Jakarta, 7 November 2020
DIPLOMAT MINANG DI ZAMAN DULU, SEKARANG, DAN MASA YANG AKAN DATANG
(Oleh: Prof. DR. Hasjim Djalal, M.A.)
- Di masa penjajahan, masyarakat Minang sudah banyak berpartisipasi menentang penjajahan, seperti Tuanku Imam Bonjol [Kaum Putih/Paderi] dan peristiwa ‘Perang Kamang’.
- Pada awal kemerdekaan, diplomat-diplomat Indonesia asal Minang banyak terlibat dalam perjuangan kemerdekaan, seperti Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, H. Agus Salim, Moh. Yamin, dan lain-lain. Malah pada waktu Jogjakarta (ibukota RI pada waktu itu) diduduki oleh Belanda, ibukota RI pindah ke Bukittinggi, dan kemudian pada waktu Bukittinggi diduduki pula oleh Belanda, ibukota NKRI pindah ke Suliki, di sebelah utara Payakumbuh.
- Di dalam sejarah, masyarakat Minang juga banyak yang kemudian berkembang di Malaysia (Negeri Sembilan) dan mengembara sampai ke Aceh dan bertebaran ke Samudera Hindia.
- Di zaman permulaan kemerdekaan sampai diakuinya Indonesia menjadi suatu negara merdeka dan yang kemudian ikut mengembangkan konsepsi ‘Negara Kepulauan’ dalam Hukum Laut, peranan budaya Minang pada dasarnya cukup besar dan penting, khususnya dalam menyatukan peranan darat, laut, termasuk dasar lautnya dan udara serta seluruh kekayaannya dalam memperkuat kesatuan kewilayahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
- Diplomasi Minang kemudian berusaha mengembangkan kerjasama di Samudera Hindia dalam rangka look west policy dari daerah Sumatera Barat. Malah Indonesia berhasil membuat ibukota Sumatera Barat, yaitu Padang, menjadi semacam pusat dari IORA (Indian Ocean Rim Association). Di samping itu Kementerian Luar Negeri RI juga mendorong berdirinya Pusat Studi Kawasan Samudera Hindia di Universitas Andalas di Padang, dengan harapan agar Pusat Studi tersebut dapat mengembangkan kebijakan Indonesia dan memanfaatkan Samudera Hindia untuk pembangunan Indonesia di Sumatera, termasuk di Sumatera Barat.
- Di dalam memperjuangkan kepentingan Indonesia, diplomat yang berasal dari Minang pada umumnya banyak berpegang kepada kebijaksanaan Minangkabau di dalam menjalankan diplomasi Indonesia, antara lain:a) Memahami bagaimana jalan mendaki, mendatar dan menurun di Negeri Minang yang banyak gunung dan pegunungannya di dalam mencapai cita-cita yang diinginkan. Pengalaman dan pemahaman ini banyak menjiwai semangat para diplomat asal Minang.b) Di dalam diplomasi, kemampuan dan kebijakan mendengar pendapat orang lain demi untuk memajukan pendapat dan diplomasi Indonesia, yang dalam bahasa Minang dirumuskan dalam kata-kata ‘dangakan pandangan orang dan majukan pandangan awak’.c) Dalam diplomasi Minang, dalam memajukan pendapat dan keinginan kita, harus juga memahami pandangan dan kepentingan orang lain sehingga pandangan kita itu tidak menentang atau merugikan pandangan dan kepentingan orang lain, yang dalam bahasa Minang disebut dalam istilah ‘makan basamo’, ‘makan bajamba’ dan ‘lamak di awak – lamak di urang’.d) Diplomasi Minang juga selalu menekankan memperbanyak teman dan mengurangi musuh, demi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai tanpa menimbulkan musuh.
- Di dalam posisi geo-politik/geografis yang ingin diperjuangkan, diplomasi Minang selalu berpegang kepada prinsip ‘di mana bumi diinjak, di situ langit dijunjung’, dalam arti orang Minang akan selalu menghormati negeri tempat dia merantau. Karena itu orang Minang banyak yang merantau ke seluruh dunia (diaspora Minang) dan menghormati tempat di mana dia berada sebagai negerinya sendiri.
- Untuk masa yang akan datang, kiranya diplomat Indonesia akan harus memahami perkembangan-perkembangan baru di dalam politik luar negeri Indonesia yang berkembang di masa kini.
- Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo dalam kebijakan luar negerinya telah atau sedang melaksanakan apa yang disebut dengan ‘Nawacita’ (9 program), yaitu:1) Melindungi seluruh bangsa melalui politik luar negeri yang bebas aktif, membangun keamanan dan pertahanan nasional serta memperkuat Indonesia sebagai negara maritim.2) Melihat agar Pemerintah tidak absen melalui pemerintahan yang bersih dan memperkuat demokrasi.3) Membangun Indonesia dengan memperkuat pedesaan dan daerah dalam konteks NKRI.4) Menolak ‘negara yang lemah’ dengan membangun negara hukum yang bebas dari korupsi.5) Memperbaiki kualitas kehidupan melalui peningkatan pendidikan dan training serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.6) Meningkatkan produktivitas dan daya saing di pasaran internasional dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.7) Merealisasikan ekonomi yang bebas dengan mengaktifkan sektor domestik yang strategis.8) Melaksanakan revolusi dalam karakter nasional melalui pendidikan yang antara lain menekankan nilai patriotisme.9) Memperkuat sikap Bhinneka Tunggal Ika.
- Dalam bidang politik luar negeri, Kemlu/Menlu Retno LP. Marsudi disamping menekankan peranan perempuan dalam diplomasi, yang kiranya sejalan dengan visi ‘matriarchat’ Minangkabau, telah pula mencanangkan 6 kebijakan yang harus jadi pedoman bagi diplomat muda Indonesia, termasuk dari Minang:1) Mengembangkan Indonesia sebagai negara maritim dan mengambil manfaat dari posisi strategisnya antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik (Indo-Pasifik).2) Politik Luar Negeri Indonesia akan ‘membumi’ dan akan dilaksanakan secara tegas dan terhormat.3) Polugri akan menekankan perlindungan terhadap warga negara Indonesia melalui 3 approach, yaitu prevention, early detection & protection.4) Indonesia akan mengambil langkah-langkah dalam konteks ASEAN Economic Community.5) Indonesia akan membantu negara Pasifik Selatan dalam konteks kerjasama Selatan-Selatan.6) Indonesia akan ikut aktif dalam kerjasama di Samudera Hindia.
- Disamping itu, meningkatkan peranan wanita dalam mengusahakan perdamaian di dunia, juga merupakan salah satu prioritas politik luar negeri RI sebagaimana diutarakan oleh Ibu Menlu Retno LP Marsudi. Saya melihat hal ini sejalan dengan pandangan orang Minang yang melihat pentingnya peranan wanita dalam berbagai hal (matriarchal system).
- Menurut hemat saya, di masa kini dan masa yang akan datang diplomat Indonesia harus memahami konsep-konsep tersebut tanpa mengabaikan perkembangan dan prospek kepentingan Indonesia di samudera luas, dasar laut internasional, Antartika dan angkasa luar serta bagi kesatuan, persatuan dan masa depan Indonesia, kawasan Asia Tenggara dan dunia pada umumnya.
Disalin dari kiriman: Burnalis Ilyas
Di WAG: Milenaial Minang Dunia