Perwarisan harta yang mengikut adat Dt. Parpatiah Nan Sabatang (Minangkabau), dikatakan memihak lebih kepada wanita dan tidak menepati syarat. Apa pandangan ustadz?
Yang dapat warisan hanya wanita saja, lelaki tak mendapatkan warisan. Lelaki bilikpun tak dapat, tidurpun di surau. Ini adalah adat tradisi jahiliyah.
Kata siapa? Kata orang yang jahil. Dia tak faham. Tanya dulu baik-baik.
Saya orang Minangkabau, misal. Merantau ke suatu negeri, maka di negeri ini sayapun kaya raya. Selepas saya kaya raya, banyak harta. Apakah harta saya hanya untuk anak perempuan saja sehingga anak laki-laki mesti merantau pula ke tempat yang jauh?
Ternyata tidak.
Ustad tahu dari mana?
Saya tanya.. sahabat saya. "Kamu merantau ke Pekan Baru Riau dari Bumi Minangkabau?"
"Iya.." [Jawab kawan Buya Somad]
"Selepas itu kamu berusaha mencari rezki, dapat rumah, dapat kereta [mobil], dapat tanah.." [lanjut Buya Somad]
'Iya.." [jawab kawan Buya Somad]
"Bila kamu mati..!!" [tanya Buya Somad]
"Janganlah kuat-kuat sebut mati.." [sergah kawan Buya Somad]
"Oke.." [jawab Buya Somad] " Bila kamu mati, yang dapat harta kamu anak perempuan sajakah atau anak laki-laki?" [tanya Buya Somad]
"Anak laki-laki aku dapat dua kali bahagian anak perempuan.." [jawab kawan Buya Somad]
"O.. kalau begitu kamu Islam?" [tanya Buya Somad bergurau]
"Siapa kata aku tak Islam?!" [jawab kawan Buya Somad]
"Lalu yang menyebut anak perempuan saja tu yang dapat itu mana?" [tanya Buya Somad]
"Itu harato tinggi namonyo " [jawab kawan Buya Somad] "Harato tinggi tu, harato niniak mamak yang perempuan. Ibu saya ada harato tinggi, tanah, kebun padi. Nanti bila dia meninggal, itu dibagikan kepada anak perempuan. Nanti bila meninggal anak perempuan, turun kepada cucu perempuan. Itu semacam harta wasiat. Dia tiada hak milik, hanya hak pakai saja.."
la yu' rasyu = tak diwariskan
wala yu' ba'u = tidak dijual
walayu habu = tak dihibahkan
Gunanya untuk apa?
Menjaga anak perempuan Minangkabau supaya jangan sampai dia susah. Saya bukan hendak membedakan dengan suku-suku lain, Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Batak. Cobalah tengok perempuan-perempuan Minangkabau, ada tidak dia susah mencari nafkah, rezeki sampai dia pergi merantau jauh?
Walaupun ada tapi tak banyak. Sebab apa?
Sebab dia di kampung halaman, menikah dia dengan lelaki. Kebetulan lelaki ini tak pula baik, nama Fir'aun. Tak ada bagi nafkah, dimana dia hendak memintak?
Kalau suku lain, dia [perempuan] mintak kepada saudara dia. Ada saudara lelaki dia. Saudara lelaki baik, bini tak baik.
Tapi, Insya Allah. Orang ini [perempuan Minang] tidak akan kelaparan. Kanapa? Karena ada Harato Tinggi tadi yang diwarisi dari niniak turun ke anak turun ke cucu. Itu semacam "Waqaf Keluarga". Itu bukan saya yang bercakap serupa itu, Buya Hamkapun ada membahas tentang Harato Tinggi ini.
Jadi bila ada orang nanti berkata "Orang Minangkabau itu semua hartanya untuk perempuan.."
Maka kita jelaskan dengan baik "Engkau tak faham, bila dia meninggal, anak lelaki tetap dapat dua kali bagian. Tetap pakai hukum waris.."
Apa kata pepatah Minangkabau "Adat Basandi Syara' - Syara' Basandi Kitabullah"
Adat ini, basandi Syara'. Mana yang tak sesuai Syara', dia akan campakkan. Kalau maulah menghitung berapa ulama Minangkabau yang masyhur, mereka bukan level kampung saja. Imam Masjidil Haram, meninggal tahun 1916. Tulis dengan baik, Imam Masjidil Haram meninggal tahun 1916. Namanya Syech Ahmad Khatib Alif, lam, mim, nun, kaf, ba, alif, waw, ya [sembilan huruf hijayyah] saya masa tengok "Apalah cara baca ni?"
Alif, lam, mim, nun, kaf, ba, alif, waw, ya rupanya [setelah] lama, saya baca "AL MINGKABAWY"
Minangkabau. Syech Ahmad Khatib Al Mingkabawy. Nama dia Ahmad Khatib, merantau. Anak pemuda Minangkabau, dua. Kalau tak pandai mengaji, pandai bersilat. Kenapa pandai mengaji? Sebab ia duduk di surau. Di surau dia bersilat, lalu kemudian selepas remaja merantau ke Makkah. Nasib baik, kalau tuah ada di badan - pasir di genggam menjadi intan.
Ahmad Khatib Minangkabau, hafadz Qur'an, hafadz feqah Syafi'i, hafadz hadist. Nasib baik dekat dengan Syech Shaleh al Kurdi. Syech Saleh al Kurdi orang kaya dari Kurdistan, anak gadis dia pula cantik. Menikah dengan anak Syech Saleh al Kurdi.
