Pada zamannya 'Kaba Sutan Pangaduan' sangat legendaris dan sering di ceritakan oleh 'Tukang Rabab Galuak' (rabab khas Pariaman yg terbuat dari tempurung kelapa, Kalau di Pesisir Selatan umumnya memakai biola), Namun seiring berkurangnya para seniman Tukang Rabab Galuak, Kaba Sutan Pangaduan sudah jarang di dengar, Demikian juga para Tukang Rabab tidak lagi menguasai jalan ceritanya, Kecuali ada pada kalangan generasi peminat dan peneliti budaya yang terus menggali cerita legendaris dari Pariaman ini.
Sutan Pangaduan ceritanya berlatar belakang
di salah satu daerah yang sekarang berada dalam kawasan Kab. Padang Pariaman,
Banyak pendapat meyakini bahwa daerah yang dimaksud dalam kaba itu adalah
daerah yangg sekarang bernama 'Limo Koto Kampuang Dalam'.
Diceritakan Sutan Pangaduan adalah seorang Putra
Mahkota dari Raja yang berkuasa di Kampuang Dalam, Pariaman. Dia memiliki
dua saudara tiri lain ibu yaitu Sutan Lembak Tuah yang ibunya seorang
rakyat biasa dan Puti Sari Makah yang ibunya adalah seorang keturunan
Arab. Ibunda Sutan Pangaduan sendiri adalah seorang bangsawan yang
bernama Puti Andam Dewi.
Sutan Lembak Tuah lebih tua daripada
Sutan Pangaduan, tetapi dalam hal ilmu kebatinan, kesaktian dan
kebijaksanaan, Sutan Pangaduan jauh lebih unggul.
Ketika Sutan
Pangaduan masih kecil, ayahnya pergi bersemayam ke Gunung Ledang.[1] Pada
saat itu ibundanya Puti Andam Dewi diculik dan ditawan oleh Rajo Unggeh
Layang di sebuah bukit. Puti Andam Dewi ditawan karena menolak
diperistri oleh Rajo Unggeh Layang. Rajo Unggeh Layang sendiri berkuasa
di negeri Taluak Singalai Tabang Papan. Sejak saat itu, Sutan Pangaduan
dipelihara dan dibesarkan oleh nenek dan kakak sepupunya (dari pihak
ibu) yang seorang pendekar di Kuala Pantai Cermin.
Sutan Lembak
Tuah sendiri tetap tinggal di istana dan diangkat menjadi raja
menggantikan ayahnya, karena usianya paling tua diantara dua anak
laki-laki. Sutan Lembak Tuah menjadi raja sejak usia muda. Secara adat,
Sutan Pangaduan adalah putra mahkota yang sah, karena silsilah bangsawan
dan orang terpandang lagi keramat yang dibawanya dari garis ibu. Tetapi
ibunda dari Sutan Lembak Tuah yang berhati jahat sangat berambisi untuk
menjadikan anaknya sebagai raja. Ia rela menghalalkan segala macam cara
agar tujuannya tercapai.
Sutan Lembak Tuah cenderung manja dan
kekanak-kanakan, sehingga ketika diangkat sebagai raja, ia menjelma
menjadi raja yang semena-mena terhadap rakyatnya. Namun dikemudian hari
ia dapat berubah menjadi raja yang bijak berkat nasihat dan bimbingan
dari Sutan Pangaduan dan keluarga ayahnya.
Saat berusia 10
tahun Sutan Pangaduan didatangi ayahnya yang bersemayam di Gunung Ledang
secara batin. Ayahnya menugaskan Sutan Pangaduan untuk membebaskan
ibunya dari tawanan dengan bantuan kakaknya Sutan Lembak Tuah yang
tinggal di istana.
Sebelum berangkat ayahnya berpesan supaya
Sutan Pangaduan tidak lupa menambah ilmu terlebih dahulu dari neneknya
dari pihak ayah dan kemenakan perempuan ayahnya supaya dibekali dengan
senjata keramat.
Dalam perjalanan dari Kuala Pantai Cermin ke
Kampung Dalam, Sutan Pangaduan yang lugu diperdaya oleh seorang penipu.
Gara-garanya sangat sederhana, Sutan Pangaduan tertangkap tangan sedang
memetik setangkai kembang oleh sang penipu. Penipu itu membual bahwa
kembang yang dipetik oleh Sutan Pangaduan adalah Kembang Bunga Larangan
dan sebagai hukumannya ia didenda untuk menyerahkan baju bangsawan yang
dipakainya. Penipu itu menggantinya dengan baju compang camping yang
robek disana sini.
