"๐—๐—ฎ๐˜„๐—ถ" ๐—ฑ๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—บ ๐—ธ๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐˜€๐—ฎ๐˜€๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—ฎ๐—ป ๐— ๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐˜†๐˜‚ ๐—ธ๐—น๐—ฎ๐˜€๐—ถ๐—ธ

 

Pict: Riau Time

FB Mirza Lokananta | Mungkin kita sering mendengar istilah "๐‰๐š๐ฐ๐ข", Secara umum, Jawi bisa dikatakan adalah nama lain dari "๐Œ๐ž๐ฅ๐š๐ฒ๐ฎ", termasuk didalamnya istilah-istilah seperti Negri Jawi, Bahasa Jawi, Tulisan Jawi, Bangsa Jawi/Bani Jawi, dan lain sebagainya.
Untuk bisa memahami apa itu "๐‰๐š๐ฐ๐ข", kita harus merujuk kepada naskah-naskah bahasa Melayu itu sendiri. Naskah-naskah Melayu sering menyebut tentang Bahasa Jawi atau Negri Jawi, namun tidak pernah menyebutkan tentang Bangsa Jawi atau Bani Jawi. Yang menarik adalah meskipun Bahasa Melayu klasik berkembang dan mencapai standar formalnya di Kesultanan Melaka, namun kata "๐‰๐š๐ฐ๐ข" sendiri pertama kali muncul pada naskah-naskah Melayu kesultanan Aceh tahun 1500an-1600an. "๐‰๐š๐ฐ๐ข" di setiap naskah-naskah Melayu dari berbagai wilayah memiliki perbedaan arti, beberapa contohnya antara lain:
Di Aceh:
Dalam naskah-naskah Melayu Pasai dan Aceh, "๐‰๐š๐ฐ๐ข" bermakna Bahasa Melayu
~ Hikayat Bayan Budiman (Kadi Hasan, 1371)
" Ini hikayat daripada sahibul-hikayat yang dahulu-dahulu, daripada bahasa Parsi; maka dipindahkan kepada ๐›๐š๐ก๐š๐ฌ๐š ๐‰๐š๐ฐ๐ข"
~ Bustan Al Salatin (Nur al-Dina l-Raniri, 1638-1643)
" Sentiasalah beroleh bahagianya dan lanjut naungnya pada segala pihak negerinya, bahawa membahasakan suatu kitab dengan ๐›๐š๐ก๐š๐ฌ๐š ๐‰๐š๐ฐ๐ข padahal mengandung perkataan segala yang mendiami tujuh petala langit dan tujuh petala bumi. Wa siratu 'l-salatini 'l-awwalina wa 'l-akhirin "
" Dan lagi dipohonkan fakir kepada hadaratnya barang memberi manfaat akan dia dan akan segala Islam, amin ya Rabb al-`alamin. Maka ๐๐ข๐ฃ๐š๐ฐ๐ข๐ค๐š๐ง fakir daripada kitab basa Arab yang berpegang seperti Kitab `Aja´ib al-Malakut, dan Daqa´iq al-Haqa´iq, dan Mirsad al-`Ibad "
~ Sharฤb al-`ฤ€shikฤซn (Hamzah Fansuri & `Abd al-Jamal, 1580)
" Ketahui bahwa faqฤซr da`ฤซf Hamzah Fansลซrฤซ hendak menyatakan jalan kepada Allฤh Subhฤnahu wa Ta`ฤlฤ dan ma`rifat Allฤh dengan ๐›๐š๐ก๐š๐ฌ๐š ๐‰๐š๐ฐ๐ข dalam kitฤb ini -- inshฤ Allฤh -- supaya segala hamba Allฤh yang tiada tahu akan bahasa `Arab dan bahasa Fฤrsฤซ* supaya dapat memicarakan dia "
~ Muntahi (Hamzah Fansลซrฤซ, 1580)
-- ya`nฤซ kuph pada ๐›๐š๐ก๐š๐ฌ๐š ๐‰๐š๐ฐ๐ข ‘tertutup’: jika tiada tertutup, tiada bertemu dengan kufu´ -- ya`nฤซ erti ‘pada’ tiada lagi lulus ia itu: ya`nฤซ menjadi seperti dahulu tatakala dalam kuntu kanzan makhfiyyan, .
~ Hujjat al-Siddฤซq (Nลซr ul-Dฤซn al-Rฤnฤซrฤซ, antara 1641 and 1644)
" Maka kuta´lifkan dan ๐ค๐ฎ๐ฃ๐š๐ฐ๐ข๐ค๐š๐ง risฤlah ini daripada segala kitฤb Ahlu'l-Sลซfฤซ dan lain daripada mereka itu "
~ Surat izin berdagang di Aceh dari Sultan Alauddin Syah untuk Sir Henry Middleton, 1602
" ๐‰๐š๐ฐ๐ข yang dipersembahkan Kapitan Inggeris itu. Aku raja yang kuasa yang di bawah angin ini, yang memegang takhta kerajaan negeri Aceh, dan negeri Sammudara, dan segala negeri yang takluk ke Aceh "
Di Palembang:
Dalam naskah Melayu Palembang, "๐‰๐š๐ฐ๐ข" memiliki dua pengertian
- Bahasa Jawi dalam Kitab Mukhtasar bermakna Bahasa Melayu
- Negri Jawi/Tanah Jawi dalam Syair Bunga Air Mawar bermakna Tanah Jawa, bukan Tanah Melayu
* Dalam Risalah Shihabuddin, disebutkan negri Jawi & orang Jawi, namun saya belum pasti apakah "๐‰๐š๐ฐ๐ข" disini merujuk ke Melayu atau justru merujuk ke Jawa