Selepas itu Syech Saleh al Kurdi dekat dengan penguasa Makkah, Raja Makkah, "Syarif" waktu itu. Dibawa ke istana (Syech Ahmad Khatib), syarif jadi imam (shalat). Ditakdirkan Allah, salah baca Qur'an. Di luruskan [oleh] Syech Ahmad Khatib dari belakang, dia luruskan. Kalau meluruskan bukan dia berkata pada imam "Salah tu imam..", bukan macam tu. Bukan senang nak luruskan bacaan orang.
Dia (Syech Ahmad Khatib) luruskan, selepas itu bercerita dengan syarif. Kata syarif "Engkau punya ilmu, Masya Allah.." Diangkatlah jadi mufti Mazhab Syafe'i di Kota Makkah Al Mukarramah dan dia masyhur. Cari nama dia, kitab dia di cetak di Darul Fikri Beirut. Syech Ahmad Khatib al Mingkabawy.
Manakala saya sampai ke Rabat, Maroko, Magribi. Saya belajar di Darul Hadist. Darul Hadist menerima pelajar, penuntut ilmu 20 (dua puluh) orang sahaja setahun. 15 (lima belas) orang Magribi, 5 orang yang bukan Magribi.
Masuklah Tuan Syech, jubah dua lapis pakai sorban. Masuk dia ke dalam, dia tengok seluruh pelajar baru. Dia tengok ada yang unic satu. Ini dari planet mana?
Dia tanya saya "Man anta..? Mash Muka..?"
"Ana Abdul Somad, Syech."
"Min aina anta..?"
"Ana min Indonesia.."
"Hal ta'rif hil Syech Yassin al Fadani?"
Al Fadani, Padang "Hal ta'rif hil Syech Yassin al Fadani?" kata dia (Tuan Syech)
Saya jawab "'Araf tuhu, misnidut dunya.."
Ahli sanad di dunia ini, Syech Muhammad Yassin al Fadani. Meninggal tahun 1990, jabatan terakhir Rektor Darul 'Ulum Makkah al Mukarramah. Semua sanat-sanat ulama, pasti dalam nama Yasin al Fadani.
Syech Ali Jum'ah Mesir, Mufti Mesir. Syech Ali Jum'ah, dari mana ia dapat hadist?
Tengok sanad Ali Jum'ah, Haddatsani syaikhi Syech Muhammad Yasin al Fadhani. Sekarang yang masih hidup di Kahera, Syech Mahmud Said Mamduh. Menulis tujuh juzuf kitab: At Ta'rif bi Auhani man Qassamas Sunan Baina Sahih wa Ba'if. Hadist-hadist yang didhaifkan oleh Sych al Bani, apa kata Syech Mahmud "Bal Shahih.."
Hadist yang di dhaifkan oleh Syech Al Bani, Shahih. Tujuh juzuf. Tengok sanad hadist dia, Syech Mahmud Said Mamduh, dari siapa? Syech Muhammad Yasin Al Fadani.
Sebenarnya sych magribi itu nak angkat derajat saya.Supaya orang magrib yang ada di kelas itu jangan anggap saya rendah.
Ini budak ini memang hitam, kurus, buruk tapi ada orang dia yang jadi ahli sanad dunia. Begitu cara dia, Maka saya jelaskan, siapa? Syecuh Muhammad Yasin Al Fadhani, Musnidud Dunya.
Saya baru balik dari pondok umrah, masa saya umrah saya pergi berziarah ke Jeddah. Kepada rumah seorang mudaris, pensyarah di Ummul Qura' namanya Dr. Syech Abdullah Saleh. Ujung namanya "Mangkabu"
Saya tanya "Apa Mangkabu?"
"Mingkabawy"
Kenapa tak panjang? Orang Arab Saudi sekarang payah nak sebut Mingkabawy. Jadi ujung nama Syech Abdullah Saleh Mingkabu.
Saya datang ke rumah dia dengan sahabat-sahabat saya, dia bagi makan, dia bagi minum kemudian dia bagi semua, dia jamu. Dia berasal daripada Sungai Sariak di Bumi Minangkabau.
Jadi jangan kata orang Minangkabau tak faham Islam. Kita tak faham adat istiadat ni, baca balik.
Lihat juga paparan Buya Gusrizal Gazahar dikanal Youtube Suduik Minang
,
BalasHapusSekarang banyak tanah warisan Harato
Pusakoo tinggi yg sudah disertifikatkan ke BPN atas nama perempuan yg mendapatkan dari ibunya.
Dan PARAHNYA banyak tanah-2 tsb DIJUAL ke pendatang-2 dari luar Nagari.
Pertanyaan nya :
Apkh benar tanah tsb milik kaum /
milik bersama-2.
Kok bisa dibuatkan sertifikatnya atas nama satu orang.
Dan bebas pula siempunya sertifikat mwnjualnya ke pihak-2 lain.
Ak lain.
Allahu A'lam
Maaf atas semuanya dan trmksh
.
Tanah pusaka ialah tanah bersama, Hak Milik berada pada kaum (kelompok) sedangkan yang dibagi-bagi selama ini ialah Hak Guna/Pakai.
BalasHapusPembuatan sertifikat tanah merupakan awal petaka dari Harta Pusaka. Kami tidak tahu apakah dalam sertifikat dapat dicantumkan nama seluruh Kaum beserta lampiran Ranjinya?
Sesuai dengan yang telah dijelaskan, Harta Pusaka ialah Harta Waqaf, tidak boleh diperjual belikan dengan alasan apapun. Masalahnya ada dan banyak yang memperjual belikan, kenapa demikian, kenapa tak mendapat sangsi?
Selama ini adakah pelanggaran terhadap hukum adat mendapat sangsi? Adakah alat untuk menegakkan wibawa hukum adat di negeri ini?
Berpulang ke masing-masing diri,..
Mohon maaf pabila ada kesalahan..