Sesampainya di Istana Kampung Dalam, Sutan
Lembak Tuah sangat terkejut ketika melihat anak kecil berbaju compang
camping yang wajahnya bagaikan pinang dibelah dua dengan dirinya. Namun
ibu Sutan Lembak Tuah yang berhati jahat merasa malu lalu menyuruh
pengawal mengusir bahkan membunuh Sutan Pangaduan, Padahal dia
sebenarnya tahu bahwa yang datang adalah putra mahkota sebenarnya.
Ibu Sutan Lembak Tuah memerintahkan anaknya untuk berkelahi dengan
Sutan Pangaduan, tetapi dalam perkelahian itu Sutan Lembak Tuah dapat
dikalahkan. Pada saat itulah Sutan Pangaduan mengucapkan kata kunci yang
membuktikan bahwa ia adalah saudara tiri dari Sutan Lembak Tuah. Hanya
Sutan Lembak Tuah yang mengerti kata kunci tersebut karena ia sebelumnya
juga didatangi sang ayah secara batin. Sutan Lembak Tuah memohon kepada
ibunya agar Sutan Pangaduan diperbolehkan tinggal dalam istana.
Sutan Pangaduan lalu mengutarakan maksudnya bahwa dia mendapat tugas
dari ayahnya untuk membebaskan sang ibunda, Puti Andam Dewi. Tentu saja
ibu Sutan Lembak Tuah tidak setuju dengan rencana itu karena jelas akan
menghalangi rencana-rencananya selama ini. Namun Sutan Lembak Tuah
berhasil melunakkan hati ibunya dengan alasan bahwa dia juga mendapatkan
pesan yang sama dari sang ayah yang bersemayam di Gunung Ledang.
Dengan berat hati ibunda Sutan Lembak Tuah melepaskan kepergian anaknya
beserta Sutan Pangaduan untuk membebaskan Puti Andam Dewi dari tawanan
Rajo Unggeh Layang. Namun dibalik itu ia masih menyimpan satu rencana
jahat yang terakhir.
Pada acara pelepasan secara resmi, ia
berniat untuk meracun Sutan Pangaduan. Sebelum berangkat, kedua pangeran
dihidangkan nasi terlebih dahulu bersama para pengiring. Nasi untuk
Sutan Pangaduan telah ditaburi dengan racun. Sutan Pangaduan yang telah
mendapatkan hikmah malah mengajak para hadirin untuk berbincang-bincang
sampai nasi menjadi dingin. Karena nasi telah dingin, Sutan Pangaduan
menolak untuk memakannya dan menyuruh pelayan untuk memberikan nasi itu
kepada hewan peliharaan istana. Hewan itu langsung mati selesai
menyantap nasi itu. Singkat kata, niat jahat ibunda Sutan Lembak Tuah
pun terbongkar dan ia dihukum kurungan di istana. Sutan Pangaduan dan
Sutan Lembak Tuah akhirnya dapat pergi menunaikan tugasnya tanpa ada
yang menghalangi lagi.
Sesampainya di bukit tempat Puti Andam
Dewi ditawan, kedua pangeran terlibat perkelahian dengan ribuan penjaga
bukit itu. Tatkala hampir berhasil membebaskan ibundanya, Sutan
Pangaduan kehilangan konsentrasi karena kakaknya Sutan Lembak Tuah
ambruk ditangan musuh. Akibatnya kedua kakak beradik ini berhasil
diringkus oleh musuh.
Melihat keadaan yang di luar perkiraan,
ayah Sutan Pangaduan mendatangi anak perempuannya Puti Sari Makah secara
batin. Ia memerintahkan anak perempuannya itu untuk membebaskan
istrinya Puti Andam Dewi dan kedua anak laki-lakinya yang sekarang jadi
tawanan pula. Dalam penugasan itu Puti Sari Makah dibantu oleh kemenakan
sang ayah (anak dari saudara perempuan).
Ketiga perempuan ini pada saat itu telah menjadi pendekar-pendekar yang
tangguh. Putri Sari Makah memiliki kemampuan ilmu batin untuk
mengendalikan air sedangkan kedua sepupu Sutan Pangaduan masing-masing
memiliki kemampuan untuk mengendalikan angin dan suara.
