Tahun 2000an, orang Minangkabau pernah dibuat rusuh dengan sebuah teori yang mengatakan kalau orang Minangkabau adalah Keturunan Yahudi atau ada juga yang menarasikan sebagai Suku Bani Israel yang hilang.
Sebagian orang Minangkabau menertawakan dan menganggap hal tersebut hanya permainan kata-kata sahaja. Ada yang menolak dengan marah sembari berkata bahwa itu hanya cakap sahaja. Ada pula yang tersenyum-senyum berkata "Baguslah demikian, ternyata awak Bangsa Pilihan Tuhan". Serta ada pula nan berpendapat "Hendaknya dibedakan antara Israel dan Yahudi. Jangan disamakan bahwa Israel itu Yahudi dan jangan pula memandang Israel dimaksud sama dengan Negara Israel kini"
Tampaknya beberapa orang masih jahil, masih membahas pada beberapa tempat, terutama di Ranah Maya. Hal ini dijadikan senjata untuk menyerang sisi religius dari Orang Minangkabau. Karena sudah terkenal kemana-mana kalau Orang Minangkabau sangat taat dalam menjalankan Syari'at. Hal mana menimbulkan kegusaran pada beberapa pihak, langkah mereka menjadi tersendat dan terganggu.
Sekedar mengingatkan, baiknya kami lampirkan disini:
Hampir semua orang Minang percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari dataran tinggi di Sumatera yang dipimpin oleh Raja Alexander Agung atau Izkandar Zulkarnain. Menurut Sejarah Kristen, raja tersebut hidup dari zaman 356 SM sampai 323 SM. Dia juga dikenal sebagai Raja Alexander III dari Macedonia, seorang pemimpin militer yang paling berhasil sepanjang zaman dan dianggap tidak bisa dikalahkan dalam setiap pertempuran. Di zamannya, dia sudah menguasai kebanyakan daerah yang sudah dikenal.[1]
Ayahnya adalah Philip II yang menyatukan kebanyakan kota-kota di dataran utama Yunani dalam kepemerintahan Macedonian dalam sebuah Negara federasi yang disebut Persatuan Corinth (League of Corinth). Raja Alexander menguasai daerah-daerah termasuk Anatolia, Syria, Phoenicia, Judea ,Gaza, Mesir, Bactria, Mesopotamia (Irak), dan dia memperluas batas2 imperiumnya sejauh Punjab, India.
Menurut AlQuran, Zulkarnain juga sempat mengunjungi China dan membantu membangun Tembok Besar China. Alexander menyatukan banyak suku2 asing ke dalam kesatuan tentaranya, yang akhirnya membuat para cendikiawan menganggap dia sebagai seorang Bapak Penyatuan. Dia juga Mendorong pernikahan antara tentaranya dengan suku-asing asing tersebut, dan dia sendiri juga menikahi 2 putri dari suku2 asing tersebut.[2]
[kisah pada paragraf ini tidak terdapat dalam Al Qur'an. Tampaknya si penulis mencampur-baurkan kisah dari berbagai sumber yang dimilikinya]
Daerah paling terpopular yang pernah ia kuasai adalah Alexandria (Mesir) atau dalam bahasa arab Iskandariyah, dinamai sesuai namanya. Al Quran menyebutkan Raja Alexander dalam beberapa ayat antara lain Al Kahfi 83-89. Diantara tentaranya, ada beberapa suku Yahudi yang ikut yang dikenal sebagai B’nai Jacob (Anak dari Nabi Yakub).[3]
[sekali lagi penuliskan menisbatkan sumbernya pada Al Qur'an. Tidak ditemui kisah tentang B'nai Jacob dalam Al Qur'an. dan kata "B'nai Jacob" juga bukan kosa kata Bahasa Arab. Serta tidak terdapat nama tersebut dalam daftar suku-suku Israel ataupun suku-suku yang Hilang. Terkait Surat Al Kahfi ayat 83-89, silahkan di klik DISINI]
Hari ini, para keturunannya menyebut dirinya sebagai orang Minangkabau, yang didapat dari kata-kata generasi mereka sebelumnya “Bainang Ka Yakubu” atau aslinya B’nai Yakub (sesuai lidah generasi pertama). Selama kunjungan Alexander ke Asia Timur, Pernikahan besar-besaran antara tentara Alexander dan suku asli Asia Timur terjadi sesuai perintah Alexander, karena Cina adalah tempat yang sangat damai untuk beristirahat, dan tentu saja, karena raja tidak membawa wanita di dalam tim tentaranya.[4]
Dan hasilnya, pria dari suku Yahudi B’nai Yakub menikah dengan wanita-wanita dari suku di Cina dan membawa kebudayaan dari masing-masing adat. Dari Cina, Raja melanjutkan berlayar ke Laut Cina Selatan dan memutari Selat Malaka menuju Pantai Barat Sumatera.
