FB Mirza Lokananta | Hubungan antara Minangkabau dan Alexander Agung / Iskandar Zulkarnain dalam catatan Portugis
Pada tahun 1511, setelah berhasil menaklukkan Malaka, Afonso de Albuquerque menerima perwakilan dari Minangkabau yang dalam The Commentaries of the Great Afonso Dalboquerque dideskripsikan:
"Orang-orang di kerajaan ini berbadan tegap dan berkulit cerah; mereka berjalan ke mana-mana dengan selalu berpakaian bagus, mengenakan baju sutra dan mengenakan sarung yang berhiaskan emas (songket ?) dan batu-batu berharga di ikat pinggang mereka. Mereka adalah orang-orang yang berakhlak baik dan berkarakter jujur; mereka orang Hindu;[1] mereka sangat menghormati hiasan kepala emas tertentu (destar/deta ?) yang, menurut cerita mereka, ditinggalkan oleh Alexander [Agung] di sana bersama mereka ketika dia menaklukkan negara itu"[2] Yang menarik adalah meskipun disebut masih beragama Hindu (menurut Tom Pires, dari 3 raja Minangkabau, pada 1500an awal, baru 1 raja yang masuk Islam),[3] orang Minangkabau telah memiliki keterkaitan dengan Alexander Agung / Iskandar Zulkarnain. Padahal selama ini diasumsikan bahwa eksistensi Iskandar Zulkarnain dalam Tambo-tambo Minang, Hikayat-hikayat Melayu, serta Hikayat-hikayat di Sumatra lainnya adalah karena masuknya pengaruh agama Islam. Hal ini mengindikasikan bahwa cerita tentang Alexander Agung / Iskandar Zulkarnain telah eksis sejak sebelum kedatangan Islam ke tanah Minangkabau.[4] Di sisi lain, meskipun Tambo Minang & Hikayat Melayu sama-sama menyebutkan tentang Alexander Agung / Iskandar Zulkarnain, sumber-sumber Portugis hampir tidak pernah menyebutkan keterhubungan antara Melayu atau Melaka dengan Alexander Agung / Iskandar Zulkarnain, justru cerita tentang Parameswara yang berulang kali disebut dalam sumber-sumber Portugis tentang asal-usul Melaka.
Literatur atau sastra Hindu-Buddha dari India sendiri hampir tidak pernah menceritakan atau menyebutkan tentang Alexander Agung / Iskandar Zulkarnain, jadi hampir tidak mungkin pengetahuan orang Minang terhadap Alexander Agung / Iskandar Zulkarnain berasal dari literatur atau sastra Hindu-Buddha dari India. Kemungkinan lainnya adalah sejak masa Hindu atau sebelum Islam, pesisir Minangkabau telah banyak dikunjungi oleh para pelaut & pedagang dari berbagai bangsa, jadi mungkin saja para pedagang & pelaut dari Arab & Persia datang ke Minangkabau dan menceritakan cerita tentang Alexander Agung / Iskandar Zulkarnain ke penduduk lokal, atau kemungkinan lainnya adalah ada sisa-sisa prajurit Alexander Agung / Iskandar Zulkarnain yang terdampar di Minangkabau lalu menceritakan kisah tentang Alexander Agung / Iskandar Zulkarnain kepada anak cucunya yang tinggal turun temurun di tanah Minangkabau.
===
Catatan Kaki:
[1] Jika kita melihat bukti-bukti peninggalan pra Islam di Minangkabau maka tidak terdapat peninggalan Hindu melainkan Budha. Terkait agama orang Minangkabau sebelum kedatangan Islam, silahkan baca buku "Pedoman Penguatan Pemangku Adat Minangkabau" atau klik DISINI
[2] Dalam literatur Adat Minangkabau tidak disebutkan perihal penaklukan, melainkan penyebaran.
[3] Sumber literatur Barat sering mengecilkan peranan Islam, kita harus berhati-hati apabila merujuk kepada sumber tersebut. Buya Hamka mengatakan kalau Islam masuk ke Alam Melayu pada abad ke-7 atau abad pertama dalam penanggalan Islam. Sedangkan dalam buku Pedoman Penguatan Pemangku Adat Minangkabau disebutkan bahwa Islam telah masuk ke Minangkabau dimasa pemerintahan Umayyah bin Abu Sufyan.
[4] Beberapa orang tua di Minangkabau menyebutkan perihal agama orang Minangkabau ialah agama Tauhid yang telah menyembah Tuhan Yang Esa. Hal ini merujuk kepada nabi-nabi yang diturunkan pada setiap bangsa seperti yang dikisahkan dalam Al Qur'an. Adapun agama Budha hanya dianut oleh pemuka kerajaan dan kaum bangsawan {Selanjutnya DISINI). Pendapat lain menyebutkan kalau terdapat satu agama yang memiliki keserupaan dengan agama purba bangsa-bangsa lain, yakni agama penyembah matahari yang bernama Agama Sinaro (klik DISINI)