ARCA MANJUSRI, GAYATRI, dan ADITYAWARMAN.
Hari-hari terakhir Adityawarman di Majapahit.
Pada hari-hari terakhir Adityawarman di Majapahit, penguasa Majapahit melalui Gayatri telah mempersembahkan sebuah Arca Manjusri.
Arca Manjusri digambarkan sebagai seorang pemuda yg duduk bersila diatas teratai. Tangan kanannya memegang pedang yg diletakkankan di belakang kepalanya. Sedangkan tangan kirinya memegang buku paramita.
Arca itu dibuat oleh penguasa dan bangsawan Majapahit, tapi yg mempersembahkannya kepada Adityawarman adalah ibu Gayatri secara pribadi.
Para sejarahwan mengatakan persembahan arca itu adalah bentuk penghargaan kepada Adityawarman atas jasa-jasanya.
Tapi disini tetap saja terjadi beda perdapat. Kenapa.?
Bentuk arca itu sendiri sangat tidak cocok dengan karakter Adtyawarman yg keras dan lugas. Adityawarman itu karakter bertipe penakluk total. Karakter jantan dan blak-blakan. Menyerang langsung ke depan.
Memimpin sendiri pasukannya di medan perang. Tak pernah mundur sebelum membumi hanguskan sasarannya. Karakter asli seorang Maharaja Diraja yang bukan sekedar maharaja.
Jadi tidak layak Adityawarman digambarkan seperti setengah pedang dan setengah pendeta. Apalagi dengan pedang yg diletakkan di belakang kepala (punggung). Itu adalah gambaran sifat rendah, curang dan licik.
Disini dapat dianggap bahwa hadiah Arca itu hakikatnya bukanlah penghargaan, melainkan wujud dari sebuah pernyataan kecurigaan penguasa Majapahit kepada Adityawarman.
Logikanya, memandang hal yg tersirat dari arca itu sendiri sudah membuat merah kulit muka dan rasa geram. Terlihat jelas apa maksud yang terkandung yang ditujukan ke Adityawarman. Arca itu sendiri sudah menggambarkan apa yang terkandung di hati para bangsawan istana.
Arca dengan sosok yang memperlihatkan paramita, muka tampan manis penuh senyum, tapi menyembunyikan pedang di belakang yg sewaktu-waktu akan menikam, begitukah.?
Itu jelas adalah penghinaan dan bentuk kecurigaan. Agaknya penguasa dan bangsawan Majapahit mengkhawatirkan Adityawarman hendak merebut tahta keraton Majapahit. Itu pasti ulah Gajahmada yg merasa terancam karena semakin kuat dan membesarnya pengaruh nyata Adityawarman di kalangan kawula Majapahit.
Kenapa harus ibu Gayatri pribadi yg mempersembahkan arca itu.?
Jelas Gajahmada maupun Tribhuana Tunggadewi tidak mungkin berani menyampaikan langsung ke Adityawarman yang mereka semua tau bagaimana karakter jiwa seorang Adityawarman yang sangat keras dan pendendam. Jangan-jangan nanti Adityawarman bersama para senopati, prajurit dan pendukung setianya jadi gelap mata dan membakar habis keraton Majapahit.
Hanya Ibu Gayatri, sekali lagi hanya Gayatri yg mampu mendinginkan seorang Adityawarman.
Tapi cara ibu Gayatri yang bijak itu mau tidak mau mamaksa Adityawarman menahan diri dari kemarahannya.
Ibu Gayatri dengan cara keibuannya jelas meminta Adityawarman meninggalkan Majapahit guna memadamkan bara api yg diam-diam semakin membakar dalam keraton Majapahit. Adityawarman paham dan Gayatri adalah seorang ibu yang bijaksana, cendikia, ahli siasat yang lihai memahami jiwa keras Adityawarman. Adityawarman mengalah dan menurut hanya demi Gayatri seorang.
Jadilah meminta Adityawarman pulang ke tanah Malayu Dharmasraya hanya cara halus seorang ibu bijak menyingkirkan seorang Adityawarman, seorang calon raksasa kejam yg pengaruh nyatanya di kalangan kawula Majapahit semakin membesar dan makin menguat. Gayatri berhasil menyingkirkan Adityawarman secara halus dari percaturan kekuasaan keraton Majapahit yg suatu saat mampu membumi hanguskan keraton Majapahit tanpa ampun, rata dengan tanah.
Siapakah Gajahmada sebenarnya.?
