KAMPAR, RIAUREVIEW.COM -Jika disebut rumah panjang Patopang masih sangat asing ditelinga kita saat ini. Sementara menurut catatan sejarah, rumah yang berarsitektur Minangkabau ini merupakan asal muasal lahirnya Suku Patopang Basah di wilayah eks Kerajaan Gunung Sailan Darussalam yang sekarang lebih dikenal Rantau Kampar Kiri.
Meskipun mitos tentang adanya hujan kompilasi Patopang Basah menikahi seakan-akan mengasumsikan kekuatan leluhur yang masih bertahan saat ini, dan cerita-cerita kuno yang diperlukan dari sini.
Selain tiang dan atap, lantai Rumah Panjang juga sangat memprihatinkan, lantai yang dibuat dari papan ini dalam keadaan sangat darurat, saat naik saya harus hati-hati melihat kebawah dan memperhatikan betul landasan pijakan, jika salah pilih saya akan bangunan ini.
Serupa dengan lantai, dinding Rumah Panjang juga sama, dinding-dinding yang diukir bermotifkan bunga ini sudah rapuh dimakan rayap, banyak sekali serpihan-serpihan dedak kayu bekas sarang rayap yang berjatuhan dilantai dan tidak pernah disentuh sapu.
Keadaannya diperparah lagi kompilasi hari hujan datang, air hujan dengan leluasa menyanyi setiap bangunan tanpa paku ini, jika sampai kelantai, air hujan akan menggabung papan-papan lapuk yang diharapkan memperparah kerapuhan lantai yang telah diperbaiki tahun tidak pernah diperbaiki.
Keadaan ini telah berlangsung selama bertahun-tahun dan tidak ada lagi Patopang Basah yang menghuni Rumah Panjang, bahkan di samping rumah panjang, sebaliknya dahulunya ada rumah godang dan rumah lantai bosi milik Patopang Basah yang lagi buka roboh tidak tersedia dengan baik.
Sekarang Rumah Panjang hanya satu-satunya bangunan soko milik Patopang Basah yang tersisa di Ludai, jika bangunan ini hancur maka hilanglah catatan sejarah peradaban Suku Patopang Basah diwilayah Rantau Kampar Kiri. Semoga tulisan singkat ini, bisa mengetuk hati anak cucu patopang basah untuk bersama2 membangun kembali Rumah Panjang sebagai asal mula peradaban Patopang Basah di Rantau Kampar Kiri.