Sebagian dari aksi massa menunjukkan dirinya dengan "pemogokan atau pemboikotan". Bila buruh yang berjuta-juta meletakkan pekerjaannya dengan maksud tertentu (menuntut keuntungan ekonomi dan politik) niscaya kerugian dan kekalutan ekonomi akibat aksi mereka dapat melemahkan kaum penjajah yang keras itu.
Menurut kekuatan dan kemenangan kita pada waktu itu, dapatlah kita memperoleh hak-hak politik dan ekonomi. Di India pemboikotan itu ternyata adalah pisau bermata dua. Di satu pihak ia sangat merugikan importir Inggris, di lain pihak ia memajukan perdagangan bumiputra. Di Indonesia ketiadaan kapital besar bumiputra yang penting itu memberatkan pemboikotan terhadap perdagangan asing. (Tan Malaka. Aksi Masa. 1926)
Video ini dikirim oleh akun IG @infopadang_ yang mendapat banyak pendapat (komentar), berikut kami sertakan paparannya:
Tidak hanya produk-produk besar dan ternama, produk yang kita pakai sehari-hari mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, mulai dari bayi hingga dewasa, mulai dari untuk diluar tubuh hingga makanan, semua sudah kita gunakan selama ini.
Terdapat banyak tanggapan, namun satu tanggapan menarik perhatian kami. Disampaikan dengan bahasa yang tajam dan mencerminkan dalamnya pengetahuan yang menulis, kepandaiannya dalam berlogika, dan sepertinya menguasai ilmu ekonomi. Selain fikiran yang tajam, tampaknya yang bersangkutan juga memiliki lidah yang tajam serta gelas yang penuh.
Selain akun yang kami maksudkan, juga terdapat banyak pendapat yang mencemooh ajakan untuk memboikot ini. Dengan memainkan lagu lama; tak usah pakai komputer, fesbuk, IG, serta berbagai produk yang menguasai ke sisi fundamental kehidupan manusia moderen, mereka menertawakan ajakan ini.
Disatu sisi memang benar, ajakan untuk memboikot produk-produk zionis dan para pendukungnya telah lama bergema namun tak ada arti apa-apa. Hanya bersikap emosional, sementara, dan kemudian kembali dingin. Bahkan jumlah cabang mereka semakin bertambah sahaja, dan malangnya banyak orang-orang yang mengaku beragama Islam menjadi pelanggan setia mereka. Bahkan bangga dengan mengonsumsi produk tersebut karena cerminan gaya hidup manusia moderen.
Di negeri kita sendiri, tanpa kita sadari, banyak diantara kita terikat dengan perusahaan-perusahaan penghasil berbagai macam produk tersebut. Dan layaknya manusia moderen, untuk beralih ke produk lain agak berat karena sudah nyaman dan ragu dengan kualitas dari produk lain. Gaya hidup bak tali yang melingkar di leher setiap manusia moderen masa kini. Mereka tidak lagi bebas melainkan ditentukan setiap gerak langkahnya. Telah menjadi budak kapitalisme, dan sayangnya mereka bangga akan hal tersebut.
================
Baca juga: Daftar 14 Negara Penentang Resolusi PBB Jeda Kemanusiaan di Gaza