Tentang asal usul Gajahmada itu masih simpang siur dan sulit dipahami. Agak janggal rasanya jika ada sementara sejarahwan yang menganggap Gajahmada sebagai saudara (adik) dari Puti Dara Jingga dan Puti Dara Petak, sementara Adityawarman adalah anak kandung dari Puti Dara Jingga, dan menyingkirnya Adityawarman dari keraton Majapahit adalah berawal dari ulah Gajahmada yang mencurigai Adityawarman hendak merampas kekuasaan keraton Majapahit.
Dalam catatan pararaton mengatakan Adityawarman ditempatkan sebagai Uparaja, bawahan Majapahit di kerajaan Malayu Dharmasraya. Itu jelas tidak masuk akal.
Dan bagaimana mungkin Adityawarman secara nyata hanya menjadi Uparaja, tapi kenyataannya menyandang gelar MAHARAJA DIRAJA. Raja dari segala raja di muka bumi. Gelar yg tidak ada satupun dari penguasa Majapahit yg pernah menyandangnya.
Lalu siapa sebenarnya sosok ibu Gayatri ini dan apa arti seorang ibu Gayatri itu bagi Adityawarman.?
Arca Amoghapasa adalah hadiah Prabu Kartanegara untuk Maharaja Malayu Dharmasraya. Arca Amoghapasa itu sendiri adalah perwujudan dari Dara Kencana dan keempat anak perempuannya. Yakni isteri dan keempat anak Prabhu Kartanegara.
Tapi sementara sejarahwan menganggap arca itu sebagai perwujudan Lokeswara.
Di India, Awalokiteswara atau Lokeswara juga dimuliakan dengan sebutan Padmapani ("Pemegang bunga teratai"), Lokeswara ("Tuan di Dunia") atau Tara. Dalam Bahasa Tibet, Awalokiteswara dikenal sebagai Chenrezig, (Wylie: spyan ras gzigs), dan dipercaya sebagai reinkarnasi Dalai Lama, Karmapa dan para Lama terkemuka lainnya. Di Mongolia, ia dikenal sebagai Megjid Janraisig, Xongsim Bodisadv-a, atau Niduber Ujegci.
Gambaran Lokeswara seperti itu jelas berbeda jauh dengan perwujudan arca Amoghapasa. Dara Kencana itu sendiri adalah anak perempuan dari Raja Malayu Dharmasraya. Raja Melayu Dharmasraya kala itu yaitu Sri Trailokyaraja Mauliwarmadewa memperisteri Putri Raja Syangka. Lalu melahirkan Dara Kencana dan Dara Puspa.
Setelah Prabhu Kertanagara menjadi Rajamuda Singhasari, beliau datang meminang dan memperistri Dara Kencana dan memboyong isterinya itu ke Jawa. Dara Kencana kemudian bergelar SRI BAJRADEWI.
Walau ada perbedaan pendapat tapi ada beberapa catatan lama yg menguatkannya dimana Dara Kencana kemudian bergelar SRI BAJRADEWI. Dalam naskah Jawa, Nagarakretagama atau Pararaton, dijelaskan bahwa Sri Bajradewi adalah istri dari Kertanegara yang merupakan raja terakhir dari Singasari. Ia adalah wanita hebat yang selalu setia menemani suaminya yang mulai menerima banyak tekanan dari kerajaan luar. Saat Kertanegara dibunuh ia tetap setia dan tidak berusaha melarikan diri. Sri Bajradewi adalah wanita yang mampu membuat Kertanegara memperluas kekuasaan hingga mampu menguasai Bali.
Dara Kencana Sri Bajradewi jugalah yang akhirnya melahirkan empat putri yang menjadi istri dari Raden Wijaya. Anak-anak itu adalah GAYATRI, Tribuwaneswari, Jayendradewi Prajnaparamita, dan Narendraduhita. Dari anak-anak Kertanegara ini akhirnya Gayatri lah yang muncul ke permukaan dan menjadi orang paling penting di Kerajaan Majapahit beserta anaknya yang bernama Tribuana Tunggadewi. Dan hanya Gayatri yang diberikan gelar Rajapatni, istri Raja.
Gayatri Rajapatni, itulah nama lengkapnya sebagai isteri Raden Wijaya. Sedang nama lahirnya adalah Dyah Dewi Gayatri Kumara Rajassa. Dari lima istri yang dimiliki oleh Raden Wijaya, hanya Gayatri dan Puti Dara Petak lah yang memiliki anak. Itulah mengapa ia memiliki kekuasaan yang cukup besar.
