar dari WSVB dan membentuk asosiasi sendiri yang disebut SVM (Sportvereeniging Minangkabau) (Colombijn, ibid.:177).
Masih banyak lagi cerita menarik tentang dunia persepakbolaan di Zaman Kolonial. Tim-tim tumbuh dan hilang saling berganti karena kebanyakan pemainnya adalah para pegawai pemerintah, anggota militer, dan lain-lain. Orang-orang seperti itu selalu mengalami mutasi atau (di)pindah(kan) ke daerah lain, yang tentunya mempengaruhi keutuhan tim.
Menjelang berakhirnya kolonialisme Belanda di Indonesia, keramaian di lapangan sepakbola sering juga dimanfaatkan sebagai ajang kampanye politik oleh kaum republiken untuk mengkritisi penjajahan Belanda.
Kiranya sepakbola dalam kajian sejarah sosial sudah harus menjadi perhatian para sejarawan kita. Hasilnya pasti menarik, baik secara akademis maupun untuk pengetahuan umum.
Dr. Suryadi – Leiden University, the Netherlands / Padang Ekspres, Minggu 15 September 2019
__________________________
Disalin dari blog Engku Suryadi Sunuri: Niadilova.wordpress.com