Dengan
keahlian itu mereka menciptakan badai yang menaikkan air laut sampai ke
atas bukit sehingga banyak pihak musuh yang mati. Badai itu hanya
menyisakan tempat keluarga mereka ditahan, sehingga dengan mudah mereka
dapat membebaskan ketiga tawanan.
Sayang sekali saat akan
dibebaskan, Sutan Pangaduan kena pukau (hipnotis) oleh seorang gadis kecil yang
sebenarnya adalah adik Rajo Unggeh Layang yang menyamar. Gadis kecil itu
minta dikasihani dan minta dibawa ikut serta karena takut hanyut dibawa
badai. Seluruh kakak Sutan Pangaduan telah berusaha melarang niatnya
untuk membawa serta gadis kecil itu, tetapi Sutan Pangaduan keras kepala
dan tidak mendengarkan. Pada saatnya nanti gadis kecil ini akan
menuntut balas.
Setelah Ibu Sutan pangaduan dibebaskan, mereka
kembali ka daerah masing-masing. Ibu Sutan Pangaduan, Sutan Pangaduan
dan kakak sepupunyo pulang ke Kampung Dalam. Puti Sari Makah kembali ke
Makkah dengan hati risau karena tahu Sutan Pangaduan telah keliru
menyelamatkan musuh. Sutan Lembak Tuah kembali ke kerajaannya dan
berubah menjadi raja yang lebih dewasa dan bijaksana. Kemenakan ayah
mereka juga pulang ke negeri masing-masing.
Ketika Sutan
Pagaduan beranjak dewasa ia menikah dengan anak gadis dari raja negeri
tetangga. Ia pun dijadikan raja di negeri tersebut. Pada saat itu ibunda
Sutan Pangaduan kembali diculik atas tipu muslihat gadis kecil yang
kemarin diselamatkan dari badai di puncak bukit oleh Sutan Pangaduan.
Sutan Pangaduan sangat menyesal karena tidak mendengarkan peringatan
yang telah disampaikan oleh kakak-kakaknya, tetapi sesal sudah terlambat
dan tidak berguna lagi. Apalagi selama ini ternyata gadis kecil itu
telah meracun Sutan Pangaduan sedikit demi sedikit sehingga kesaktiannya
agak berkurang.
Sutan Pangaduan terjebak dalam konflik batin
antara ingin menyelamatkan ibu kandungnya yang kembali ditawan dan
meninggalkan istrinya yang sedang hamil muda. Ia juga gundah karena
harus meninggalkan kerajaan dan rakyatnya. Namun istrinya bersedia
mengalah dan memberikan dukungan untuk menyelamatkan ibu mertuanya. Sang
Permaisuri berkata, “tidak usah cemaskan anak yang akan lahir ini
karena setiap anak punya takdir masing-masing.”
Singkat kata
akhirnya Sutan Pangaduan kembali berusaha membebaskan ibundanya. Sutan
Lembak Tuah ikut serta pula karena ia bersikeras untuk membantu adiknya.
Seperti yang telah diduga Sutan Pangaduan dapat dilumpuhkan dengan
mudah karena kesaktiannya telah jauh berkurang. Akhirnya kedua raja itu
(Sutan Pangaduan dan Sutan Lembak Tuah) kembali ditawan dan dirantai
oleh musuh.
Pada suatu malam yang terang benderang oleh purnama
dan pada waktu yang telah diperhitungkan, Sutan Pangaduan menghentakkan
kakinya ke bumi sehingga timbul suara menggelegar bagaikan petir di
daerah sekitarnya. Tapi goncangan itu belum cukup untuk memutuskan
rantai yang mengikat kaki Sutan Pangaduam. Goncangan itu baru pertanda
bahawa anaknya telah lahir ke dunia.
Kisah Sutan Pangaduan ini
sangat panjang, karena anak yang lahir itu kembali menuntut balas untuk
membebaskan ayah dan neneknya.
-----------------------
------------------------
Katalog: Syamsul Arizal - Boy Paskand.
Sinopsis Source: id.wikipedia.org/wiki/ Kaba_Sutan_Pangaduan
_____________________________________
Disalin dari kiriman facebook Barito Minang
Pada 31 Mei 2020
Foto: Musik Pokelagu
Catatan Kaki oleh Admin:
Masyarakat Pariaman dan Pesisir Selatan berselisih pendapat soallokasinya. Versi Pesisir Selatan merujuk pada puncak tertinggi Bukit
Barisan di sekitar Salido. Versi Pariaman tidak terlalu jelas. Sumber klik DISINI