~ Kitab Mukhtasar (Terjemahan Risalah fi 'l-Tawhid) (Kemas Fakhruddin, 1760an)
" Telah selesailah risala yang mukhtasar dengan ๐›๐š๐ก๐š๐ฌ๐š ๐‰๐š๐ฐ๐ข, dan kuharap akan Allah ta`ala bahwa memberi manfa`at atas sekalian orang yang mubtadi. Dan adalah yang menterjemahkan dia Kemas Fakhruddin yang mustawtin dalam negeri Palembang dar al-salam "
~ Risalah Shihabuddin (shaikh Shihabuddin Jawi, 1750an)
" ya`ni kitab mertabat tujuh yang telah mashhur dalam ๐ง๐ž๐ ๐ž๐ซ๐ข ๐‰๐š๐ฐ๐ข, dan melihat kitab orang yang ahl al-salik, supaya jangan tergelincir i`tikad orang yang `awam "
" Shahadan banyaklah sesat ๐จ๐ซ๐š๐ง๐  ๐‰๐š๐ฐ๐ข yang tiada ditunjuk Allah ta`ala akan mereka itu kepada jalan i`tikad ahl al-sunna wa 'l-jama`a dengan mendapat ia akan guru yang murshid lagi yang memeliharakan ia dengan munasabat ihwal manusia lagi yang memberi nasehat karena wajh Allah ta`ala akan anak muridnya"
~ Syair Bunga Air Mawar, sebelum 1866
" Terbanglah ia meninggalkan negeri , Tanah Jawa hendak diedari , Akan menca[ri] keuntungan sendiri.
Sekali-kali tidak diketahui , Takdir tak dapat dilalui , Unggas terbang ke ๐ญ๐š๐ง๐š๐ก ๐‰๐š๐ฐ๐ข , Lalulah mati di negeri Batawi.
Di sana janji dapati , Tidaklah sampai maksudnya hati , Sudah perintah Rabbu'l-izzati , Hartanya naik dia pun mati.
Di Riau:
Dalam Tuhfat Al Nafis (Riau), "๐‰๐š๐ฐ๐ข" bermakna Melayu
Tuhfat Al Nafis (Raja Ali Haji, 1866)
" Maka dipermaklumkannyalah kepada Syarif Yahya hal satu-satu anak raja ๐‰๐š๐ฐ๐ข pihak negeri Riau setengah daripada sahabat bapanya. Maka Syarif Yahya pun memberilah aman kepada Raja Ahmad itu serta segala kafilah yang bersama-sama dengan dia itu "
" Maka lalulah berlayar ke negeri ๐‰๐š๐ฐ๐ข. Syahadan kata sahib al-hikayat adalah Raja Ahmad inilah mula-mula anak raja Riau dan Lingga yang pergi haj "
Di Semenanjung:
Di semenanjung, "๐‰๐š๐ฐ๐ข" memiliki lebih banyak variasi arti makna daripada di Sumatra
Dalam Hikayat Patani (Patani), "๐‰๐š๐ฐ๐ข" bermakna orang Melayu
~ Hikayat Patani, 1730
" Maka pada masa itulah Sayid Abdullah pun datang dari Terengganu. Adapun Sayid Abdullah itu daripada anak cucu Rasulullah, Bait al-Muqaddis nama negerinya, dan Haji Yunus itu ๐‰๐š๐ฐ๐ข ๐๐š๐ญ๐š๐ง๐ข asalnya dan Syekh Abdul Kadir itu asalnya orang Pasai dan Haji Abdul Rahman itu asalnya orang Jawa "
Dalam Hikayat Merong Mahawangsa (Kedah), "๐๐ž๐ ๐ž๐ซ๐ข ๐‰๐š๐ฐ๐ข" bermakna Negeri Aceh
~ Hikayat Merong Mahawangsa, sekitar 1821
" Maka tatkala itu tuan Shekh Nuruddin turun daripada Mekah, maka datang ke ๐ง๐ž๐ ๐ž๐ซ๐ข ๐‰๐š๐ฐ๐ข, iaitu negeri Aceh, membawa kitab syariat agama Islam. Maka di dalam negeri Baghdad itu adalah seorang tuan Shekh Abdullah Baghdad namanya "
Dalam Syair Raja Johor (Johor), "๐๐š๐ก๐š๐ฌ๐š ๐‰๐š๐ฐ๐ข" bermakna Bahasa Melayu
~ Syair Raja Johor, 1899
" Tuan Hugh Clifford orang terbilang , Menjadi Residen di Negeri Pahang , Bijaksana bukan kepalang , Mengiring baginda ia nan girang. | Tulis-menulis ๐›๐š๐ก๐š๐ฌ๐š ๐‰๐š๐ฐ๐ข, Sekaliannya itu sudah diketahui , Alang tak alang peranakan jawi , Seperti ia jarang mengetahui. |
Dalam Hikayat Seri Kelantan, "๐ฆ๐š๐ฌ๐ฎ๐ค ๐‰๐š๐ฐ๐ข" bermakna bersunat / khitan
~ Hikayat Seri Kelantan (Kelantan), 1783
" Maka tatkala besar sekalian anaknya, adalah pada suatu hari Long Junus pun panggillah segala orang besar-besar bermesyuarat hendak bekerja ๐ฆ๐š๐ฌ๐ฎ๐ค ๐‰๐š๐ฐ๐ข anak-anaknya itu "
" Maka raja Kelantan pun mulai berjaga-jaga le(n)tak kerja hendak ๐ฆ๐š๐ฌ๐ฎ๐ค ๐‰๐š๐ฐ๐ข Engku Muda berdua Engku Besar anak Tuan Putih Pattani itu "


Tidak ada komentar:

Posting Komentar