Sumber Gambar: https://www.facebook.com |
Islam pertama kali masuk ke Sulawesi Selatan diperkirakan pada abad ke-17 diawali dengan kedatangan tiga mubalig dari Minangkabau, yaitu Datuk ri Bandang, Datuk ri Tiro, dan Datuk ri Patimang. Tiga mubalig ini berhasil mengislamkan elite-elite kerajaan Gowa-Tallo dan menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan pada tahun 1607.
Mereka [ketiga mubalig] dikenal dengan nama Datuk Tellue (Bugis) atau Datuk Tallua (Makassar), yaitu: [1] Abdul Makmur, Khatib Tunggal, yang lebih populer dengan nama Datuk ri Bandang; [2] Sulaiman, Khatib Sulung, yang lebih populer dengan nama Datuk Patimang; serta [3] Abdul Jawad, Khatib Bungsu, yang lebih dikenal dengan nama Datuk ri Tiro.
Ketiga ulama itulah yang mengembangkan dan menyiarkan agama Islam di Sulawesi Selatan. Namun sebelumnya inisiatif untuk mendatangkan mubalig khusus ke Makassar sudah ada sejak Anak Kodah Bonang. Ia adalah seorang ulama dari Minangkabau sekaligus pedagang yang berada di Gowa yang sudah tiba disana pada pertengahan Abad XVI (1525).
Setiba di Makassar, ketiga ulama ini tidak langsung melaksanakan misinya, tetapi lebih dulu menyusun strategi dakwah. Para ulama ini memperoleh keterangan dari orang-orang Melayu yang banyak tinggal di Gowa, bahwa raja yang paling dimuliakan dan dihormati adalah Datuk Luwu, sedangkan yang paling kuat dan berpengaruh ialah Raja Tallo dan Raja Gowa. Setelah mendapat penjelasan, maka ketiganya berangkat ke Luwu untuk menemui Datuk Luwu, La Patiware Daeng Parabu. Datuk Luwu adalah raja yang paling dihormati, karena kerajaannya dianggap kerajaan tertua dan tempat asal nenek moyang raja-raja Sulawesi Selatan.
Ketiganya mengislamkan Datuk Luwu yang kemudian diberi nama Islam, Sultan Muhammad Mahyuddin pada bulan Februari tahun 1605. Lalu Raja Tallo Imalingkaan Daeng Mayonri Karaeng Katangka (Sultan Abdullah Awalul Islam) yang hampir bersamaan dengan Raja Gowa Sultan Alauddin pada 22 September 1605.
Menurut pakar sejarah Islam Sulsel Prof Ahmad M. Sewang, sebenarnya dari Luwu dulu yang masuk Islam, namun yang lebih dikenal adalah Kerajaan Tallo dan Gowa, karena memang besar dan diumumkan kepada masyarakatnya. Selain itu, menurut beliau, Sultan Alauddin pula yang menggelar Shalat Jumat besar-besaran pada tahun 1607 dan mengumumkan secara formal bahwa agama kerajaan adalah adalah Islam dan menjadikan Kerajaan Gowa sebagai pusat penyebaran Islam. Sejak Agama Islam menjadi agama resmi di Gowa-Tallo, kedudukan Sultan Alauddin makin kuat. Sultan Alauddin dipandang sebagai pemimpin Islam di Sulawesi Selatan. Beliau diakui sebagai Amirul Mukminin (Pemimpin Orang-orang Mukmin, gelar yang diberikan kepada kepala Negara Islam. Dengan ketentuan, Sang Kepala Negara mesti faham kaidah Hukum Islam dan mengamalkan dalam kehidupan pribadi dan bernegara).
Tiga orang ulama Minangkabau yang menuntut ilmu agama di Aceh ini, hingga saat ini namanya harum bagi masyarakat Bugis-Makasar. Datuk Ri Bandang yang bernama asli Abdul Makmur dengan gelar Khatib Tunggal bersama dua saudaranya Datuk Patimang yang bernama asli Datuk Sulaiman dengan gelar Khatib Sulung dan Datuk Ri Tiro yang bernama asli Nurdin Ariyani dengan gelar Khatib Bungsu. Menurut sumber yg lain mereka juga dibantu seorang teman yaitu Tuan Tunggang Parangan. Tiga orang ulama bersaudara ini adalah para ulama yg berasal dari Koto Tangah, Minangkabau.
Agama Islam di Kerajaan Kutai juga disebarkan Datuk Ri Bandang bersama-sama Tuan Tunggang Parangan pada masa pemerintahan Raja Aji Mahkota, yang memerintah antara tahun 1525 hingga 1589. Sementara Datuk Ri Bandang kembali ke Sulawesi, Tuan Tunggang Parangan menetap di sana dan berperan besar dalam menyebarkan Islam sehingga rakyat Kutai, Kalimantan Timur akhirnya banyak yang memeluk Islam. Datuk Ri Bandang dan Datuk Ri Tiro disebutkan juga sebagai dua orang tokoh yang membawa agama Islam ke Bima, Nusa Tenggara Barat.
Untuk mengenang jasa para Ulama Minangkabau ini, maka Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Sulawesi Selatan di Makassar dibangun mengadopsi bentuk Rumah Gadang sebagai penghormatan pada ulama penyebar Islam dari Ranah Minang.
---------------
Rujukan:
id.m.wikipedia.org/wiki/Ulama_Minangkabau
fathiyyarizkakf.blogspot.com/…/v-behaviorurldefaultvmlo.html
"Ada Tiga Makam Keramat di Desa Kutai Lama", Samarinda Pos Online, edisi Sabtu, 20 November 2010.
"Walisongo Ada yang Keturunan Minangkabau?" Padang Ekspres, 25 Juli 2012.
-------------------------
Catt: Toni piliang & B.paskand okamara
Foto: Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Sulawesi Selatan di Makassar dibangun mengadopsi bentuk rumah gadang sebagai penghormatan pada ulama penyebar Islam dari Ranah Minang.
____________________________
Disalin dari kiriman facebook Barito Minang
Diterbitkan pada 2 Mei 2020