Disalin dari: http://prri.nagari.or.id/manggopoh.php
Historia vero testis temporum = sejarah adalah saksi zaman
Lux veritatis = sinar kebenaran
Vita memoriae = kenangan hidup
Magistra vitae = guru kehidupan
Nuntia vetustatis = pesan dari masa silam
P.R.R.I di nagari Manggopoh
Naskah asli oleh : Deka Maita Sa
Diedit ulang tg. 20 - 9 - 2012 oleh : DR. Mestika Zed, Abraham Ilyas, Drg.
E. Peranan Kaum Perempuan Mendukung Perjuangan
Masyarakat berjuang mempertahankan nagari
Semua golongan ikut berpartisipasi
Laki perempuan, suami isteri
Guru, Pangulu serta pak Haji
Saat perang sedang berlangsung
Kaum perempuan juga bergabung
Gerakan PRRI mereka dukung
Menjaga nagari, melindungi kampung
Bantuan diberikan dengan teratur
Orang perempuan bekerja di Dapur
Memasak nasi, menggoreng telur
Bekal makanan saat bertempur
Lain lagi perempuan ini
Mengambil tugas kerja laki laki
Menjadi prajurit pejuang PRRI
Ikut Barisan Berani mati
Ini kisah Umi Sawiyah
Ibu muda, biasanya di rumah
Sering disebut kaum yang lemah
Kini terpanggil membuat sejarah
Sawiyah mendaftar latihan tentara
Rok diganti dengan Sarawa
Sebagai prajurit ikut gerilya
Ke luar hutan, masuk rimba
Karena terpanggil oleh keyakinan
Tidak peduli laki perempuan
Semua penduduk ingin berkorban
Rasa senagari dalam persatuan
Setelah melakukan diskusi wawancara
Untuk skripsi ujian sarjana
Testimoni dicatat oleh Deka
Bisa dicari di arsip pustaka
Sawiyah bersaksi dengan sungguh
Tanggal 4 April 2010
Hasilnya dikutip secara utuh
Boleh diakses, lalu diunduh
Induak induak di kampuang ko tambah sambuah nan ikuik. Induak induak ko cenan lo mamacik badia. Katiko ado imbauan masuak tantara, sambuah babondong bondong nyo pai ka Balai Satu. Ado nan mambao anaknyo gai, ado pulo nan heboh batangka jo lakinyo.
(perempuan-perempuan di kampung tambah banyak yang ikut. Perempuan tersebut ingin pula memegang senjata. Ketika ada himbauan masuk tentara, berbondong bondong mereka ke Balai Satu, ada yang sambil menggendong anaknya, ada pula yang bertengkar dengan suaminya)
Memiliki bayi yang sangat lucu
Karena tegas tak pernah ragu
Sawiyah ditugasi Komandan Regu
Pada baju tidak terlihat
Para pejuang memiliki pangkat
Ada hirarki bertingkat tingkat
Terus dijaga dengan ketat
Anggota regu sepuluh orang
Enam tua, empat anak bujang
Setiap prajurit diberi senapang
Semuanya patuh, tiada membangkang
Meskipun penduduk desa terpencil
Sawiyah berperang menggunakan bedil
Meninggalkan anak yang masih kecil
Saat kedinginan sering menggigil
Ketika ibunya sedang berjuang
Bayi dititipkan kepada Anduang
Sekali sepekan Sawiyah pulang
Melihat anak hatinya senang
___________________________________________
Disalin dari: http://prri.nagari.or.id/manggopoh.php