94. PRRI di Nagari Sitalang [2]

Kisah anak nagari Sitalang yang berjuang membela PRRI
Dikarang oleh: H. Bustanuddin, Abraham Ilyas, Noor Indones St. Sati
Diedit html oleh: H. si Am Dt. Soda


 


Sumber Gambar: https://nagarisitalang.wordpress.com
Menetapkan pilihan

Lima puluh enam tahun yang lalu
Aku belajar menuntut ilmu
Di SGB sekolah guru
Engku Burhanuddin nama guruku

SGB III di kota Padang
Letak gedungnya di Simpang Kandang
Daerahnya ramai alang kepalang
Diri belajar sangatlah senang

Tempat tinggal di kampung Palinggam
Semua tetangga beragama Islam
Suraunya bernama langgar al Ihram
Sering pengajian malam malam

Tinggal menumpang di rumah saudara
Dunsanak sepupu orang bijaksana
Kantornya terletak di pelabuhan Muara
Dia pegawai Kas Negara


Saudara sepupu Achmad Zaini
Isterinya bernama Siti Nurani
Keluarga sakinah hidup islami
Gajinya cukup sangat memadai

Adik sepupu sangat dimanja
Menumpang di rumah tanpa menyewa
Tugas yang pokok belajar saja
Hari Ahad kadang berwisata

Suatu saat ke Simpang Aru
Ada mamak, adiknya ibu
Syair St. Makruf tinggal di situ
Lemarinya penuh berisi buku

Mak Syair aktifis Masyumi
Bicara politik sepanjang hari
Walau ekonomi kurang memadai
Bukan halangan ketika berbakti

Pernah terjadi suatu ketika
Mamak mengajak ikut serta
Melayani tamu pemimpin bangsa
Muhammad Natsir dari Jakarta

Aku diberi selembar kartu
Sebagai bukti penerima tamu
Disuruh berdiri di samping pintu
Menjawab pertanyaan kalau perlu

Lalu diadakan rapat terbatas
Masuk ruangan tidaklah bebas
Natsir berpidato secara jelas
Semua hadirin sangat antusias

19 56 waktunya lupa
Natsir bicara apa adanya
Ummat Islam menghadapi bahaya
Inilah cobaan Allah ta'ala

Akan diindang, ditampi teras
Biar terpisah padi dan beras
Kaum muslimin haruslah tegas
Orang Komunis sedang mengganas

Dengan serius Natsir berqalam
Ibarat Ikan di dalam kolam
Dilempar batu jatuh ke dalam
Ummat Islam sedang terancam

Akan terjadi suatu drama
Ummat Islam harus waspada
Maju kena, mundurpun kena
Kepada Allah kita berdoa

Tiada perlu berpikir lama
Ummat Islam siaplah segera
Membela negeri, tanah tercinta
Diancam Komunis anti agama

Ada ditulis di koran koran
D.N. Aidit pernah mengatakan
Orang P.K.I anti Tuhan
Hatiku geram tiada tertahan

Membaca syair mungkin bosan
Tapi cerita perlu diteruskan
Eseipun ditulis dalam karangan
Silakan dibaca untuk dipikirkan

1. Pemilu 1955 menghasilkan 4 partai yang mendapat suara terbanyak: yaitu PNI, Masjumi, NU dan PKI.
Masyumi menang di luar Jawa sedangkan PNI, NU dan PKI mendapat suara terbanyak di pulau Jawa.
2. Presiden Soekarno memilih PNI untuk memimpin kabinet/pemerintah dengan mengikut sertakan/ merangkul PKI.

Hal semacam ini ditentang oleh Masyumi karena kaum Komunis anti Tuhan dan menghalalkan kudeta untuk meraih kekuasaan, ..... dengan kata lain PKI anti demokrasi. Ketika itu Masyumi tidak menuntut agar PKI dibubarkan, bahkan di kemudian hari hal yang sebaliknya terjadi; yaitu Masjumi dan PSI dibubarkan. Kelak di tahun 1966 PKI dibubarkan oleh Jenderal Suharto sedangkan pada saat yang bersamaan presiden Soekarno tidak mau membubarkan PKI walaupun jelas jelas terlibat pemberontakan PKI/G30S.

Sebagai pemuda usia belasan
Di dalam hati aku tekadkan
Membela Islam jadi pilihan
Biarpun nyawa jadi taruhan

Walau hidup masih membujang
Tamat SGB di kota Padang
Hatiku gembira tidak kepalang
Menjadi guru sangatlah senang

Mendapat tugas mengajar di kota
Di Payakumbuh sebelah Utara
Sekolah Rakyat istilah lama
Mendidik murid di kelas lima

Radilas Fanani kepala sekolah
Mulutnya manis kucindan murah
Kalau bicara selalu ramah
Apa katanya tak pernah kubantah

Sembilan orang teman seprofesi
Empat pemuda, lima pemudi
Kami mengajar setiap hari
Mendidik siswa sepenuh hati

Nikmat Allah sangat terasa
Setiap hari berhati suka
Sambil mengajar, belajar pula
Mengikuti kursus di K.G.A
________________________________________


H. Bustanuddin St. Kayo, 0813 1163 9317
 

 ________________________________________

Disalin dari: http://prri.nagari.or.id/sitalang.php




Tidak ada komentar:

Posting Komentar