Beberapa keluarga percampuran Yahudi-Cina tersebut memutuskan untuk menetap, yang lain mengambil rute lain ke India dari jalur Nepal. Ketika mereka sampai diantara pulau Siberut dan dataran utama Sumatera mereka dapat Melihat puncak Gunung Merapi.[Nepal terletak di utara, dari arah laut lebih dekat ke India. Bagaimana caranya orang-orang ini dari arah Samudera Hindia memutar ke Nepal menuju India?]
Jika anda pergi naik Speedboat dari Pelabuhan Ikan Padang Muara, dan pergi ke Pulau Siberut, sekitar 2 jam setelah meninggalkan pulau utama, dengan cuaca yang baik. Anda akan bisa melihat Gunung Merapi nun jauh disana. Kelihatan mistik. Sekitar 4 jam dengan boat dari Padang ke Pulau Siberut. Merapi adalah sebutan sekarang.
Kata ini diturunkan dari kata “Marave”, bahasa Aram yang berarti “tempat yang paling tinggi” (ada lagu daerah yang terkenal yang diambil dari cerita kuno yang mengatakan “Sajak Gunuang Marapi sagadang talua itiak.” Yang berarti “sejak Gunung Merapi sebesar telur itik). Bahasa Aram adalah bahasa Ibu dari Bahasa Arab dan Ibrani.[5]
Bahasa ini dipercaya sebagai bahasa yang dipakai Nabi Ibrahim A.S dan dan tidak diragukan lagi begitu juga dipakai Raja Alexander juga. Di dekat Gunung Merapi, Raja menemukan tempat yang sesuai untuk mengakhiri perjalanan. Dia meminta tentaranya yang menikah untuk memulai membuat tempat yang lebih permanent.
Dalam istilah kuno orang Minang, Kata yang berarti memulai untuk membuat tempat perlindungan adalah “taruko” yang ternyata berakar dari bahasa Aram “tarukh” atau “tarack” dan bahasa Ibrani.[6]
Alexander kemudian wafat disana dengan damai dan dikuburkan di pemakaman mewah bernama Pariangan (Taman Pharaoh). Hari ini,pengunjung dapat dengan mudah menemukan kuburan sepanjang 7 meter disana. dan itu diyakini sebagai tempat peristirahatan raja (saya pernah mengunjungi tempat itu tapi tidak memiliki kesempatan untuk secara tepat mengukurnya).[7]
Salah satu istri Alexander Boendo Kendon (bahasa Aram yang berarti isteri yang tercinta) melahirnkan seorang anak satu-satunya yang bernama Than Kendon (bahasa Aram yang berarti Anak tercinta) atau sekarang lebih dikenal sebagai Dang Tuanku.
Sebelum wafat, Alexander mewariskan satu set peraturan yang disebut Tamvo Alam (bahasa Aram yang berarti Kitab Pengakuan) yang menjelaskan adat-adat untuk rakyatnya. (Hari ini,orang Minang masih bersandar kepada buku petunjuk tersebut untuk memecahkan masalah dan kompleksitas yang terjadi di komunitas mereka).
Kitab yang sekarang disebut “tambo” menyebutkan aturan-aturan tertentu yang sangat tegas. Mengenai matrilinear yang juga sangat umum dipakai oleh bangsa Yahudi sekarang. Aturan Matrilinear sekarang disebut sebagai Ad Tho’t, Bahasa aram untuk “kepatuhan” atau Adat. Adat mengatur bahwa, seluruh barang termasuk harta warisan tidak terbatas hanya tanah saja, rumah dan sawah hanya boleh diberikan kepada wanita saja.
Untuk menjaga dan menyakinkan Adat benar-benar menjadi pola-pola perilaku kaumnya, Raja Alexander menunjuk penasehatnya yang bernama Raphael (Perpatih) dari suku B’nai Yakub dan Tun Gong (Tumenggung) dari suku China. Raphael memimpin dan menjaga kepentingan keluarga Carta (Koto) dan Phillip (Piliang) sedangkan Tun Gong memimpin keluarga Bong Ti (Bodi) dan Chan Yah Goh (Chaniago).