Sedangkan Dara Puspa (saudara kandung Dara Kencana) diperistri oleh Rajamuda Kerajaan Sunda yaitu Rakryan Saunggalah yaitu Sang Prabhu Ragasuci namanya, putra dari Prabhu Ghuru Dharmmasiksa. Isterinya itu juga diboyongnya ke tanah Sunda.
Adapun dari perkawinan Dara Puspa dengan Rakryan Saunggalah Prabhu Ragasuci lahirlah beberapa orang anak, salah satu di antaranya yaitu sang Prabhu Citragandha Bhuwanaraja, kelak menggantikan Prabhu Ragasuci menjadi raja Sunda.
Sudah pasti Gayatri ini bukan mantan istri Kartanegara, melainkan anak kandung dan putri bungsu dari Dara Kencana Sri Brajadewi dan Maharaja Kartanegara sendiri. Ia ditawan Jayakatwang lalu direbut oleh Raden Wijaya lalu diperistri. Ia melahirkan Tribuana Tunggadewi.
Gayatri inilah yang bersama Puti Dara Petak telah membesarkan dan mendidik Adityawarman dari kecil hingga dewasa karena Puti Dara Jingga, ibunda Adityawarman dipanggil pulang oleh Datuak Katemanggungan yg sudah sangat uzur untuk menggantikan beliau sebagai Raja Minangkabau (belum bernama Pagaruyung) dengan gelar Bundo Kanduang.
Pernahkah anda membaca ulasan tentang "Arca Dewi Prajnaparamita" yg dianggap oleh sementara sejarahwan sebagai perwujudan dari Kendedes.?
"Prajnaparamita" adalah salah satu aspek sifat seorang bodhisattva yang disebut paramita. Arti harafiahnya adalah "kesempurnaan dalam kebijaksanaan" dan merupakan salah satu dari enam atau sepuluh sifat transedental manusia.
Sedangkan istilah "Dewi Prajnaparamita" merujuk kepada personifikasi atau perwujudan konsep kebijaksanaan sempurna sebagai bodhisattva-devi (bodhisattva wanita), yakni dewi kebijaksanaan transendental dalam aliran Buddha Mahayana. Arca perwujudan Dewi Prajnaparamita yang paling terkenal sekaligus terindah kini disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
Kendedes boleh dikatakan sebagai mahaibu dari raja-raja Jawa. Ia dikejar untuk dikawini karena kecantikannya. Ia termashur karena kecantikan dan kemolekannya. Tunggul Ametung melarikannya. Lalu Ken Arok merebutnya dan lalu juga memperisterinya.
Ia perempuan utama yg pada dirinya tersimpan rahasia Nawiswari. Siapa yg menikahinya akan menjadi raja di tanah Jawa.
Kendedes adalah Prajnaparamita karena kecantikan dan rahasia wahyu keprabon yg dimilikinya. Namun Kendedes hanya memenuhi aspek "kesempurnaan", tidak begitu memenuhi aspek "kebijaksanaan".
Sedang Jayendradewi (saudara kandung dari Gayatri) adalah Prajnaparamita hanya karena nama dan gelarnya. Tidak penting arca mana yg benar atau wujud dari siapakah arca Dewi Prajnaparamita yang terkenal itu.
Namun Gayatri adalah Prajnaparamita seutuhnya, ia prajna karena kecantikannya, ia juga prajna karena wahyu keprabon raja Kertanagara yang melekat pada dirinya, dan ia paramita karena kecerdasan, kebijaksanaan, kebajikan, keagungan, keibuan dan sifat welas asihnya. Ia Prajnaparamita dengan keseluruhan dirinya.
Siapapun akan memandang dan mengingatnya dengan rindu seorang anak kepada ibu terkasih. Gayatri adalah ibu dari segala kebajikan. Gayatri itu Prajnaparamita bukan karena arcanya. Gayatri itulah Prajnaparamita yg sesungguhnya... lahir dan batin.
Di Bali, Gayatri masih dipuja di candi induk Besakih, di sebuah lereng Gunung Agung. Ia dihormati sebagai Dewi Saraswati, dewi pengetahuan tertinggi dalam agama Hindu Bali yang disebut pula agama Hindu Dharma atau agama Tirtha (agama Air Suci), yang setara dengan pengetahuan tertinggi dalam agama Buddha Mahayana, yakni Dewi Prajnaparamita.
Sedang kami memanggilnya dengan sederhana, yakni Bundo Gayatri...
---
-
Postingan terkait :
Arca Amoghapasa.
Disalin dari kiriman FB: Sutan bandaro Sati
Foto: pinterest