Tampilkan postingan dengan label kamboja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kamboja. Tampilkan semua postingan

Ada 'Aceh' di Kamboja

 

Foto: Mozaik Minang

Apakah Anda pernah pulang kampung? Hampir sebagian besar dari kita tentunya pernah. Biasanya, bagi yang merantau ke luar daerah, pulang kampung menjadi hal yang biasa dilakukan. Terutama menjelang hari raya atau hari-hari besar lainnya. Bagaimana jika berkunjung ke komunitas muslim dan masyarakat Champa di Kamboja, terasa seperti pulang ke kampung halaman di Aceh. Di Kamboja anda akan menemui banyak kemiripan bahasa, budaya, dan makanan seperti yang biasa kita lihat di kampung-kampung di Aceh.
Menurut beberapa catatan sejarah, Aceh memiliki hubungan sangat dekat dengan bangsa Champa. Seperti dikutip dalam buku From Ancient Cham to Modern Dialects: Two Thousand Years of Language Contact and Change, setelah kejatuhan Indrapura, ibu kota negeri Champa, orang-orang Champa mulai meninggalkan negerinya dan eksodus ke berbagai daerah yang ada di Nusantara, termasuk Aceh. Eksodus yang kedua ditandai dengan jatuhnya ibu kota Vijaya, di mana kedua putra Raja Pau Kubah, Shah Indera Berman pergi ke Malaka, dan adiknya Shah Pau Ling hijrah ke Aceh.

Dapunta Hyang Śrī Jayanāśa Warmadewa (682M-702M)

 


 Jayavarman I ( Khmer : ជ័យវរ្ម័ន ទី ១ Tiongkok :闍 耶 跋摩,) (674M-681M)

Dapunta Hyang Śrī Jayanāśa Warmadewa (682M-702M)
Jayavarman I memerintah wilayah pra-Angkor yang dikenal oleh sumber Cina sebagai 'Chenla' , salah satu pemerintahan pendahulu Kekaisaran Khmer. Jayavarman berarti 'pelindung yang menang'. 'Jaya' secara harfiah berarti 'menang', dan 'varman', gelar yang digunakan dalam nama raja raja penguasa Funan dan Chenla, dan dalam sejarah Kamboja, berarti 'baju besi'; karenanya, 'perlindungan'.
Ia naik tahta menggantikan ayahnya Candravarman (657M-674M). Istananya terletak di Purandarapura, di ujung utara Tonle Sap. Selama masa pemerintahannya, dan pendahulunya Bhavavarman II dan Candravarman, kekuasaan raja-raja Khmer mulai dikonsolidasikan di wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh budaya Funan, tetapi terjadi banyak pertempuran di antara 'tuan-tuan' lokal yang menguasai berbagai bagian Kamboja.