Setelah itu, semua keturunan Perpatih dan Tumenggung dianugrahi gelar “Datuk” yang berasal dari nama “Dan Tuanku” yang meninggal di usianya yang cukup muda. Dilihat dari kesamaan dengan atribut bangsa Yahudi seperti aturan warisan berdasarkan matrilinear dan karakternya yang berbeda dengan rata-rata orang Indonesia kebanyakan, seorang dari suku Minang tidak jarang diprediksikan sebagai “Bangsa Yahudi Indonesia”
Tapi sayang, kerabatnya di Israel mungkin tidak terlalu senang mendapat berita ini karena fakta menyebutkan bahwa semua orang Minangel adalah umat Muslim.
Bagi yang tidak mempelajari dan memahami dengan baik Syari'at & Adat di Minangkabau, akan mudah mereka tergoncang atau bahkan terpengaruh dengan tulisan di atas. Beberapa pertanyaan muncul dan telah kami tuliskan pada catatan kaki dan tulisan berwarna biru.
Untuk menelaah tulisan dimaksud, kita harus menguasai sejarah Iskandar Zulqarnain (dalam Al Qur'an) dan sejarah Alexander The Great (versi Kristen & Barat). Serta kita juga harus memiliki pengetahuan tentang Sejarah Israel & Yahudi, bahasa mereka. Juga pengetahuan tentang Bahasa Aram yang konon kabarnya - menurut tulisan di atas - ikut memberi pengaruh terhadap berbagai istilah dalam Adat orang Minangkabau.
Kita juga harus mengetahui tentang bangsa-bangsa yang menganut Sistem Matrilineal. Sejarah dan penyebab mereka menganut sistem tersebut.
Beberapa orang Minangkabau masa sekarang menanggapi dengan santai karena tidak lebih sekadar Ilmu Cocoklogi sahaja yang dipakai sipenulis. Menghubungkan suatu fakta dan peristiwa dengan fakta dan peristiwa lainnya.
Kamipun curiga karena penulis mengaitkan bahwa nenek moyang orang Minangkabau merupakan campuran antara Yahudi & Cina. Kedua bangsa ini sangat diwaspadai oleh orang Minangkabau.
Serta belum jelas apakah yang dimaksud disini Israel atau Yahudi. Karena banyak orang yang menyamakan Israel dengan Yahudi. Hal ini akan jelas setelah mempelajari sejarah Bani Israel.
Demikian, semoga mendatangkan kearifan pada kita semua. Jangan terlalu cepat menolak dan jangan pula terlalu cepat menerima. Kritisi, pelajari dan jangan hanya membeo dan mengangguk sahaja. Mungkin ini hanya permulaan bagi mereka dalam menyerang segi fundamental dalam kehidupan orang Minangkabau.
Orang Minang terkenal keras kepala dan sukar untuk ditaklukan. Mereka takkan berhenti sampai penaklukan ini berhasil.
Baca Juga:
Tentang Zulqarnain:
Tentang Israel:
- Suku Israel - Wikipedia
- Sepuluh Suku yang Hilang - Wikipedia
Terkait Lainnya:
- Dari Bahasa hingga soal Diaspora - djkn.kemenkeu
- Kuburan Panjang - Anak Nagari Pariangan
- Alam Minangkabau: Nagari Tuo, Makam Raja-raja, & Istana Basa - undaindra.blogspot
- Minangkabau adalah Yahudi Indonesia? - Minangel.wordpress.com
Catatan Kaki oleh Admin:
[1] Sejarawan muslim belum sependapat apakah Iskandar Zulkarnain yang kisahnya terdapat dalam Al Qur'an sama dengan Alxander The Great versi Barat Kristen.
[2] Kami belum menemukan kisah Iskandar Zulqarnain sampai ke Cina dan membantu pembangunan Tembok Cina. Perihal pembangunan tembok, Al Qur'an hanya memberi petunjuk kaum yang tidak mengerti pembicaraan. Serta tentang pernikahan dengan perempuan dari suku-suku yang ditaklukannya juga tidak berhasil kami temui dalam Al Qur'an.
[3] Juga belum ditemukan tentang Ayat Al Qur'an yang menyebut tentang B'nai Jacob
[4] Cina ialah sebuah negeri yang selalu dipenuhi dengan peperangan, oleh karena itu banyak dari rakyatnya yang keluar dari negeri mereka sehingga kebanyakan dari mereka menyebar ke Asia Tenggara
[5] Perihal Aram, klik DISINI dan DISINI
[6] Kata “taruko” ini berakar dari bahasa Aram “tarukh” atau dalam bahasa Ibrani “tarack” yang berarti sama, yaitu tempat perlindungan sumber: DJKN.KEMENKEU.GO.ID
[7] Kuburan dimaksud mungkin makam yang dikenal dengan Kuburan Panjang Dt. Tantejo Gurhano. Selengkapnya klik DISINI