foto: washilah |
Disalin dari FB Makasar History & Heritage
3. SULTAN ALAUDDIN 1586-1639
"100 Tokoh berpengaruh Makassar"
Raja Gowa ke-XIV Sultan Alauddin yang bernama lengkap I Manngaranngi Daeng Manrabia Sultan Alauddin Tumenanga ri Gaukanna yang lebih populer disebut dengan nama Sultan Alauddin, lahir pada tahun 1586 dan wafat pada malam Selasa 15-Juni-1639.
Sultan Alauddin naik tahta pada tahun 1593 menggantikan saudaranya yang bernama I Tepu Karaeng Daeng Parabbung, Karaeng Bontolangkasaq Tunipasuluk, raja Gowa ke-XIII (1590-1593). Setelah Karaeng Tunipasuluk dikeluarkan, ia diangkat sebagai penguasa di Gowa oleh Ibunya.
Ia adalah raja Gowa pertama yang memeluk Islam yaitu pada hari Jum'at tanggal 9 Jumadil Awal 1015 Hijrah atau 22 September 1605 Masehi, yang dipimpin oleh Datuk Ri Bandang seorang Ulama yang menetap di daratan diujung Pammatoang. Datuk ri Bandang yang bernama asli Abdul Makmur dengan gelar Khatib Tunggal dari Koto Tangah, Minangkabau di Sumatera Barat.
Setelah Sultan Alauddin menjadi Muslim dan menyandang gelar Sultan, Islam pun ditahbiskan menjadi agama resmi di kerajaan Gowa Tallo. Hal ini menimbulkan konsekuensi, kerajaan-kerajaan taklukan Gowa pun wajib memeluk Islam. Sementara, kerajaan-kerajaan yang tidak mau memeluk Islam dianggap tak mematuhi pesan Sultan Alauddin. Sultan Alauddin yang menjadikan Gowa sebagai pusat penyebaran Islam di wilayah timur nusantara ini terus mengembangkan Islam, baik secara damai maupun perang.
Beberapa kerajaan di daerah Bugis, seperti Bone, Wajo, Soppeng, Sidenreng, dan lainnya menolak keras ajakan Raja Gowa. Akibat penolakan itu, Raja Gowa terpaksa angkat senjata dan mengirim bala tentara ke daerah itu. Pada 1608, beberapa pasukan gabungan Kerajaan Bugis itu mengalahkan Gowa, tetapi pada tahun berikutnya semuanya berhasil ditundukkan dan bersedia menerima Islam sebagai agama kerajaan. Sidenreng dan Soppeng pada 1609, Wajo pada 1610, dan Bone pada 1611. Perang Islam di tanah Bugis saat itu disebut "bunduq kasallanganga atau Perang Islamisasi". Penerimaan Islam oleh para raja itu kemudian diikuti masing-masing rakyatnya.
Pada bulan Februari 1629 untuk pertama kalinya Koin Jinggra' diperkenalkan oleh Sultan Alauddin dalam menunjang perdagangan dikerajaan Gowa yang begitu pesat. Untuk membentengi hal-hal yang tidak di inginkan diluar konteks Islam dalam perdagangan, pada tanggal 24 Mei 1631 sang Sultan juga mengeluarkan perintah bahwa dilarang membayar bunga utang, ini karena Gowa pada masa itu benar-benar menjalankan Roda kehidupan ekonomi berlandaskan Syariat Islam dan juga Gowa sebagai Pusat penyebaran Islam di Sulawesi kala itu.
Derap penyebaran Islam yang dijalankan Sultan Alauddin menjadikan Kerajaan Gowa sebagai motor penyebaran Islam. Pada masa itu, hampir seluruh kerajaan di Sulawesi Selatan memeluk agama Islam, kecuali Tana Toraja. Makassar pun menjadi pusat penyebaran Islam di nusantara bagian timur. Dari Makassar, agama Islam menyebar di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara, Australia hingga Afrika Selatan.
Meski berjuang menyebarkan Islam, Sultan Alauddin dan beberapa raja penggantinya tak melarang umat Katolik untuk mendirikan gereja di Makassar. Kehadiran misionaris Katolik di Pelabuhan Makassar yang ramai dikunjungi para pedagang dari seluruh dunia pada waktu itu tidak ditolak. Sultan Alauddin wafat pada 15 Juni 1639. Ia diberi gelar “Tumenanga ri Gaukanna” atau yang mangkat dalam kebesaran kekuasaannya.
Atas Jasa-jasanya, beliau kemudian diabadikan namanya di salah satu Univrersitas Negeri di kota Makassar yang bernama UIN Alauddin Makassar (Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar) serta penamaan Jalan/Jl. tepat dilokasi Universitas berada dengan nama Jl.Sultan Alauddin di kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Sumber ;
The Makassar annals "Willam Cummings"
dan beberapa sumber lainnya
Disunting oleh ;
ᨄᨍᨄ ᨅᨀᨙ
Pajappa Bangkeng